Bait 22 : Liburan Sebenarnya

200 20 7
                                    

"Anggap saja besok itu hari terbaikmu jadi selelah apapun dirimu saat ini, kamu harus menyiapkan diri untuk menyambut esok yang menunggumu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anggap saja besok itu hari terbaikmu jadi selelah apapun dirimu saat ini, kamu harus menyiapkan diri untuk menyambut esok yang menunggumu."

(Oceanside)

Bertemu dengan hari yang baru merupakan sebuah anugerah, napas yang masih ada, kelopak yang masih bisa terbuka, dan tubuh yang masih utuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bertemu dengan hari yang baru merupakan sebuah anugerah, napas yang masih ada, kelopak yang masih bisa terbuka, dan tubuh yang masih utuh. Meski dalamnya telah kacau balau dan penuh dengan warna abu-abu. Perjalanan Jogja-Jakarta sukses membuat Sean hanya ingin berkencan dengan kasur, guling, juga selimutnya, tidak ada yang lebih nyaman dari pada seperangkat benda empuk itu.

Lagi-lagi Livia menggeleng melihat putranya yang masih enggan untuk bangun dari mimpinya. "Sean! Udah jam berapa ini? Ya Tuhan!! Kamu ada jadwal HD jam sebelas nanti, buruan bangun, udah jam sepuluh lebih nih!" Omel Livia yang sama sekali tidak dihiraukan oleh sang putra. Sudah lelah rasanya mulutnya berkicau sejak tadi, tapi tetap saja Sean masih enggan berpisah dengan kasurnya.

"Masih jam sepuluh, bentar lagi." Ujarnya dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur. Terpaksa Livia menarik guling dan selimut Sean membuat sang putra merengek dan protes karena sang mama yang mengganggunya.

"Mama iihh!! Masih ngantuk." Sean berdecak, lalu saat melihat ekspresi gahar mamanya yang horor, dia pun menelan salivanya, dengan sangat terpaksa dia pun bangkit dari kasur yang terlalu sayang untuk ditinggalkan.

"Iya-iya, Sean mandi." Gumamnya, lalu turun dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi dengan sempoyongan. Livia mengikuti di belakang Sean, takut dia jatuh karena sejak semalam Sean sudah terlihat begitu lelah setelah menempuh perjalanan yang panjang. Memastikan Sean masuk, Livia keluar dari sana, dan menyiapkan bekal untuk dibawa ke rumah sakit, waktunya tidak cukup jika menunggu Sean makan di rumah. Mengingat anak itu begitu lama kalau makan.

"Sayang cepetan, mama tunggu di bawah!" Teriak Livia dari tangga paling bawah.

Dua puluh menit kemudian Sean turun, dengan setelan santai, celana pendek selutut berwarna moca, kaos putih yang dipadukan dengan kardigan rajut berwarna army. Menunggu proses hemodialisa yang cukup panjang Sean selalu membawa buku untuk menemaninya. Meski sudah lebih segar tapi wajah lelahnya masih terlihat, ditambah gurat pucat yang selalu menghiasi wajahnya.

OCEANSIDE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang