16 || Penghalang

104K 5.5K 2.2K
                                    

Spam komen yuk!

Jangan lupa Vote juga ya, makasih 😍

.
.
.

Zares mengerang lirih dalam tidurnya, ia membuka matanya dan memandang langit-langit kamar dengan tatapan sendu, ia menoleh ke samping dan mendapati Anna yang tengah terlelap.

Sontak Zares mengubah posisinya menjadi duduk, ia teringat Zean, ia janji akan pulang cepat kemarin, namun dengan bodohnya ia melupakan janjinya.

Zares juga merutuki kebodohannya yang bercinta dengan Anna saat pikirannya sedang kacau.

Zares memakai pakaiannya dengan terburu-buru, hal tersebut membuat Anna terbangun dan memandang Zares dengan tatapan bingung.

"Katanya masih pusing," ujar Anna.

"Zean nunggu," sahut Zares, kemudian ia meraih tas, jaket, kunci mobil, dan ponselnya.

Tanpa berpamitan Zares pergi dari kediaman Anna, hal tersebut membuat Anna terdiam dengan tatapan sendu.

Lama-lama Anna mulai lelah dengan sikap Zares yang berubah semenjak ia hamil, tapi Anna tidak mau meninggalkan Zares, Anna masih membutuhkan Zares.

Anna mengusap perutnya yang sudah terlihat membesar, tiba-tiba air matanya menetes begitu saja, ia sedih, sakit hati, dan kecewa dengan sikap Zares.

Anna kira Zares sungguhan mencintainya dan akan menikahinya, namun ternyata Alexa sudah pergi pun sulit untuknya menikah dengan Zares.

**

Zares tiba di apartmentnya, ia menjemput Zean di rumah Sasa, dan lagi-lagi Zean enggan bicara dengannya, bahkan kepala Zean terus tertunduk seolah enggan untuk menatapnya.

Zares berjongkok di hadapan Zean, kedua tangannya memegang bahu Zean dan mengusapnya dengan lembut, "papi sibuk banget, maafin papi ya."

Zean mengangkat kepalanya untuk menatap Zares dengan tatapan sendu, "sebelum Bobo, Zeze nangis karena kangen papi dan mami. Zeze gak suka tinggal sama orang lain."

"Zeze kira, papi enggak akan pernah jemput Zeze lagi, dan Zeze gak bisa ketemu papi lagi," lanjut Zean.

Zares terdiam, kalimat tersebut membuatnya merasa sesak, air matanya menetes begitu saja, kemudian dengan segera ia mengusapnya, "Kalau Zeze dititipin ke nenek mau?"

"Nenek suka ajak Zeze ke kantor, Zeze gak suka, Zeze mau di rumah sama mami, nunggu papi pulang."

Lagi-lagi Zares meneteskan air matanya, ia benar-benar merasa bersalah hingga rasanya sulit untuk menahan air matanya.

"Kenapa papi nangis?" Tanya Zean seraya mengusap jejak air mata di pipi Zares dengan ibu jarinya.

Zares menggeleng, tangisannya bisa pecah jika bersuara sedikit saja.

Zares pun menggendong Zean dan membawanya masuk ke dalam apartment, sementara Regas yang sejak tadi berdiri di lorong hanya bisa menghela nafas lirih.

Kemudian Regas pergi dan memutuskan untuk kembali nanti.

Sementara itu di apartment, Zares segera mandi, kemudian memandikan Zean dan memakaikan Zean baju.

Tak lupa Zares memasak untuk Zean, namun ia menghentikan kegiatannya di pertengahan, ia pun menoleh pada Zean yang tengah duduk di salah satu kursi meja makan sambil memperhatikannya.

"Kita makan di luar aja," ujar Zares.

"Zeze mau makan telur aja, Zeze laper."

"Katanya telur buatan papi gak enak."

ALZARES || Alexa X Zares ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang