Part 13 - Tetangga Baru

124 13 1
                                    


Hi, maaf ya baru update udah lama buat kalian nunggu. Sebagai ganti aku up part panjang lagi buat kalian. Happy reading.

***

"Sekarang sebut huruf o," ucap Denan.

"O ...." Tepat saat Vanila menyebut huruf tersebut, Denan langsung menyumpat mulut gadis itu 3 yupi pink berbentuk love yang masing-masing sudah ditempelkan obat.

"Kunyah pelan, baru telan."

"Hmm ... kayak yupi. Tapi kok ada pahit-pahitnya." Dengan mata tertutup, kedua alis Vanila mengerut, lidahnya berusaha memecahkan perpaduan rasa antara manis dan pahit yang mulai memenuhi kerongkongannya.

"Boleh saya minta air, pahit!" ujar Vanila, menekan kata akhir, tenggorokannya mulai terasa pahit, apa itu obat?

Denan menyodorkan segelas air, pria itu kemudian membuka kain hitam yang menutup mata Vanila.

"Itu yupi, kan? Tapi kok rasa obat." Vanila bisa menebaknya dari pembungkus yupi yang ia lihat tergeletak di meja.

Denan berdiri, "Emang ada obatnya."

"Huek ...." Ingin sekali rasanya meludah, tenggorokannya masih terasa pahit, Vanila kembali meneguk segelas air.

Denan meletakkan satu bungkus yupi di atas meja, "Makan ini, sebentar pahitnya hilang sendiri."

"Saya berangkat pagi, kamu jaga kebersihan rumah."

"Rumah ini kotor, kamu dapat konsekuensinya, ancam Denan membuat Vanila tertegun.

"Iya maaf atas kejadian kemarin."

Denan mengambil tasnya di atas meja, "Satu lagi, sampah di kantong kamu buang di depan." Ia menunjuk keranjang sampah yang terbungkus kantong hitam.

"Siap Pak, laksanakan."

"Ngomong-ngomong, tadi makasih sudah di bantu minum obat," Vanila melebarkan senyum, tapi Denan tak menggubris ucapannya ataupun berbalik untuk melihat wajah Vanila, pria itu langsung bergegas pergi dari tempat.

Vanila berdecak saat Denan sudah berjalan jauh darinya,  mengapa pria itu sulit sekali ditebak kadang baik, kadang ngeselin, kadang banyak bicara, kadang juga kayak kulkas berjalan, Vanila menghela panjang, mungkin ia harus belajar terbiasa dengan karakter Denan yang suka berubah-ubah.

Vanila menatap satu bungkus yupi di atas meja, ia mengamati pembungkusnya yang berwarna pink, "Setidaknya rasa strawberry."

***

Aroma daun teh hijau memenuhi ruang yang berada di sudut kini di tempati oleh seorang pria yang duduk menyandar ke belakang kursi memopong satu kaki ke kaki lainnya sembari menfokuskan mata pada sebuah koran yang ada di genggamannya.

“Pak Denan, sudah dari tadi nungguin saya?” seorang pria berkemeja navy polos menarik kursi lalu duduk.

Denan meletakkan koran di atas meja, “Saya baru tiba 25 menit yang lalu, Dok.”

Pria yang dipanggil Dokter itu mengangguk. “Sudah lama saya tidak menanyai kabar Nona Vanila, bagaimana keadaannya sekarang? Apa ingatannya sejauh ini baik-baik saja?”

“Tepat, itu tujuan saya memanggil anda, Dokter Michael.”

Michael kembali mengangguk, sejujurnya saja saat Vanila berada di rumah sakit 2 minggu lalu mengetahui gadis itu ialah istri dari Denan, Michael memperlakukan mereka seperti orang penting, tanpa Denan sadari Michael menjadikan pria itu sebagai orang berjasa dalam hidupnya.

Kebaikan yang Denan berikan dua tahun lalu masih Michael simpan sampai sekarang, tapi Michael merasa Denan sudah melupakan kebaikan yang pernah ia berikan padanya, ia ingat saat mereka kembali di pertemukan di rumah sakit waktu itu, Denan tidak menyapanya ataupun menanyai kabarnya, padahal ucapan terima kasih yang seharusnya Michael berikan dua tahun lalu tersampaikan tapi ….
Ia tidak tahu Denan pergi tanpa memberitahunya.

Imamku Jenderal Tentara : Denan & VanilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang