Takdir

4.3K 314 39
                                    

.
.
.
.
.

Jay sedang mengajak antek-anteknya ke restoran bintang lima. Karena Danu menyindir di grup chat yang membahas tentang dirinya meninggalkan mereka dibandara begitu saja. Sebagai permintaan maaf atau lebih tepatnya merampok Jay.

" Gimana keadaan anak lo?" tanya Danu.

" Udah baikan, tinggal lemes doang. Rencananya mau pulang nanti soalnya dia maksa" jawab Jay.

" Terus, kenapa tadi lo panik?" ucap Tyo.

" Semua gara-gara anak lu Jon! Gue dikibulin sama bocah masa."

Joni menunjuk dirinya sendiri, " kenapa anak gue?."

" Gimana orang gak panik, orang dia nelpon sambil bilang ' om Je cepetan pulang, Joe kejang-kejang sampe gak bisa napas' terus dia juga panik. Gue tanpa pikir dua kali panik juga dong" jelas Jay.

Danu dan Tyo tertawa mendengar cerita Jay. Kelakuan mereka mengundang tatapan konsumen yang ada di restoran itu. Yanto menggeleng pelan, ia merasa malu ditatap orang banyak.

" Heh, hus! Malu-malu in lu pada. Liat tuh pada ngeliatin kita" setelah Joni berucap barulah mereka berhenti tertawa. Sampai Tyo menutup wajahnya malu.

Danu tersenyum sembari meminta maaf kepada orang-orang yang merasa terganggu.

Tak lama ponsel Joni berdering. Si pemilik segera mengangkat telpon dari anak bungsunya yang tengil itu.

" Halo.."

" PAPI DIMANA?!."

Joni sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya karena mendengar suara melengking dari arah sana.

" Jangan teriak-teriak, papi gak budeg."

" Ehe maap. Jadi baginda ada dimana bos?."

" Lagi nongki."

" Sama duda biasanya?."

" Iyalah, mau apa kamu?" ucap Joni tanpa basa-basi.

" Mau mie setan piii."

Joni menghela napas, makanan apa lagi ini batinnya.

" Pulang nanti papi beliin martabak spesial telor dua. Gak usah komen!."

Tutt..

" Heran dah sama si Haikal. Ada aja yang di minta kalo bapaknya keluar" ucap Yanto.

" Asli cape gue gara-gara tuh bocah."

" Kalo Haikal jadi anak gue, bakal gue jual ada ke Dadang" ucap Danu.

" Masih mending Haikal lah, kalo anak gua? Detik itu juga permintaan dia harus diturutin. Kalo nggak nanti ngadu ke kakek nenek nya" sahut Jay.

Tyo menelan buah melon nya, " kesalahan lo juga waktu ngedidik. Gue kan bilang dulu jangan terlalu dimanjain, jadinya ngelunjak."

Jay mengangguk. Dia emang gak tegaan kalo sama anak. Paling gak bisa menolak permintaan anak-anaknya. Selagi itu masih positif, kalo negatif ya Jay tolak.

Daddy Jay's FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang