Gumpalan uap hangat nampak menguar dari semangkuk bubur ayam.
Shen Jiu mengerucutkan bibirnya dan meniup pelan kuah beserta bubur dalam sendoknya. Dia nikmati perlahan rasa gurih dan pedas yang sudah sangat familiar dengannya. Segelas teh hangat pun tak lupa ia pesan. Warung itu sudah ada bahkan sebelum Shen Jiu berpindah ke area ini. Porsi besar, harga murah, dan rasa yang tidak mengecewakan membuat Shen Jiu berulang kali datang kesitu.
Tak terkecuali pagi ini, dimana Shen Jiu akan memulai kegiatan magangnya.
Sambil mengunyah, dia melihat ke jam tangan kecil hitam miliknya. Dia masih punya waktu 45 menit sebelum waktu masuknya. Masih ada banyak waktu dan dia tidak mau terburu buru saat menikmati sarapannya. Kembali dia tenggelam dalam mangkuk buburnya sambil melihat kesibukan warga di jalan.
Usai makannya habis, Shen Jiu memulai kembali perjalanannya menuju Qiong Ding. Dalam benaknya ia merapal benda apa saja yang dia bawa di dalam tas bahunya. Dompet dan kartu, charger, botol minum, alat tulis, ikat rambut...
Langkah kakinya gesit dan sesuai dengan estimasi waktu, dia tiba di tempat hanya 10 menit sebelum jadwal masuk pagi. Shen Jiu masuk dan melaporkan diri ke bagian lobby. Beruntung si resepsionis malang, yang beberapa waktu lalu tak sengaja melihat noda kemerahan di leher Shen Jiu, kini tidak nampak. Shen Jiu tidak bisa membayangkan betapa canggungnya mereka berdua jika bertemu nantinya.
Shen Jiu akhirnya dipersilakan untuk duduk di lobby hingga waktu ia dipanggil oleh pihak HRD. Sembari menunggu, dia mengeluarkan handphonenya dari saku celana. Jemarinya dengan lincah menyelami sosial media dan membaca singkat portal berita yang dia ikuti. Perhatiannya kembali tersita saat seseorang duduk di dekatnya. Shen Jiu mengangkat kepala untuk melihat sekilas siapa yang datang. Apa yang dia lihat sungguh tidak bisa ia percaya.
"Qinghua??"
Shang Qinghua tersenyum sangat lebar hingga gigi belakangnya terlihat. Dengan jaketnya yang besar dan ransel di punggungnya, dia lebih nampak seperti anak sekolah yang membolos di pagi hari. Rambut coklatnya yang tebal dan sedikit ikal nampak berkilau, begitu pula dengan sepasang sepatu suede-nya yang bersih dan terikat rapi.
"Bro! Jadi kita magang bersama disini?!" Mata bulatnya berbinar. Suaranya meninggi dengan rasa antusias.
Ujung bibir Shen Jiu berkedut, "Oh jadi kau alasan kenapa aku hampir terdepak dari sini."
Dengan nada terkesiap, Shang Qinghua membela dirinya. "Mana ada begitu! Kan kau duluan yang sudah dapat free pass magang di sini. Aku cuma hoki!"
Menahan diri untuk tidak menjitak kepala Shang Qinghua, Shen Jiu melipat tangan di dadanya. "Kapan aku bilang aku sudah otomatis diterima di sini?"
"Lho, kartu nama itu apa artinya kalau bukan free pass?"
"Dia hanya menawarkan saja, bodoh." Tawaran magang hanya kedok saja dari si mesum tua itu ternyata, pikir Shen Jiu. Kenyataannya dia simpan untuk diri sendiri. Tidak cukup percaya pada siapapun untuk mneceritakan yang terjadi padanya belakangan ini.
Waktu berselang namun tidak ada orang lain yang datang lagi. Pada akhirnya, hanya mereka berdua yang masuk ke dalam suatu ruangan di area milik HRD. Ruangan itu nampak seperti ruang rapat, dengan meja panjang besar dan kursi berjajar rapi di sekelilingnya. Dinding yang menghadap ke cubicle karyawan digantikan oleh kaca buram sehingga ruangan itu terasa lega dan terang. Tak lupa juntaian tanaman hias dan papan besar turut hadir di dalamnya.
Shen Jiu duduk bersebelahan dengan Shang Qinghua. Walau area kerja di luar ruang rapat itu cukup dinamis dengan aktivitas karyawannya, Shen Jiu dan Shang Qinghua hanya mendengar suara di luar sayup - sayup. Kemungkinan besar terdapat peredam suara supaya rapat dapat berjalan dengan lebih tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crowded House (SVSSS AU)
FanfictionPeraturannya cukup sederhana: Kalian dilarang jatuh cinta padanya. Namun, Shen Jiu tidak memahami dingin sikapnya terus memantik api di dalam diri pemujanya. Bagai ngengat yang tertarik lentera di malam hari, semua mendekat terjun ke dalam daya tari...