Part 1 | Gulali Pelangi

478 22 0
                                    

Pesawat Garuda Indonesia melakukan pendaratan di Bandara Soekarno Hatta, Denan sudah menelpon Pak Somad–sopir yang sudah mengabdikan diri selama 2 bulan terakhir, untuk menjemput mereka di bandara.

Keduanya baru saja menghabiskan liburan di Swiss selama dua pekan, ada kebahagiaan tersendiri bagi Vanila sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke-21 tahun dari Denan, tentu saja itu kenangan yang tak bisa ia lupakan, ada banyak momen indah yang Denan siapkan.

Terlihat Denan mendorong dua koper bersama Vanila yang duduk di atas salah satu koper, banyak orang berjalan ke luar dari arah belakang mereka.

"Denan lihat sini!" Vanila mengangkat handphone tinggi-tinggi dan memiringkannya.

"Aku bilang ciss, kamu berpose gini ya?" gadis itu berpose 'v' dengan jari kanan.

"Three ... two, ciss!"

Vanila nampak tersenyum, menatap foto dirinya dan Denan, ia berniat mengupdate foto itu di instagram, sebagai kenangan, dan memperlihatkan ke semua orang, betapa ia mencintai Denan, dan pria itu hanya miliknya seutuh.

Vanila menghela berat, ia menyender lelah ke belakang, Denan yang peka akan hal itu mengacak pelan pucuk kepala Vanila. "Kenapa, capek?"

"He'em," jawab Vanila bermain handphone, dengan mulut yang di kerucutkan.

Denan mengangkat kedua sudut bibir, "Yaudah, mau makan ice cream, nggak?"

Vanila mengangkat wajah, menatap Denan, "Bener!" serunya bersemangat.

"Iya, sayang."

***

Keduanya duduk di halte Bandara menunggu Pak Somad datang, dua koper bersender di sisi kanan, cuaca saat itu mendung jadi hawanya terasa sejuk. Vanila memainkan kaki bergantian ke atas dan ke bawah, sambil menikmati ice cream rasa strawberry kesukaannya.

Sementara Denan, menikmati cofee cup hangat bertabur caramel.

"Gimana sekarang udah seneng?" tanya Denan, melirik Vanila.

Vanila mengangguk-angguk, memeluk Denan, lalu melepasnya dan kembali menikmati ice cream di genggaman gadis itu.

Tak terasa dua tahun berlalu, mempertahankan sebuah hubungan yang awalnya tidak didasari cinta, bukanlah hal mudah bagi keduanya, lika-liku kehidupan sili berganti.

Pepatah petua jaman dulu mengatakan jangan pernah membenci seseorang secara berlebihan jika kau tidak ingin jatuh terperangkap, dalam artian rasa benci bisa saja menjelma jadi cinta, tak ada yang tahu.

Seperti itulah kisah Denan dan Vanila. Yah awalnya Vanila begitu membenci Denan, sangat tidak suka, begitupun Denan, setiap hari rumah tangga mereka di hiasi dengan perkelahian melalui adu mulut, pisah tempat tidur, cekcok pendapat dan lain sebagainya.

Namun sekarang pepatah benci menjadi cinta, terasa seperti keajaiban.

Pip!

"Pak Somad udah datang tuh," reflek Vanila menoleh menunjuk mobil Avansa hitam yang terparkir 5 meter dari mereka. Vanila hafal betul mobil yang dikendarai Pak Somad itu karena ada stiker 'assalamu'alaikum' yang tertempel di punggung kaca mobil.

"Pak Somad, di sini!" Vanila melambai, melihat itu pria paruh baya tersebut turun dari mobil menghampiri keduanya.

Denan berdiri dari duduknya, membantu Pak Somad memasukkan koper ke dalam bagasi mobil.

Vanila terlihat lesuh, ia menghela pelan mencoba berdiri menyeimbangkan tubuh, tapi kakinya sangat sulit untuk menahan itu.

Perjalanan panjang dari Swiss menuju Indonesia, sangat melelahkan bagi Vanila, ia banyak menghabiskan waktu tidur, bermain handphone, membaca majalah di dalam pesawat, walau begitu punggung dan kakinya tetap terasa pegal karena harus duduk berjam-jam lamanya.

Imamku Jenderal Tentara : Denan & VanilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang