O7 ; date ur fada

2.3K 281 5
                                    

Hari itu Hyunsuk pulang ke rumahnya, ia mengambil cuti seminggu lamanya. Jihoon ikut pulang bersama sekaligus ingin memperkenalkan diri pada calon mertuanya dan meminta restu.

Perjalanan dari Seoul ke Daegu hampir memakan waktu satu jam lebih dalam pesawat. Jaehyuk yang menjadi saksi bisu kebucinan sang papa sangat muak dan sedikit cemburu karena melihat Hyunsuk yang terus-terusan menyenderkan kepalanya pada bahu lebar Jihoon. Tapi ia bisa apa, hanya bisa menggerutu dalam pesan singkat yang ia kirimkan pada Asahi. Tak menanggapi serius, Asahi malah menertawakannya.

Setibanya di rumah ketiganya disambut oleh kedua orangtua Hyunsuk yang telah menunggu kedatangan mereka di halaman rumahnya.

Hyunsuk memeluk penuh kerinduan pada ibunya. Orangtuanya juga tidak kaget ketika melihat atensi Jihoon dan Jaehyuk disampingnya karena ia sudah lebih dulu memberitahu bahwa ia akan datang bersama kekasihnya juga calon anaknya. Sebelumnya juga Hyunsuk sudah memberitahu kedua orangtuanya bahwa ia memiliki seorang kekasih yang sudah memiliki seorang anak. Dan tanggapan mereka saat itu begitu shock tentu saja, terutama sang ibu, ia sangat ingin anak semata wayangnya itu mempunyai pasangan yang sempurna. Tapi Hyunsuk mencoba memberi pengertian kepada mereka dengan cara yang baik, jadi mau tak mau sang ibu mengiyakan.

"Annyeong, nyonya tuan." Jihoon menyapa kedua orangtua Hyunsuk dengan sopan sembari membungkukkan badannya sembilan puluh derajat. Diikuti oleh Jaehyuk yang juga melakukan hal yang sama.

Ayah Hyunsuk yang pertama kali membalas sapaan Jihoon karena istrinya itu tengah bereuforia memeluk anak satu-satunya mereka.

"Annyeong, selamat datang tuan." Pria paruh baya itu membungkukkan badannya ke arah Jihoon dan juga Jaehyuk.

Entah kenapa Jihoon merasa sedikit tidak enak ketika ayah Hyunsuk memanggilnya seperti itu.

Mereka akan menginap beberapa hari di rumah Hyunsuk dan Jihoon memutuskan untuk berbicara serius dengan kedua orangtua Hyunsuk perihal kedatangannya. Jadi, setelah makan malam berakhir Jihoon meminta kedua orangtua Hyunsuk untuk meminta waktu mereka untuk membicarakan tentangnya.

Saat ini Jihoon berada di ruang tamu minimalis itu, duduk berhadapan langsung dengan ayah Hyunsuk.

"Maaf sebelumnya, tapi saya hanya ingin menyampaikan beberapa hal kepada anda." Ucap Jihoon mengawali percakapan mereka.

"Tidak usah terlalu formal, nak." Ujar tuan Choi.

Jihoon mengangguk, "uhm tapi anda.."

Ayah Hyunsuk menggelengkan kepalanya. "Tidak apa, anggap saja aku temanmu. Atau kau boleh panggil aku ayah juga." Ucapnya sambil terkekeh.

"Baiklah," Jihoon menarik nafasnya sebelum kembali melanjutkan ucapannya. "Kedatangan saya kemari adalah untuk meminta restu untuk menikahi putra manis ayah."

Diam sejenak, tuan Choi belum memberikan respon apapun pada Jihoon.

Lagi-lagi Jihoon menahan kegugupannya. Pria itu melirik kearah pria paruh baya didepannya. "Mungkin terdengar aneh, tapi saya serius dengan ucapan saya. Walaupun umur saya terpaut jauh dari putra anda, tetapi itu tidak keberatan bagi saya." Ucap Jihoon lagi.

"Tapi apakah Hyunsuk keberatan?" Pertanyaan tuan Choi membuat Jihoon terdiam seketika.

Sementara Hyunsuk sedang mencuci bekas piring makan malam mereka. Dan ibu Hyunsuk tengah mengobrol bersama Jaehyuk selaku calon cucunya, percakapan mereka mengalir begitu saja, yang awalnya Jaehyuk kira akan canggung tetapi tidak, ia merasa seperti memiliki anggota keluarga baru seperti kehadiran neneknya. Ibu Hyunsuk juga merasa senang dengan kehadiran Jaehyuk.

Sayup-sayup Hyunsuk mendengar percakapan ibu dan Jaehyuk yang terdengar ceria dan antusias. Mantan pacarnya itu, ah ralat, calon anaknya itu juga sudah tidak secanggung tadi siang saat mereka pertama kali sampai ke Daegu.

Setelah selesai dengan pekerjaannya Hyunsuk kembali ikut ke dalam obrolan ibu dan juga Jaehyuk. Agak sedikit canggung memang, tetapi itu tidak membuatnya kehabisan bahan obrolan. Hingga suara tawa menguar begitu saja saat Jaehyuk membuat lelucon.

"Aigoo, lucu sekali cucuku ini." Ucap ibu Hyunsuk sembari mencubit pipi Jaehyuk dengan gemas. Wanita paruh baya itu merasa gemas dengan tingkah laku calon cucunya.

"Ibu, dia cuma beda tiga tahun sama aku." Hyunsuk memberikan sedikit informasi tentang usia Jaehyuk pada ibunya.

Ibu Hyunsuk sedikit kaget, namun ia merasa masalah dengan hal itu. Lalu tatapannya kembali pada Jaehyuk. "Ah, gakpapa, tetep lucu kok. Uuuuu iya kan uri Jaehyukie.."

Menghiraukan perkataan anaknya itu, ibu Hyunsuk kembali mencubiti pipi Jaehyuk layaknya seorang nenek yang gemas akan cucunya.

Hyunsuk sedikit cemburu melihat perlakuan itu, namun ia tidak ambil pusing. Ini yang anaknya siapa sih, pikir Hyunsuk.

"Rame banget, ada apa nih?" Suara ayah Hyunsuk terdengar, pria itu kembali setelah menyelesaikan percakapannya dengan Jihoon. Ia kemudian duduk di sebelah istrinya. Diikuti Jihoon yang juga duduk di atas sofa kosong sebelah Hyunsuk.

"Ini loh tadi uri Jaehyukie bilang kalo dia sedang belajar ice skating dan terjatuh tengkurap seperti ikan dijemur." Jelas nyonya Choi pada suaminya diiringi dengan tawanya. "Kasian, tapi lucu banget ekspresi Jaehyukie nya."

Mendengar penuturan istrinya itu, tuan Choi hanya menatap hangat keduanya.




***


Hari ini pernikahan Jihoon dan Hyunsuk digelar. Perasaan Hyunsuk campur aduk, ia sangat gugup sekaligus senang.

"Sayang, jangan gugup. Rileks aja." Ibu Hyunsuk menenangkan anak semata wayangnya saat ia melihat Hyunsuk mondar-mandir.

"Bu," Hyunsuk berhenti kemudian menatap ibunya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Jangan nangis sayang." Nyonya Choi lalu memeluk Hyunsuk dan mengusap punggungnya. "Anak manisnya mama udah mau nikah, ibu sedih bakalan ditinggal berdua aja sama ayah. Tapi ibu seneng akhirnya kamu menikah dengan pria yang tepat." Ucapnya lagi.

Tuan Choi yang melihat itupun hanya menghela nafas, perasaannya sedih sekaligus bahagia. Sedih karena anaknya akan meninggalkannya, bahagia karena anak manisnya itu sudah menemukan cintanya.

Langkahnya kemudian berjalan menuju keduanya, ia memeluk dua orang tersayang nya itu dengan erat dan sedikit menyeka air matanya.

"Ayah jangan nangis." Ucap Hyunsuk saat ia melihat sang ayah meneteskan air mata.

"Ah, enggak. Ayah gak nangis." Ucap Pria paruh baya itu sembari mengusap wajahnya.

Hyunsuk hanya tertawa mendengarnya. Kemudian ketika seseorang mengetuk pintu ruangannya dan berkata kepada mereka bahwa pemberkatan akan segera dimulai. Dan Hyunsuk harus segera bersiap.


***

double up?

date ur fada ; hoonsuk ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang