ION #3

291 31 1
                                    

"Ah, kenalkan ini Lisa dan Jisoo Eonnie" Tunjuk Jennie kearah kedua teman barunya.

"Hai, aku Kai"

"Hai Kai, senang bertemu denganmu" Jawab Jisoo, sedangkan Lisa mengabaikan Kai.

Jennie, bahkan Jisoo dan Rose terus menatapnya dengan tatapan kebingungan, sebelumnya Lisa banyak tersenyum saat datang kemari dan sekarang dia menjadi agak lebih diam, itu aneh sekali.

"Eonnie, sepertinya aku tidak enak badan, aku ingin pulang" Ujar Lisa.

Jennie yang mendengar Lisa berkata begitu langsung menoleh dan menatap Lisa seakan dia khawatir dengan keadaannya.

"Kau baik-baik saja Lisa?"

"Tidak perlu dipikirkan, maaf aku dan Jisoo Eonnie harus segera pulang. Kami pergi dulu Rose, selamat malam" Tanpa menunggu jawaban dari Rose ataupun Jennie, Lisa dan Jisoo langsung segera pergi dari tempat itu.

Saat di mobil, Lisa tidak berbicara apapun dengan Jisoo, dia murung seakan sedang memikirkan sesuatu yang menyerang pikirannya. Jisoo sebenarnya tidak ingin terlalu ikut campur jika Lisa sedang seperti ini tapi hatinya berkata lain, Jisoo sangat khawatir.

"Lisa, apa kau baik-baik saja?"

"Aku baik, tidak perlu khawatir" Jawab Lisa dengan acuh.

"Ada apa dengan perubahan sikapmu itu?" Lisa terdiam karena pertanyaan Jisoo. Entah harus menjawab apa untuk pertanyaan Jisoo kali ini.

"Lisa, aku tidak bodoh. Apa kau menyukai gadis itu?" Pertanyaan Jisoo sontak membuat Lisa langsung menatapnya. Tepat sasaran.

"Bagaimana jika aku menjawab iya, Eonnie?" Lisa kembali bertanya, Jisoo berpikir untuk pertanyaan itu.

Dia harus memikirkan jawaban yang benar-benar tepat untuk Lisa karena menurutnya Lisa salah dalam hal ini, bahkan belum terhitung seminggu sejak Lisa mengenal Jennie, bagaimana dia bisa secepat itu menyukai seseorang?

"Eonnie? Apakah aku salah jika menyukai Jennie?"

"Lisa, aku pikir ini terlalu cepat untukmu. Kau bahkan belum lama mengenalnya dan aku rasa, kau tidak seharusnya bertindak seperti tadi. Biar aku tebak, kau cemburu?" Lisa mengangguk dan Jisoo terkekeh. Sangat lucu, ketika sudah tertangkap basah Lisa baru jujur.

"Lalisa, izinkan aku untuk menamparmu sedikit, eoh? Sadarlah jika kau bukan siapa-siapanya, kau dan dia hanya berstatus sebagai teman saja, apa kau pikir wajar jika seorang teman cemburu? Itu sangat konyol"

Lisa terdiam saat Jisoo melontarkan kata-katanya yang cukup menyayat hatinya, dia tertampar kenyataan hanya dengan kata-kata yang diucapkan oleh Jisoo saja. Jisoo tidak salah, tetapi Lisa tetap merasa kesal.

"Kau tau Lisa? Aku berkata seperti ini bukan karena aku tidak menyayangimu, justru aku berkata seperti ini karena aku sangat menyayangimu sebagai seorang Eonnie dan aku tidak ingin kau terluka hanya karena cinta. Jika Jennie menyukai pria, apa kau pikir kau akan menang melawan pria itu? Kau memiliki cinta, tapi dunia memiliki norma. Kau mau membandingkan semuanya? Mari aku bantu. Kau dan Jennie sama-sama perempuan, kau menyukai Jennie tapi tidak tau Jennie menyukai siapa, sedangkan Jennie dan Kai? Mereka sepertinya akrab dan mungkin sudah kenal cukup lama, jika Kai dengan Jennie mereka tidak harus memikirkan apapun karena mereka adalah sepasang lelaki dan perempuan"

Lisa menghela nafas karena kalimat yang baru saja ia dengar. "Tapi Eonnie, apa inti dari perkataanmu adalah masalah gender? Cinta adalah Cinta, tidak memandang apapun termasuk gender"

Jisoo terkekeh saat mendengar jawaban Lisa yang seperti memberontak dari kenyataan. "Cinta adalah Cinta, kau tidak bisa melakukan apapun jika mereka saling cinta Lalisa"

Lisa tidak ingin menjawab apapun lagi karena pembicaraan ini terasa semakin menyakitkan untuknya, dia tidak tau harus bagaimana dengan perasaan yang dia miliki untuk Jennie.

"Jika kau mencintainya maka aku akan mendukungmu, tapi kau tidak boleh lemah jika dia menyakitimu nanti" Jisoo menggenggam tangan Lisa dan tersenyum sambil mengendarai mobil.



_____





"Lisa?"

"Iya J?"

"Bolehkah aku berbagi cerita denganmu?"

"Tentu saja J, anggap saja aku sebagai rumahmu"

Jennie dan Lisa saat ini sedang saling mengirim pesan, ketika pulang tadi Lisa memang kehilangan semangatnya tapi setelah mendapatkan pesan dari Jennie, dia seakan melupakan semuanya dan dengan antusias membalas pesan dari Jennie.

Jennie menceritakan semua keluh kesahnya kepada Lisa, mulai dari masalahnya dengan orang tuanya, masalah tugas yang membuatnya agak depresi, dan masalah percintaannya. Lisa menerima semua keluhan Jennie dan meresponnya dengan sangat baik, dia ingin Jennie menjadi nyaman dengannya dan menganggapnya sebagai rumah jika wanita itu sedang berada diposisi tidak baik.

"Jujur saja Lisa, selama ini tidak ada yang merespon ku dengan cara sebaik dirimu, apa kau memiliki waktu yang sangat banyak sehingga kau mau mmenemaniku dengan semua cerita yang memuakkan ini?" Lisa tersenyum setelah membaca pesan dari Jennie.

"Tidak perlu memikirkan itu J, jika kau membutuhkan aku maka aku akan selalu ada untukmu"

"Tapi apa alasanmu?" Jennie kembali bertanya melalui suatu aplikasi.

"Lupakan tentang alasanku, pergilah tidur, ini sudah sangat malam"

"Baiklah, terimakasih untuk waktumu. Selamat malam, Lisa"

"Selamat malam, J"

Lisa mematikan ponselnya dan menaruh itu disamping tubuhnya, dia menatap atap kamarnya lalu tersenyum ketika membayangkan kembali saat Jennie mengatakan bahwa responnya adalah yang terbaik.

"Apa aku bisa menangani perasaanku kepadanya? Aku tau bahwa ini konyol dan perasaanku ini salah tapi aku benar-benar tidak meminta semua ini. Aku tidak menginginkannya tapi Tuhan memberikan rasa ini begitu saja, jadi siapa yang salah sekarang? Jika Tuhan tidak ingin aku menjadi seperti ini maka semuanya tidak akan terjadi, tapi aku rasa Tuhan memang menginginkan ini terjadi maka dari itu semuanya terjadi sesuai dengan kehendaknya, ini benar-benar rumit"

"Entah mengapa, saat kau menceritakan kisahmu yang menyedihkan, aku menjadi lebih menyukaimu dan ingin menjadi support sistem terbaikmu J"

Lisa menghela nafasnya untuk yang kesekian kalinya hari ini. "Jika memang ini maumu, bagaimana jika aku merubah takdirmu, Tuhan? Apa kau akan lebih menyayangiku karena aku menuruti kemauanmu atau justru kau membenciku nanti? Aku rasa kau tidak boleh membenciku untuk hal ini, kau yang memberikan rasa ini untukku, aku merasa tertantang kau tau? Kau memulainya jadi jika aku akhirnya hidup bahagia dengan J, maka kau harus memberkati pernikahan kami hingga maut memisahkan kami"

Lisa terkekeh saat menyadari bahwa tingkahnya sangat konyol, dia bahkan berbicara seakan sedang mengobrol dengan sahabat dekatnya, dia juga berprilaku seperti Tuhan benar-benar berada disampingnya dan menemaninya berbicara, walaupun tingkahnya sangat aneh tapi Lisa puas karena dia sudah mengeluarkan semua isi hatinya, dia berharap jika semuanya akan berjalan dengan lancar.

Setelah lelah tersenyum sambil mengeluarkan keluh kesahnya kepada angin dikamarnya, Lisa akhirnya memejamkan mata dan tertidur lelap. Tanpa Lisa ketahui ternyata Jisoo sedari tadi mendengar semua keluhannya, Jisoo tersenyum tipis karena dia seakan merasa apa yang Lisa rasakan saat ini, dia tau jika senyum yang terukir di bibir Lisa bukanlah senyum kebahagiaan, itu semua hanya topeng yang Lisa pakai.

Topeng terbaik yang pernah Jisoo lihat selama hidupnya.




_____




TBC.

It's okay, NiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang