With the Kiss I Die
Winter
&
Karina
-winrina-~***~
Jeju, Korea Selatan
Mei 2022Entah alam sedang memberi pertanda apa, tapi siang ini angin terus bergerak liar. Lautan tak berhenti menunjukkan kekuatannya dengan ombak yang menggulung ganas.
Tapi anehnya, keadaan itu sedikitpun tak mengusik seorang gadis yang terus berdiri di bibir pantai. Ia tetap tampak tenang meski ombak terus membentur tubuhnya cukup keras. Jelas tak ada raut takut diwajahnya yang datar.
Ia seakan tak peduli dengan apa yang terus ia tatap didepan sana. Rambutnya yang berwarna hitam keunguan tak henti-hentinya melambai di udara, membuatnya tampak sedikit berantakan.
Namun jika dilihat lebih jelas, kedua mata itu tampak begitu kosong. Ada begitu banyak kesedihan yang terungkap dari wajahnya. Ia tak perlu mengatakan apapun, seseorang pasti akan mengerti dengan mudah jika menatapnya lekat.
Dan kini pipi putih itu dibasahi oleh air yang baru saja mengalir dari pelupuk matanya.
Eomma,
Tanpa suara, tapi bibirnya mengucap satu kata itu.Tak menampik jika ibunya-lah yang terus memenuhi kepalanya. Seketika ia teringat lagi apa yang telah terjadi belakangan ini. Saat-saat terakhir ketika Tuhan memberinya kesempatan untuk melihat dan menjaga seseorang yang teramat ia cintai dan sayangi itu, satu-satunya orang yang begitu berharga untuknya.
Masih teringat begitu jelas ketika ia menemani wanita itu menghadapi hari-hari sulit yang harus dihabiskan di rumah sakit. Saat dimana ia harus berusaha sekuat tenaga untuk tetap tersenyum dan tak menampilkan kesedihan sedikitpun. Berusaha tenang dan menghibur wanita itu meski pada kenyataannya ia juga merasa begitu hancur.
Ia masih bisa merasakan seberapa hangat tangan ibunya ketika menggenggamnya dengan penuh kasih sayang.
Tapi ingatan buruklah yang menempel diotaknya dengan sangat lekat. Ia ingat bagaimana khawatirnya ia ketika menatap ibunya yang terus berbaring lemah dan tak berdaya di ranjang rumah sakit. Ia ingat ketika hari-harinya selalu dipenuhi oleh ketakutan. Ia juga ingat ketika benaknya dipenuhi rasa tak tega yang terus menggunung ketika harus melihat ibunya menahan rasa sakit.
Dan baru saja air matanya kembali mengalir dengan lebih deras ketika ingatan itu berakhir dengan perpisahan yang sampai kapanpun akan sulit untuk ia terima dengan penuh lapang dada. Hari terakhir ketika bersama ibunya. Pada akhirnya wanita itu meninggal meski ada sedikit rasa syukur karena saat itu ia berada disana.
"Apa kau baik-baik saja?"
Seseorang berjalan mendekatinya. Gadis itu tahu seorang wanita berusaha mengajaknya berbicara.
"Sebaiknya kau segera pergi. Cuaca sedang sangat buruk, cukup berbahaya jika kau terus berada disini"
Si gadis menoleh dengan lambat ketika wanita itu menyentuh pundaknya pelan. Seketika wanita itu dibuat terkejut, membuat mulutnya sedikit terbuka ketika menatap wajah gadis itu yang tampak begitu kacau. Matanya tampak begitu sembab, pipinya basah, dan air matanya masih mengalir dari pelupuk matanya.
"Apa kau baru putus cinta? Kau patah hati kan? Aish, aku jadi takut jika kau akan bunuh diri dengan menceburkan badanmu ke lautan yang tengah mengamuk itu"
Gadis itu tetap diam menunduk meski menerima kata-kata yang kurang mengenakan.
"Pulanglah, ayo pulang sekarang!" wanita itu berteriak keras. Ia juga mendorong si gadis untuk segera berjalan dan pergi dari tempat itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
With The Kiss I Die -winrina-
FanfictionIni tentang seorang gadis penghisap darah, yang selalu terperangkap dalam kisah tragis. Short story, -winrina- ©2022 penpanda_