10. Mengantarnya Kembali [Tribute to Maggie Smith]

66 9 0
                                    

Dalam remangnya malam di London, Harry menyaksikan dengan sendirinya jalan sekitar penthouse tempatnya kini menginap terus riuh dengan semangat. Tak pernah surut ditelan waktu. Dunia Muggle memang semenarik itu dulu. Benar, dulu sebelum ia benar-benar mengabdikan sebagian hidupnya untuk dunia sihir. Lantas kini jatuh cinta. Dunia tempat di mana ia dibesarkan bahkan membesarkan generasi selanjutnya. 

Harry tahu, bukan perkara mudah sampai akhirnya ia bisa sampai melintas antar dunia yang berbeda ini. Dulu, dulu sekali saat tubuhnya hanya sebesar buah labu, ia di dititipkan ke depan pintu kelurga sang bibi. Digendong dan ditimang oleh seorang wanita hebat dunia sihir raya.

Lalu betapa hancurnya Harry ketika berita itu sampai pagi ini.

Proff. McGonagall telah pergi.

"Masih bingung mau datang kapan?"

Ginny kembali sesuai dengan janjinya. Membawakan segelas kopi panas dan aneka roti dari lantai bawah. James tadi yang tahu lebih dulu saat mereka berempat sampai. 

"Anak-anak sudah kembali ke kamar?" tanya Harry. Tak lupa ia mengucakan terima kasih atas segelas kopi yang baru saja ia terima. 

"Mereka masih di cafe. Albus masih mengerjakan tugasnya di sana, Sayang."

"Bisa lama mereka kalau di sana." Ujar Harry.  Menjadi sedikit bimbang dengan keputusannya untuk pergi saat ini atau besok. Sudah cukup siang untuk berangkat saat ini. Kabar tentang Portkey pesanannya pun tidak ada ujungnya. Akan terlalu malam saat mereka sampai dengan kereta sekalipun itu tercepat hari ini.

"James sedang mengusahakan menghubungi kenalannya. Katanya ada yang bisa membantu kita pakai Portkey tercepat." Sebut Ginny.

"Aman?"

Ginny tidak berani menjawab. "Setidaknya biarkan James usaha. Dalam situasi seperti ini, ia terkadang bisa sangat diandalkan."

Dan pastinya James tidak mungkin mencelakaan saudara dan orangtuanya.

Beberapa saat kemudian, James dan Albus kembali. Mereka lebih dulu menghampiri kamar kedua orangtuanya untuk mengabarkan sesuatu.

"Loh, sudah selesai?" Ginny ada di kamar mandi sementara Harry membaca Daily Prophet yang menuliskan tentang berita kematian Proff. McGonagall.

Harry menurunkan surat kabarnya dan menyambut kedua putranya. Dua anak yang dulu ia gendong kini telah tumbuh dewasa.

"Sudah." Jawab Albus.

"Belum!" Jawab James berbeda.

Albus meletakkan laptopnya kasar karena kakaknya suka sekali mengganggu dirinya.

Anak kedua keluarga Potter itu memang tidak memilih kuliah di universitas Muggle. Tapi Albus sedang mengikuti pendidikan ahli ramuan di salah satu lembaga resmi Kementerian Sihir. Setelah selesai di tahun pertamanya, Albus mendapatkan tugas penelitian. Berkat sang kakak, ia akhirnya memilih di luar lingkungan sihir. James berjanji akan membantunya mencari departemen di kampusnya untuk dilakukan penelitian. Namun, Albus harus membuat sebuah proposal sebagai kunci izinnya.

"Sudah, James. Yang benar saja!" Albus menerima segelas air putih dari sang ayah. Harry hapal putranya kalau sedang kesal, bisa ditenangkan dengan segelas air minum.

Albus meminta bantuan ibunya segera saat Ginny keluar dari kamar mandi. Badannya lemas. Ia benar-benar menstruasi.

"Kau apakan lagi adikmu, James?"

"Aku hanya ingin menyelamatkan Al dari kejamnya dunia. Supaya proposalnya diterima, Mum."

Albus menggeleng cepat. "James memintaku menulis ucapan terima kasih untuk penyanyi Beyoncè di lembar pengantarku. Kan, konyol, Mum!" Albus menggelempar di kasur tepat sebelah ayahnya duduk.

"Ah, kau tak kenal dunia, Al! Kita sedang tak baik-baik saja."

"Cukup-cukup! Lupakan dulu masalah proposal Al kalau memang Al merasa sudah beres." Harry meminta James mendekat, "Bagaimana dengan Portkeynya, James?" Harry mengingatkan.

"Oh, beres, Dad. Dua jam lagi kita bisa berangkat. Temanku sudah memberi kabar akan menunggu di belakang gedung ini."

James mengatakan kalau Portkeynya akan mengantar mereka ke Hogsmade dengan cepat. Meski sedikit mahal, James memastikan mereka akan sampai dengan selamat.

"Temanku bilang, dia akan memutar lagu Beyoncè sepanjang perjalanan. Kita akan aman, Guys!"

James terbahak sebelum pamit untuk kembali ke kamar. Mereka harus siap-siap segera sebelum Portkey mereka sampai. Untung sekali hari ini juga mereka bisa segera sampai di Hogwarts.

Harry akan sangat bersalah jika ia sampai melewatkan prosesi pelepasan raga salah satu guru terbaiknya.

TBC

Mau aku lanjut tapi kesannya jadi gk enak aja soalnya udah kena lawakan si James. Jadi, kita lanjut part selanjutnya untuk momen pemakaman Proff. McGonagall. Sekalian cek ombak!!! Muncullah kalian di komentar!
RIP eyang Maggie Smith!! 🥀

I'm back!!!!

Love, Anne xoxo

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

For Better, for Worse (Kumpulan Cerpen Wizarding World)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang