Bertemu Ken

532 68 7
                                    

"Tadi kamu nunggu lama? Bosen?" 

Gue manggut-manggut. Lalu menjawab, "Tapi aku seneng soalnya bisa keliling dan dapat hiburan kecil. Aku jadi nostalgia, walau perusahaan Ayah aku dulu gak sebesar punya kamu" 

Gue puas berkeliling sendirian mengitari mewahnya perusahaan ini sembari nunggu Sunghoon selesai rapat. Dulu waktu gue kecil, gue juga suka keliling di taman mini di perusahaan Ayah dan main sama- sebut saja Mantan Bunda. Gue bingung mau manggil dia pake nama apaan.

Gak nyangka aja gue orang yang gue kira baik dan lembut bisa berubah 180 derajat. Manusia itu kompleks ya. Kadang begini, kadang begitu. Pertanyaannya,  apa yang mendasari Mantan Bunda gue untuk meninggalkan keluarga kecilnya?

Apakah harta? Ataukah cinta baru dari pria lain?

Padahal cinta Ayah gue begitu besar buat dia. Bahkan berusaha keras untuk menyokong kehidupan Bunda biar gak malu didepan temen-temen arisannya.

Tapi apa mau dikata, Mantan Bunda gue lebih memilih untuk membuang kami berdua.

Gue rasa dulu gue sama jahatnya sama dia. Gue sombong, gue lebih mengedepankan gengsi, dan gue sempat menyalahkan Ayah.

Itu adalah sebuah penyesalan terbesar dalam hidup gue....

Kalau boleh diulang dan Ayah masih ada. Gue janji akan berusaha membahagiakan dia.

"Jangan bengong entar disamber gledek"  Sunghoon menepuk pelan kepala gue dan membuat lamunan gue buyar.

"Ngawur"

"Sunghoon?" 

"Iya, kenapa?" 

Saat ini gue tidur-tiduran di sofa. Tapi gue pengen sesuatu yang lain dan agak emm.... anu. Gue bosen cuman leha-leha doang mainin HP Sunghoon. Entah dimana keberadaan akal sehat gue saat ini. Mungkin lagi liburan makanya gua agak gila.

"Mau minta pangku ..."

Sunghoon segera memundurkan kursi kebesarannya dan menepuk pahanya mengkode gue untuk duduk disitu. 

"Sini cantik" kata Sunghoon terkekeh rendah.

"Yipiy, makasihh" Gue suka kalau udah dipanggil cantik, hihihi.

Gue berdiri dan duduk diatas kedua paha Sunghoon. Punggung gue bersandar di badan kekarnya yang terbalut kemeja putih. Gue ikut membaca berkas yang lagi dia pegang di depan gue. Rumit juga ye kerja macem begini. Gue yang lihat sekilas aja pusing, apalagi gue lihat sebagian besar menggunakan bahasa asing yang tidak gue mengerti. 

"Sunghoon cium?"

Sunghoon menaruh berkasnya dan melumat bibir gue dengan durasi yang lumayan lama. Gue butuh afeksi dari Sunghoon jadi kalian semua jangan ejek gue!

"Akhir-akhir ini kamu manja" Kata Sunghoon setelah melepas ciuman kami berdua.

Bibir gue manyun dan kepala gue mendongak keatas. "Emang kenapa? Kamu risih ya?"

"Aku malah suka kalau cantikku manja. Rasanya beban stress aku menguap gitu aja" Kepala Sunghoon tenggelem di ceruk leher gue.

"Parfum kamu baru? Biasanya wanginya kuat, tapi sekarang manis"

Gue merasakan hawa-hawa gak enak mulai menyerang karna tangan Sunghoon mulai nurunin kerah sweater gue. Untuk menghentikan sebelum hal yang lebih parah terjadi maka gue merengek ke Sunghoon biar dia fokus ke kerjaannya lagi.

"Sunghoon ih jangan endus-endus! Geli tauu!"





























Cklek!
















Suara pintu terbuka jelas membuat gue terperanjat. Gue cepet-cepet membetulkan sweater gue yang sedikit merosot ke bahu. Sedangkan pelakunya malah biasa aja.

"Eh ma-maaf"

Lanjutnya, "Itu tadi kata Ayah aku, Kak Sunghoon ada disini dan aku disuruh ketemu Kakak"

"Lain kali ketuk dulu pintunya. Gak sopan asal masuk ke ruangan orang lain"

Gue sedikit kasihan ngeliat Ken kena omelan dari Sunghoon. Anak itu berulang kali minta maaf dan gue bilang gak apa-apa buat menenangkan dia. 

"Ken ada perlu sama Sunghoon ya? Aku keluar aja ya biar gak mengganggu waktu kerja kalian. Barangkali ada hal penting yang perlu dibicarakan" 

Gue berniat untuk turun dari pangkuan Sunghoon. Tapi sialnya, suami gua malah menahan pingangg ramping gue dengan satu tangannya dibalik meja. Gue malu anjir! Diliat lagi pangku-pangkuan begini sama orang lain kan kaga enak. 

"Ken gak kerja disini. Jadi kamu gak usah pergi kemana-kemana"

"Emm.... iya Jake, lagipula aku juga masih kuliah. Aku tadi disuruh Ayah buat ikut dia kesini" 

"Anu, a-aku boleh numpang disini sebentar gak sampai Ayah jemput lagi?"

"Gak. Kantin kan ada, lo bisa nunggu disana."

Sunghoon menolak Ken mentah-mentah membuat gue mencubit lengan tangannya dibalik meja.

Muka Ken melas denger penolakan dari Sunghoon dan saat ini dia tengah menatap gue.

"Maaf. Aku janji gak bakal ganggu kalian berdua. A-aku cuman numpang duduk aja"

Perkataan dia terbata-bata dan semakin memelas ke arah gue. Perhatian gue jatuh pada tangan dia yang mencengkram bawahan bajunya hingga kusut.

Kenapa nih anak?

"Gapapa Ken. Sini masuk aja duduk disofa. Gak usah dengerin Sunghoon"

Maka dari itu setelah gue memberi izin, Ken langsung masuk dan anteng duduk di sofa. Gue merasa ada yang gak beres ngeliat muka pucetnya dan tingkah gugup dia.

Gue pengen ngobrol sama Ken. Tapi pelukan Sunghoon erat banget gak memperbolehkan gue untuk berdiri. Akhirnya gue menggunakan cara barusan, yaitu mencubit lengannya lagi.

Tapi yang gue dapatkan adalah aksi balasan dari Sunghoon dengan mencubit puting gue dari balik Sweater.

"Ah!" 

SUNGHOON KURANG AJAR! 

ITU TITIK SENSITIF GUEEEEEEEE!

Setelah kepergok pangku-pangkuan didepan Ken, sekarang gue malah mendesah. Muka gue bukan muka tembok. Sumpah gue malu.

Gue gak mau kalah. Gue sikut perut dia menggunakan siku gue dan ketika pelukan dia mulai renggang. Gue dengan cepat kabur dan duduk disebelah Ken.

"Sunghoon, awas aja kamu nanti aku aduin ke Papi karna meninggalkan pekerjaan!!"

Misuh gue.

Oke, mari tinggalkan Sunghoon dan fokus ke cowo gemes disebelah gue. Waktu awal-awal, jujur gue sempet naksir sama dia. Anaknya murah senyum dan manis.

"Ken kamu sering mampir ke sini ya?"

"Iya Jake. Ayah aku sama Ayahnya kak Sunghoon kan kolega bisnis."

Gue manggut-manggut mendengar jawabannya.

Entah kenapa kecurigaan gue terhadap anak manis itu semakin melebar apalagi setelah Ayahnya datang menjemput dia ke ruangan Sunghoon. Dari gerak-geriknya kaya takut?

.... Atau cuman pikiran gue aja?

SETAHUN?! (Sungjake) Sampe Tanggal 29 (+-)🔒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang