Ashes

317 26 2
                                    

Kepulan asap hitam mulai nampak bergulung di langit. Teriakan histeris orang bersahutan diiringi suara tangisan wanita - wanita tua menambah kericuhan. Dengan tergesa, mereka mengeluarkan harta benda berharga sambil pontang - panting menyelamatkan diri dari kobaran api yang melalap jajaran gedung di jalan sempit tersebut. Tak sedikit pula mereka yang berusaha memadamkan kebakaran menggunakan peralatan seadanya sambil berharap bantuan lekas datang. Aroma kepanikan dan putus asa begitu pekat di udara.

Tak terkecuali Shen Jiu. Dia berlari keluar dari panti asuhan tempatnya selama ini bernaung begitu mencium bau terbakar dan teriakan warga. Ia sendiri tak punya banyak barang berharga. Hanya beberapa lembar pakaian, sedikit uang di dompet, serta dokumen penting yang dia miliki. Semua langsung ia benamkan di dalam ranselnya sebelum akhirnya dia berhasil meloloskan diri.

Kini, Shen Jiu berdiri beberapa meter dari panti asuhannya. Dengan mata nanar, dia menatap bangunan tua yang telah menjadi saksi bisu kerasnya kehidupan yang ia lalui.

Tak banyak kenangan indah di dalam gedung itu. Tak layak pula disebut 'rumah', tapi setidaknya ia punya tempat untuk pulang.

Shen Jiu memijat celah diantara kedua alisnya. Brengsek. Sekarang apa yang harus aku lakukan?

Ditengah kesibukannya berpikir, bahunya ditepuk secara lembut namun tegas oleh seseorang.

"Shen Jiu?" Suara perempuan itu memanggilnya.

Shen Jiu berjengit sedikit lalu memalingkan wajahnya ke belakang.

"Ah, Qi Qingqi." Ia tersenyum tipis. "Hari yang sibuk untuk kepolisian, huh?"

Qi Qingqi mendengus, "Simpan gurauanmu. Kepalaku nyaris meledak mendengar telephone dari atasanku. Dan kau masih saja bergurau seperti itu!"
Wanita itu mengambil lalu membuka botol minum dari tasnya. Ia teguk seluruh isinya dengan cepat. "Sektor Qing Jing bukan wewenangku. Tapi aku teringat kau hidup di panti itu."

"Tidak lagi," bisik Shen Jiu. Matanya kembali mengerling pada bangunan yang kini hampir habis dilalap kobaran api. Petugas pemadam telah sampai beberapa menit lalu dan sudah mulai bekerja. Suara sirinenya memekakkan telinga, melegakan namun juga menjadi pengingat pahit kehilangan yang kini harus dia lalui kembali.

Qi Qingqi menatap pria di sampingnya. Berbagai emosi berkecamuk di kepala polisi muda tersebut.

Mereka sudah lama saling mengenal. Sejak di bangku sekolah menengah, ia pikir. Aura dingin yang Shen Jiu miliki membuatnya enggan untuk sekedar berbincang ringan dengan pria itu. Bahkan setelah satu semester berlalu, tidak ada obrolan yang berarti di antara keduanya. Padahal meja mereka bersebelahan.

Semua berubah pada suatu sore.

Qi qingqi menghela nafas panjang. Terkadang dia benci menjadi perempuan. Label itu hanya mendiktenya bahwa dia tidak akan bisa sehebat kawan laki - lakinya. Hanya karena dia perempuan, pelatih karatenya memilih untuk mengirim siswa lain untuk kejuaraan di wilayahnya.

"Perempuan berlatih untuk melindungi diri saja," kata pelatih tua itu. "Tidak perlu sampai berambisi menjadi juara karena fisik dan mental kalian tidak dirancang untuk bertarung."

Ada rasa mual dalam diri Qi Qingqi mendengar ujaran itu. Dia tahu kapasitas dirinya. Dia tahu dia bisa dengan mudah mengalahkan perwakilan yang pelatihnya kirim ke kejuaraan. Dia tahu taktik dan kontrol tenaga di tengah pertandingan. Tapi semua tidak ada artinya di hadapan pemangku kebijakan. Memalukan! Memuakkan! Ingin ia ludahi semua yang merendahkan dirinya!

The Crowded House (SVSSS AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang