2. Anak Siapa? [Drarry]

1.7K 80 12
                                    

Hahahaha...

Tanpa ada pembukaan, langsung nyelonong ketawa.

Hello, semua! setelah sebelumnya fic baru yang temanya agak sedih-sedihan. Kali ini muncul komedi. Cerita lama, dan pernah posting setelah ada berita viral yang menyangkut anak sekolahan kena tilang. Berita aapa itu? Coba baca dulu, deh. Terus ingat-ingat :)

happy reading!

-----------------------------

Tidak ada cara lain untuk Draco selain meminjam sapu terbang yang tergeletak di tembok pertokoan milik rekannya. Ia tidak diperbolehkan berApparate sementara waktu hingga kondisinya kembali sehat. Benar sekali, Draco memang sedang sakit. Demam biasa. Hanya saja ia membandel karena alasan urusan pekerjaan. Ia memang diminta untuk benar-benar istirahat oleh Astoria walaupun melanggarnya dengan alasan pekerjaan. Mau bagaimana lagi, ini urusan penting.

Ada benda sihir yang akan dilelang oleh salah satu rekan bisnisnya yang sering menyuplai barang-barang dari Draco. Usaha benda-benda sihir antik yang telah lama dikelola keluarga Draco semakin maju saat ia menjabat sebagai pimpinan bisnis itu. Sebuah meja berkekuatan sihir siap maju ke meja lelang pekan depan. Tentu saja setelah mendapat persetujuan Draco dari segi keamanan untuk diperjualbelikan. Setelah semuanya selesai, Draco siap pulang namun bingung dengan apa ia harus pulang. Kantor milik rekan bisnis Draco sedang mengalami perbaikan dari segi bangunan. Jalur floo yang ada sementara waktu sedang rusak. Dilarang untuk berApparate, Draco memilih mengendarai sapu terbang yang dipinjamkan untuknya.

Meliuk pelan di udara, Draco mengendarai sapunya tidak secepat ketika ia bermain Quidditch. Pelan dan tidak tergesa-gesa. Bahkan ketinggian yang ia ambil tidak jauh berbeda dengan bangunan rumah-rumah para penyihir di bawahnya sekarang. Draco menunduk mengamati suasana perumahan penyihir dari atas ketinggian sejenak. Ia tersenyum, "pemandangan yang indah," batinnya.

Draco tiba-tiba teringat dengan Scorpius. Putra tunggalnya itu sedang aktif-aktifnya bermain. Ia memiliki janji pada Scorpius akan mengajaknya terbang saat anak itu bisa menaiki sapu terbang mainannya. Berselang dua minggu setelah Draco membelikan sapu terbang mainan, Scorpius rupanya sedang berusaha menagih janji ayahnya. Ya, Scorpius akhirnya bisa mengendalikan sapu terbang mainannya di usia yang belum genap tiga tahun. Kaki-kaki kecilnya melayang dan menapak sesekali ketika sapu mainan itu terbang membawa tubuhnya naik. Kekuatan sihir Scorpius sudah terlihat meskiun belum kuat.

Draco bangga pada putranya.

Terlalu lama melihat ke bawah, Draco perlahan mengalihkan pandangannya ke arah depan dan.. tanpa pernah ia sadari, seorang penyihir mengendarai sapu terbang yang sama melintas dengan cepat dari arah berlawanan dengannya.

Bruk!!

Tubuh Draco terpelanting jatuh dari ketinggian kurang lebih empat meter. Pundak kanannya menjadi anggota badan pertama yang mendarat di tanah, diikuti pinggul dan kakinya. Nyeri seketika menghantam seluruh persendian tubuh Draco. Kepalanya kembali pusing.

"Aw—kau punya mata tidak, sih?"

Teriak seseorang yang ikut terpelanting tidak jauh dari tempat Draco terduduk. Beberapa penyihir dengan pakaian kumal mendatangi Draco membantunya berdiri. Akhirnya Draco menyadari bahwa ia terjatuh di kawasan penyihir pinggiran. Para penyihir yang tergolong miskin dan tanpa pekerjaan tinggal di kawasan ini. Kebanyakan mereka adalah kaum penyihir yang tak memiliki pekerjaan bercampur dengan mereka yang dibuang oleh keluarganya karena lahir dengan keadaan squib. Draco tahu tempat ini.

"Tuan tidak apa?" tanya seorang wanita yang memberinya minum.

"Tidak apa, terima kasih—" ucap Draco sambil terus mengatur napas.

For Better, for Worse (Kumpulan Cerpen Wizarding World)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang