Ada banyak mata yang menatapnya.
Pupil pada bulatannya tidak bergerak ke kanan maupun kiri. Semuanya terpaku pada Shen Jiu. Seakan tersihir, dia tidak memberi respon apapun. Untuk membuka mulutnya pun ia tak mampu. Dia hanya bisa duduk di kursi beludru, di bawah tatapan nyalang laksana iblis.
Seluruh mata jahanam itu berkedip secara bergantian. Perlahan. Satu per satu. Pemandangan di sana melebihi mimpi buruk siapapun. Bulu kuduk Shen Jiu tak berhenti meremang di bawah pengaruhnya.
Shen Jiu menyapukan pandangan ke penjuru ruangan. Dia tak mengenali ruangan merah ini. Sama sekali asing baginya. Ditolehkan kepalanya yang terasa amat berat. Di sebelah kanan, terdapat pintu kayu hitam. Nampaknya itu adalah satu – satunya jalan keluar dari kekejian ini.
Jarak antara Shen Jiu dengan pintu hanya beberapa langkah. Tetapi tubuhnya seperti terpasung. Rantai tak kasat mata mematikan gerak pergelangan tangan dan kakinya. Shen Jiu mencoba peruntungan dan menggerakkan jemarinya. Sedikit demi sedikit. Erangan frustasi tertahan di tenggorokannya. Ia ingin segera kabur dari tempat itu.
Usahanya tidak membuahkan hasil. Tubuhnya seakan menolak komando dari dirinya sendiri. Keringat dingin sebutir jagung mulai mengalir di kening Shen Jiu. Nafasnya memendek dan rasa panik membungkus kepalanya.
Dari sudut mata, Shen Jiu menangkap gerakan. Dahi nya berkerut dan pupilnya mengawasi sudut gelap ruangan itu. Apa yang muncul kemudian diluar nalar dan logikanya.
Awalnya dia pikir benda itu adalah ular. Apalagi jika bukan? Benda itu nampak seperti temali yang gemuk. Warnanya kecokelatan seperti akar sulur tanaman. Ia merambat mendekat ke kedua kaki Shen Jiu dan detak jantung bertalu kencang di dada pemuda itu. Barulah ketika benda itu di hadapannya, Shen Jiu bisa mengenalinya.
Benda itu bukan nampak seperti sulur.
Benda itu memang seutas sulur tanaman.
Hanya saja sulur di dunia ini tidak seharusnya merambat secepat binatang. Bahkan kini dia bisa melihat ada lebih dari tiga akar merayap ke arah Shen Jiu. Salah satunya mulai melilit naik ke kakinya. Permukaan kayu yang kasar menekan dan menggesek kulit Shen Jiu, meninggalkan rasa perih. Shen Jiu menggeram, berusaha mengenyahkan benda asing itu dari tubuhnya. Hanya saja, semakin ia melawan semakin beringas cengkeraman sulur itu di kakinya. Bahkan kini ada yang mulai menggelayuti lengannya.
Tak perlu waktu lama bagi tanaman itu untuk memerangkap Shen Jiu. Tarikannya terasa begitu kuat hingga Shen Jiu terseungkur dari kursi. Pemuda itu masih terus melawan. Kakinya dihentakkan dan pukulan diayunkan. Tapi tenaganya tidak sebanding.
Shen Jiu mulai merasa begitu kepayahan saat dia merasa ada yang mulai melingkari lehernya. Lidahnya kelu dan ia tak mampu membendung rintik air matanya. Dia tak pernah merasa sebegini takutnya.
Kalau bisa, ia memilih untuk mati saja saat itu juga. Tidak perlu melewati penyiksaan sedemikian rupa.
Seperti mendengar bisik di kepala Shen Jiu, sulur tanaman itu semakin menegang.
Ia terus menarik kedua kaki dan tangan Shen Jiu menjauh dari tubuhnya.
Shen Jiu mulai melolong merasakan sakit yang tak terperi di setiap sendinya. Kini ia sudah terkapar di lantai dengan kedua tangan dan kakinya terbuka begitu lebar. Bulir tangis mulai mengalir dari bola matanya. Dia pun beberapa kali menggigit bibir dan lidahnya tanpa sengaja. Teriakannya hanya terpantul di dinding dinding, terasingkan dari dunia luar.
Dengan satu hentakan mematikan, terpisahlah bagian tubuh Shen Jiu.
Kini ia tak ubahnya seperti tongkat manusia. Ia tak lagi memiliki alat gerak. Raungan pedih menggaung sebelum akhirnya Shen Jiu tersedak darahnya sendiri. Dia tak bisa lagi mencerna rasa sakit di tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crowded House (SVSSS AU)
FanfictionPeraturannya cukup sederhana: Kalian dilarang jatuh cinta padanya. Namun, Shen Jiu tidak memahami dingin sikapnya terus memantik api di dalam diri pemujanya. Bagai ngengat yang tertarik lentera di malam hari, semua mendekat terjun ke dalam daya tari...