Namanya Dodi, seorang boti kenalan Irin. Perawakannya gak jauh lebih tinggi daripada gue dan Irin. Anaknya murah senyum dan cepat akrab. Kita bertiga jadi kaya sohib yang udah kenal lama banget ngobrol ngalor-ngidul padahal nyatanya baru kenal beberapa jam.
"Bagus tuh lo udah mengajak suami lo buat berhubungan intim. Terusin Jake, biar makin klepek-klepek dia"
"Liat deh, gaya berpakaian Jake juga berubah. Wkwkkwkw asal lo tau ya Dod, dulu dia kaya gembel"
Gue manggut-manggut mendengar Guru Boti dan Dokter Cinta saling memberi gue petuah kehidupan.
+dan sedikit ejekan.
"Biar suami lo makin jatuh, lo goda aja tiap hari pokoknya jangan kasih kendor!"
Sekali lagi gue hanya manggut-manggut.
Kita bertiga sekarang sedang duduk diatas tikar dan ngerumpi dibelakang kasir. Spacenya agak gede setelah gue minta Sunghoon buat nyuruh orang untuk ngerenov belakang kasir agar gue bisa bebas berleyeh-leyeh bersama Irin.
"Btw, lo juga harus waspada sama 'uler-uler'. Kata Irin suami lo tajir kan? Nah sasaran empuk tuh bagi baby2 mencari daddy kw"
Tambah Irin memanasi, "Iya, apalagi Sunghoon ganteng begitu siapa yang gak tertarik"
Kita bertiga nongki sampai sore hari. Ternyata Dodi satu spesies dengan gue dan Irin. Samsek gak ada jaim-jaimnya.
Mereka juga menyarankan gue untuk membuatkan bekal spesial ke Sunghoon buat dibawa ke tempat kerjanya. Dan gue diem-diem mampir ke rumah ortu Sunghoon tanpa sepengetahuannya. Gue mewawancara mami segala makanan yang Sunghoon suka dan tidak suka.
Sekalian gue belajar masak diajari mami. Gue juga dibawain hasil masakannya dan beberapa kue kecil buat dimakan berdua sama Sunghoon.
"Kapan kalian pindah ke rumah yang udah Papi beli?"
"Kalau Jake ya ikut Sunghoon aja Pi"
"Haduh, anak itu memang ya. Masa tinggal di apart sempit seperti itu apa engga kasian sama suaminya. Nanti biar Papi marahi dia!"
Gue cuman senyum dan menyanggah perkataan papi dengan sopan.
"Enggak papa Pi. Jake juga nyaman disana kok"
Apart Sunghoon itu luas banget coy. Bahkan lebih luas daripada kontrakan gue dulu sama ayah yang cuman secuplik isi satu kamar.
Kalau bagi gue udah bersyukur banget dikasih tinggal di apart segede gaban begitu.
Gue yakin sih rumah yang dibeliin papinya Sunghoon gedenya gak main-main. Liat aja sekarang rumah ortu Sunghoon udah kaya mansion saking luasnya. Yah namanya juga deretan orang terkaya di negeri ini. Jadi harusnya gue udah gak heran lagi....
🐩🐕
"Hoon, kalau aku buatin bekel dan aku anterin ke kantor ... boleh?"
Sunghoon melepas pelukan kita berdua dan melihat ke arah gue.
"Gak boleh"
Gue sedih denger penolakan dia. Kenapa gak boleh? Apa bener kata si Dokter Cinta dan Guru Boti kalau bisa aja Sunghoon menyembunyikan kedoknya kalau sampai gak memperbolehkan gue buat ke kantornya.
Gue murung. Bibir gue maju. Ya apadaya, kalau dia udah nolak ... tapi gue gak ikhlas.
Gue gak mau melihat muka dia karena gue kecewa. Jadi gue lebih memilih untuk menyenderkan wajah gue ke dada bidangnya. Gue mainin lengan dia yang lagi melingkar di pinggang gue.
"Kenapa gak boleh?"
Kata gue sedih. Mood gue tiba-tiba menurun drastis.
"Nurut Jake"
Gue mendongak cepat ke Sunghoon yang saat ini lagi menampilkan wajah datarnya. Akhir-akhir ini dia jarang panggil gue dengan nama. Lebih seringnya panggil 'cantik'. Tapi sekarang dia malah panggil gue dengan nama asli. Gue semakin yakin kalau ucapan Irin dan Dodi itu benar adanya.
Hati gue sakit. Gue mulai terisak kecil di dadanya. Kenapa sih gue bisa se-cengeng ini sejak menikah sama Sunghoon?
"Hiks... S-sunghoon jahat!"
Sumpah gue gatau! Kenapa gue jadi berasa paling lemah dan tersakiti. Intinya gue cuman pengen nangis.
..... GUE SENDIRI BINGUNG KENAPA GUE BERUBAH? Perasaan dulu gue tahan banting, no mewek mewek club walau ada hutang 1M. Aneh ... gue aneh.
"Loh-loh kok nangis!? Aku bercandaaa cantik"
Sunghoon gelagapan berusaha menghapus air mata gue. Berulang kali dia cium pipi, kening, hidung, semua area wajah gue tanpa terkecuali.
"Maaf. Jangan nangis lagi, ya. Alasan aku gak memperbolehkan kamu itu karena aku takut kamu capek. Aku bayangin kamu bersih-bersih apart seluas ini selama aku ngantor aja gak tega tapi kamunya gak mau ada pembantu"
Gue masih menangis sesenggukan, "A-hiks-aku gak capek. Pengen... hiks... main ke kantor Sunghoon"
"Besok aku suruh supir jemput tiap kali kamu mau main ke kantor. Kalau soal bekel, nanti kita berdua beli dan makan sama-sama di ruangan aku"
Gue cuman manggut-manggut. Sunghoon bawa tubuh gue untuk menimpa atas badan dia dan tangan dia menelusup di pinggang. Dia berulang kali bisikin ke gue dengan lembut untuk gak menangis lagi.
Dan gue lama-lama terkantuk-kantuk. Gue pengen tidur posisi begini sampai pagi.
Sejak kejadian panas terakhir kali, gue jadi suka nempel ke Sunghoon tanpa ada drama gengsi. Kaya sekarang, posisi kita berdua cuddle dengan gue yang minta lebih dulu.
{~~~~~~~~~~~~~}
*Bonus foto :)
Chapter ini seharusnya aku up besok. Tapi aku up sekarang aja, jadi besok aku gak up apa-apa. Sampai bertemu lusa depan👋
KAMU SEDANG MEMBACA
SETAHUN?! (Sungjake) Sampe Tanggal 29 (+-)🔒
HumorGak up dulu ya karna aku masih masa ospek🙏 Gimana sih kehidupan pasangan baru, Sunghoon dan Jake yang akan berjalan selama setahun ini? Iya bener setahun. Ga lebih, karena perjanjiannya cuman sampe disitu. Ini semua gara-gara Sunghoon yang males...