Akasa menatap langit yang berwarna jingga dengan hati sendu, dirinya rindu akan sosok seorang ibu. Kenangan nya bersama sang ibunda hanya sedikit, sedikit sekali. Dan salah satunya ada di taman ini. Hanya di taman inilah ia bisa melepas rasa rindu pada sang ibu.
⏧⏧⏧
"Aksa, kemari nak." Suruh seorang ibu pada anaknya yang sedari tadi berlari untuk mengejar kupu-kupu.
"Sebentar, bun. Aksa belum bisa menangkap kupu kupu cantik itu." Sahut sang anak pada sang ibu.
"Aksa, biarkan kupu kupu itu. Kenapa kau terus mengejarnya?" Sang ibu bertanya.
"Aku menginginkannya, bun." Jawab sang anak sambil terus berlari mengejar kupu-kupu .
"Mengapa kau menginginkannya?" Sang ibu bertanya lagi.
"Untuk dipelihara, bunda" Jawab sang anak dengan mantap.
Sang ibu hanya bisa menghela nafas pasrah, tak yakin anaknya dapat menangkap kupu kupu itu. Ia lalu melanjutkan kegiatan untuk membersihkan minuman yang tadi tidak sengaja ditumpahkan anaknya.
Tiba tiba...
"Aha, aku mendapatkan nya!" Sorak sang anak yang terdengar begitu senang.
Sang ibu menoleh, dan...
"Lepaskan kupu kupu itu, Aksa. Biarkan ia hidup dengan bebas"
Perintah sang ibu pada sang anak."Aksa mendapatkannya dengan susah payah, bun. Tidak mungkin Aksa melepaskannya begitu saja."
Tolak sang anak dengan nada sedikit kesal."Kau harus melepaskan kupu kupu itu, Aksa. Kupu kupu harus menjalankan kewajiban nya." Sang ibu tetap kekeuh menyuruh sang anak untuk melepaskan kupu kupu itu.
"Kewajiban apa yang bunda maksud?" Tanya sang anak dengan nada bingung.
"Kupu-kupu itu termasuk dalam kelompok serangga. Sebagian dari kita pasti sepakat kalau kupu-kupu merupakan hewan yang indah. Namun tak cuma indah, kupu-kupu juga harus menjalankan kewajiban nya. Yaitu membantu penyerbukan tanaman." Jelas sang ibu.
"Tapi kan, Aksa hanya mengambil salah satu diantara mereka." Sangkal sang anak.
"Itu sama saja Aksa membantu kepunahan kupu-kupu." Tukas sang ibu pada sang anak.
"Apa yang terjadi jika kupu-kupu punah atau bahkan tidak ada?" Tanya sang ibu.
Aksa hanya menggeleng, tanda tidak tahu.
"Tumbuhan akan kehilangan penyerbuk alami yang dapat membantu perkembang biakan. Tanpa adanya kupu-kupu sebagai penyerbuk alami, tanaman tidak dapat memperbanyak jumlahnya." Lanjut sang ibu.
"Jadi, lepaskan kupu kupu itu Aksa." Suruh sang ibu.
"Tidak akan." Sang anak menggeleng dengan wajah sendu.
"Aksa,apakah kau tau? Kupu kupu akan bertahan hidup sekitar 4 minggu saja. Sangat singkat bukan? Jadi, apakah kau tega menyiksanya? Padahal kupu kupu itu hanya bisa hidup secara singkat." Sang ibu memberi tahu.
"Aksa tidak menyiksanya," Ia menggeleng sedih, "Aksa hanya ingin memeliharanya, bun." Sangkal sang anak lagi.
"Itu sama saja, Aksa. Bisa saja kan kupu kupu yang kau tangkap itu sudah mendekati hari hari terakhir ia untuk hidup. Apakah kau tega mengekangnya untuk tetap bersamamu sampai tiba hari akhir itu atau kau akan membebaskannya agar kupu kupu itu bisa menjalankan kewajiban nya dan melihat lebih jauh lagi betapa indahnya dunia ini?" Sang ibu berusaha membujuk sang anak.
Aksa tampak berfikir sebentar, lalu...
"Aksa akan melepaskannya, bunda." Putus Aksa dengan nada mantap.
Sang ibu hanya mengangguk sembari tersenyum.
"Kupu kupu, maafkan Aksa karena ingin mengekangmu. Sungguh, Aksa tidak bermaksud. Tolong di maafkan ya. Sekarang Aksa akan melepaskanmu. Maaf dan sampai jumpa kembali" Ucap Aksa seraya menengadahkan tangan nya untuk melepaskan kupu kupu.
⸙͎۪۫⸙͎۪۫⸙͎۪۫⸙͎۪۫⸙͎۪۫
Akasa hanya bisa tersenyum dan sesekali terkekeh geli mengingat momen itu. Akasa beruntung mempunyai ibu yang sangat mencintai alam. Ia juga berterimakasih pada sang ibu karena membuatnya berubah pikiran untuk tidak memelihara kupu kupu itu. Akasa sungguh tidak ingin mengekangnya.
Andai saja sang ibunda nya masih ada di dunia ini, mungkin ibundanya akan menjadi sandaran ternyaman yang Akasa punya.
Andai saja itu terjadi, tapi tidak mungkin. Karena semua harapan Akasa hanyalah sebatas angan-angan dan mimpi.
⏧⏧⏧
ₚₑₛₒₙₐ ₜₐₙₐₕ ⱼₐwₐ.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴍʏ ʙᴜᴛᴛᴇʀꜰʟʏ
Teen FictionTentang kita dan Bandung kala itu. Note: [Masa Revisi]