Pagi-pagi sekali Bude Murni sudah menelepon Mikha, memberitahu bawa mobil Pakde Budi yang biasa di pakai Vita untuk ngojek sedang nganggur, Vita tidak bisa ngojek karena ada urusan lain. Daripada mobil tersebut nganggur lebih baik Mikha gunakan untuk ngojek, lumayan untuk jajan. Pakde memang memiliki dua mobil dan satu motor. Kedua mobilnya ia gunakan untuk ngojek sedangkan motornya ia gunakan untuk kegiatan sehari-hari.
Waktu sudah menunjukkan Pukul setengah sembilan malam. Seharusnya ia sudah pulang, tapi saat ini ia masih menunggu seorang penumpang di depan sebuah gedung tinggi. Ia yakin pasti sebentar lagi Bude Yuni akan terus-menerus meneleponnya karena belum pulang juga.
"Mana sih nih penumpang? Lama bener dah." Decak Mikha. Karena bosan ia mengeluarkan handphone nya dan membuka game Pou. Terlalu fokus bermain game, ia tidak sadar bahwa penumpangnya sudah ada di depan pintu samping belakang.
Tok.. Tok.. Tok..
Penumpang tersebut mengetuk kaca mobil karena pintu mobil yang terkunci. Mikha memang sengaja mengunci pintu mobil, berjaga-jaga takut ada orang yang berniat jahat padanya. Apalagi sekarang sudah malam.
Setelah di bukakan pintu mobil oleh mikha, penumpang tersebut masuk ke dalam mobil. Mikha menatap wajah penumpang pria yang sekarang sedang duduk di kursi tengah dengan seksama, begitupun sebaliknya.
Dan ya, ia ingat betul dengan wajah pria tersebut. Pria ini adalah pria yang ia tabrak mobilnya waktu itu. "Loh, Mas yang waktu itu mobilnya saya tabrak, kan?" Pria tersebut hanya mengangguk sebagai jawabannya.
"Maaf Mbak, saya gak jadi naik ojek Mbaknya. Saya cancel aja, ya." Ujar pria tersebut mengeluarkan handphone nya.
Mikha membulatkan matanya mendengar ucapan pria di hadapannya. "Kok di cancel sih, Mas? Saya sudah nunggu loh dari tadi." Protes Mikha. Bagaimana bisa pria tersebut ingin mencancel pesanannya, saat Mikha sudah menunggunya malam-malam begini.
Pria tersebut mengalihkan pandangannya dari handphone nya menuju Mikha. "Maaf ya Mbak, saya tidak bisa menggadaikan nyawa saya dengan menumpangi mobil yang Mbak bawa. Saya tidak mau terjadi apa-apa dengan diri saya." Ungkap pria tersebut.
Saat pria tersebut akan menekan tombol cancel, Mikha dengan cepat merebut handphone tersebut dari tangannya. Pria tersebut terkejut dengan gerakan cepat Mikha. "Kembalikan handphone saya." Pria tersebut menjulurkan tangannya.
Mikha menyembunyikan handphone tersebut di belakang punggungnya. "Gak mau!" Tolak Mikha. "Denger ya Mas, saya akan tetep anter Masnya sampai tujuan dengan selamat. Kejadian waktu itu hanyalah sebuah kecelakaan."
"Justru karena itu sebuah kecelakaan saya jadi takut akan kembali terulang. Sekarang ayo kembalikan handphone saya. Saya mau memesan ojol yang lain saja." Ucap pria tersebut mendekatkan tubuhnya pada Mikha, mencoba meraih handphone yang di sembunyikan di punggung Mikha.
"Nggak, pokoknya sekarang Mas duduk yang manis, dan saya akan fokus menyetir." Mikha masih terus mempertahankan handphone pria tersebut di tangannya.
"Kalau memang kamu gak mau kembalikan handphone saya, terserah. Sekarang saya akan turun." Pria tersebut membuka pintu dan melangkahkan kakinya keluar dari mobil.
Dengan sigap Mikha juga keluar dari mobil dan menghampiri pria tersebut. Ia meraih tangan pria tersebut dan menariknya untuk kembali masuk ke dalam mobilnya. "Ayo masuk! Kalo nggak--"
"Kalo nggak apa? " Ucap pria tersebut memotong kalimat yang belum selesai Mikha ucapkan. "Yang ada juga kamu yang akan saya teriaki maling, karena kamu yang sudah mengambil handphone saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mari Berumah Tangga
Romance"Mari berumah tangga. " tiga kata yang menurut Mikha horor. Bagaimana tidak horor, lelaki yang sudah membantunya tetapi ia tidak tau siapa namanya kini sedang berdiri di hadapan dirinya mengajaknya untuk berumah tangga, dan parahnya di depan para ta...