6. Bakat Tersembunyi Lily (1)

418 22 2
                                    

Hi, everyone!!

B

agaimana kabar?? Sorry ya, lagi kebingungan sepanjang hari. Terus kepikiran buat publish ulang cerita lama di FFN yang udah lama terpendam wkwkwk.. Dan sampailah dengan judul ini. Pembaca lama pasti ngeh ini cerita yang mana 😆😆

Fyi, ini adalah cerita debut aku di dunia perfanfictionan. Pertama publish di akun FFN tanggal 21 Maret 2015. Kalo dibaca ulang aslinya bahasaku masih yaaaaa... 😛😛 Gitu deh. Dan untuk yang aku publish ulang ini, sudah lewat tahap editing lagi, ya. Jadi semoga lebih nyaman bacanya. Pastinya, jadi nostalgia banget bagi aku pribadi. Untuk yang belum pernah baca, selamat membaca. Bagi yang sudah, mari bernostalgia...

Happy reading!!

=======

Asap kereta Hogwarts Express sudah jauh menghilang. Begitu pula dengan beberapa orang yang tadinya mengantar para siswa Hogwarts akan mulai bersekolah kembali 1 September hari ini.

Dua keluarga kecil sedang mendiskusikan sesuatu sebelum mereka meninggalkan stasiun kereta kebanggaan Inggris Raya. "Aku dan Lily akan ke Mall dulu sebelum ke The Burrow, Ron. Ada yang harus aku beli untuk keperluan Lily. Kalian berangkat dulu." Kata Harry kepada sahabatnya yang kini menjadi kakak iparnya, Ronald Weasly.

"Oke, kalau begitu kami ke The Burrow dulu tapi nanti kalian harus ke sana, ya. Kau ikut, Gin?" tanya Hermione pada wanita bersurai merah sebahu itu.

"Tidak aku langsung ikut kalian saja, boleh, kan? Harry jauh lebih tahu tempat-tempat membeli keperluan sekolah Lily di Mall itu." Jelas Ginny sambil melirik ke arah Harry. Pria itu santai mengapit pundak putrinya di tangan kanannya. Manis sekali suami dan putrinya ini, batin Ginny.

Ron yang mengandeng Hugo, putra bungsunya, langsung nyengir kuda dan berlaga sok keren di depan Ginny. "Tentu saja boleh, adek kecil. Jangan khawatir, kemampuan menyetirku tak kalah hebatnya dengan suamimu." Hugo yang mendengar perkataan ayahnya barusan hanya bisa menepuk jidatnya sambil bergumam, 'Daddy selalu begitu'.

Tidak jauh beda dengan sepupu perempuannya, Lily ikut-ikutan menahan senyum sampai wajahnya memerah. Hampir menyaingi warna rambutnya sendiri. Ia juga merasakan jika ayahnya juga sedang menahan tawa. Tangan kanan Harry di pundak Lily terasa berguncang. Mereka berlima sudah hafal bagaimana sifat Ron yang punya kadar humor cukup tinggi.

Waktu semakin siang, Harry melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya itu sejenak. Sudah hampir pukul 12 siang. "Oke, Lils, kita bisa berangkat sekarang. Ah, ada yang mau titip sesuatu? Kau, Ron?" Harry langsung paham dengan siapa ia harus pertama kali menawarkannya.


"Seperti biasa, satu botol cola, Harry. Itu saja."

"Dan kau Hugo? Kau mau aku dan Dad bawakan apa?" gantian Lily memandang ke arah si duplikat Pamannya.

Hugo sempat terdiam mengingat satu makanan yang ia lupa namanya. "Em.. itu, Lily. Aku lupa namanya, yang pernah Uncle Harry bawakan saat aku di rumahmu. Yang waktu itu hampir saja Dad memecahkan vas bunga Aunt Ginny karena berebut dengan Dad, kau ingat?" dengan lugunya Hugo bercerita dengan detail kejadian beberapa bulan yang lalu. Saat keluarga Ron berkunjung ke rumah Harry. Harry yang baru datang menjemput Lily dari sekolah membuat heboh dua ayah dan anak itu, Ron dan Hugo, tiba Harry menyodorkan satu buah hamburger kepada Hugo.

Ya, hanya satu. Karena makanan itu sebenarnya Harry beli untuk ia makan saat menunggu Lily keluar dari sekolah. Namun ternyata sesampainya di gerbang sekolah, bersamaan juga dengan Lily yang berlari menuju mobilnya. Alhasil, Harry langsung mengajak Lily pulang dan lupa memakan hamburgernya. Mumpung ada Hugo di rumahnya, Harry memberikan saja kepada keponakannya itu.

Hugo tak pernah makan hamburger. Hermione membiasakan anak-anaknya untuk menjaga asupan makanan mereka. Sebisa mungkin Hermione tidak mengenalkan Rose dan Hugo memakan makanan kurang sehat seperti junk food para Muggle.

Toh, sebenarnya juga meski Ron dan Hermione memiliki rumah tinggal di kawasan Muggle, mereka lebih sering tinggal di The Burrow bersama Mr. dan Mrs. Weasly. The Burrow sudah sepi sejak seluruh anak-anak Weasly menikah dan hidup di rumah baru masing-masing. Hanya keluarga Ron saja yang sering tinggal di The Burrow meski anak-anak lain seperti Ginny, George, Percy, Bill juga sering berkunjung ke sana. Rumah Ron di kawasan perumahan Muggle untuk mempermudah mereka membiasakan diri dan menjalin hubungan baik dengan orang tua Hermione yang berdarah Muggle.

Kembali mereka semua tertawa mendengar penuturan Hugo. Ron hanya mendengus kesal kepada putra bungsunya itu, "tidak perlu begitu rinci menceritakan saat Dad merebut makanan itu, Nak!" Ron makin mempererat apitan tangannya pada tubuh Hugo.

"Aku, kan, hanya menjelaskan makanan apa yang aku dulu pernah makan, Dad."

"Sama saja!"

Tidak habis-habisnya mereka tertawa karena ulah Ron yang kini plus campur tangan Hugo. "Sudah-sudah, iya, Hugo. Nanti Uncle bawakan hamburger untukmu dan juga untukmu Ron." Harry langsung melanjutkan bicara saat Ron mulai membuka mulut dan mengangkat telunjuknya yang artinya 'aku juga ya, Harry'.

Belum Harry bersuara menanyakan kepada kakak ipar perempuannya, Hermione menyela, "ah.. Harry, aku melihat mereka makan rasanya sudah cukup." Harry mengangguk paham.

Benar juga.

"Nanti mau aku bawakan pizza atau yang lainnya, Sayang?" tawar Harry pada istrinya.

"Terserah kau saja. Kalau boleh yang bisa dimakan untuk banyak orang ramai-ramai."

Setuju. Harry dan Lily pamit untuk keluar lebih dulu. Tujuan mereka sekarang ada sampai ke tempat parkir secepatnya.

TBC

=======

Ampun, singkat dan padat... 😆
Gimana, nih?? Ada yang ingat ini cerita apa?? Yuk ketemu di kolom komentar. Kangen banget!!!

Love,
Anne xoxo


For Better, for Worse (Kumpulan Cerpen Wizarding World)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang