8. Hari Kasih Sayang [Hinny]

458 30 9
                                    

I'm back!

Udah itu aja, hehehe... yuk mari merapat! Selamat membaca :)

Agak panas, ya. Jadi perhatian! Hehe... 

*******

"Astaga." 

Ginny mengusap wajahnya yang berkeringat. Selimut tersingkap hingga dadanya terbuka lebar. Suhu dari pendingin ruangan cukup membantu aktifitas paska bercinta ini. Ya, meski demikian, Ginny tetap berusaha menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Beda dengan sang suami. Harry terlentang tidak peduli sambil mengatur napasnya.

"Tutup! Itu-astaga," Ginny memberikan ujung selimut agar menutupi tubuh Harry tapi cepat ditolak.

"Nanti kena. Selimutnya kotor, dong. Aku keluar banyak tadi." Ungkap Harry.

Ginny menepuk pipi Harry lantas berkata, "sudah kena seprei juga. Sudah tutup itu. Malu."

"Hanya kita berdua, Sayang. Malu dengan siapa?" Suara tawa Harry renyah sambil memeluk tubuh Ginny erat. Keringat di tubuh mereka tidak lagi dihiraukan. Berpelukan dengan erat sambil membisikkan kata-kata cinta adalah hal paling wajib dilakukan. Bagi Harry dan Ginny, momen seperti itulah yang merekatkan mereka. Aktifitas beberapa jam lalu itu bukan sekadar melepaskan napsu, melainkan ungkapan rasa cinta yang tulus.

Keduanya berbalas cium. "Besok Saya bantu cuci. Tenang saja. " Bisik Harry.

"I love you! Kau yang terbaik, Sayang." Jawab Ginny.

"Kau lebih dari terbaik. I love you too."

Badan Harry bergerak bangkit. Tangannya menyeberang ke sisi tubuh Ginny yang lain. Tanpa mereka sadari, hari sudah berganti, lebih tepatnya sudah masuk di tanggal 15 Februari. Itu artinya hari kasih sayang telah lewat.

"Capek, ya?" Harry sadar diri, istrinya pasti kelelahan.

Mata Ginny membulat sempurna. "Yang benar saja, Harry. Setiap valentine?"

Harry kembali ke tempat tidurnya, menyelimuti tubuhnya dan bersiap untuk tidur. Meski besok ia libur, Harry tahu tugasnya membantu sang istri untuk membersihkan rumah. Apalagi selimut dan seprei bekas percintaan mereka itu.

"Kebetulan saja, Sayang. Sudah hampir satu minggu, loh, karena kita sama-sama sibuk."

"Kebetulannya setiap tahun di tanggal 14 Februari kita bercinta, gila-gilaan." Pertegas Ginny. Dirinya sampia malu karena mengatakannya. "Malah tertawa, malu. Kita sudah tua!" Imbuhnya.

"Siapa yang bilang kita tua?" Tantang Harry, tangannya semakin erat memeluk badan istrinya.

Nama putra pertamanya dengan yakin Ginny sebut. "James tadi pagi kirim pesan, dan kamu tahu isinya apa? Awas ya, Mum, aku tidak mau kamarku jadi kamar bayi. Happy valentine. Begitu tulisnya."

"Ya ampun, putraku sudah dewasa." 

Ya, James sudah tidak tabu untuk membahas masalah sensitif. Baik Harry dan Ginny juga sering memberikan pemahaman kepada si sulung sejak memutuskan tinggal jauh dengan mereka untuk berkuliah. Lepas dari dunia sihir, James memasuki dunia kehidupan Muggle. Gaya hidup yang bebas tampa pengawasan, Harry dan Ginny memberikan kepercayaan jika putra mereka bisa menjaga diri dan bertanggung jawab atas semua perbuatannya.

"James juga pesan ke kamu katanya jangan macam-macam dengan Mummy." 

Harry tertawa sembari menahan rasa lapar di perutnya. Semakin tua, Harry suka sekali tiba-tiba kelaparan apalagi setelah bekerja cukup keras dalam sehari. Energi terkuras, sinyal kelaparan akan segera muncul di perutnya.

For Better, for Worse (Kumpulan Cerpen Wizarding World)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang