Bab 12 : Murid Baru

48 7 0
                                    

"Namaku Leo, senang berkenalan dengan mu, oh ya aku ingin memberitahu mu sesuatu, tapi karena aku takut surat ini akan di baca orang lain, jadi aku menulis nya di kertas seperti itu"

"Mungkin kau tidak tau siapa aku sebenarnya, secara setiap kali kita bertemu, aku selalu menutupi diriku dengan pakaian hitam, hari itu aku tidak berharap kau akan melihat wajah ku secara langsung, karena aku takut, kau akan merasa ketakutan setelah melihat nya.

"Kau tau sedikit tentang ras Goblin? bertahun-tahun lalu, ras itu di buru oleh para manusia, karena pertikaian yg serius, sehingga ras goblin di nyatakan telah punah, namun seseorang berhasil selamat dan dia menyimpan seluruh telur goblin dan menjaganya di sebuah gua, itu adalah kami, aku adalah ras goblin, kau mungkin terkejut melihat kecepatan kami saat melesat, tapi itu memang kemampuan kami yg melebihi ras manapun, termasuk ras Vampire, setelah aku beritahu semua ini, apa kau akan menjauhi ku?"

"Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi sekarang, semua kawanan ku mungkin mengira aku sudah mati, karena sudah melanggar aturan, hari itu aku mendekati mu dan mengajak mu pergi, tapi pemimpin ras kami mengetahui nya, dan hampir melukai mu saat itu, dia menghukum ku, tapi untung nya seseorang berhasil menyelamatkan ku, dan aku di bawa pergi, mereka mungkin masih ada di gua, jadi aku ingin memperingatkan mu, agar tidak pergi ke gua sendirian, entah itu ke gua manapun"

"Sebenarnya aku hanya ingin berteman dengan mu, tapi setelah kau tau semua ini, apa kau ingin menerima ku?"

"Goblin? ras apa itu, mengapa aku tidak pernah melihat nya?" tanya Agatha ragu-ragu

"Kau juga akan tau, jika kau ingin membalas surat ini, letakkan saja di luar jendela kamar mu, aku akan mengambil nya, kau tidak perlu keluar jika kau masih takut"

"Aku...aku... tidak..."

"Apa kau mau berteman dengan ku?"


Agatha menengadah, "Aku..."


"Ahk...!"


"Kau kenapa?"


"Sakit...sakit sekali"

Agatha segera mendekat, kepanikan terlihat di raut wajah nya, "Kenapa?" tanya Agatha sekali lagi, namun tidak ada jawaban.

"Hahhhhhhh?"

"Agatha?" Caven secepatnya memeluk putrinya dengan erat, melihat Agatha tiba-tiba terbangun, dengan keringat yg mengkujur di kening nya.

"Hhhhh...apa itu hanya mimpi?" batin Agatha memejamkan matanya mencoba mengingat kembali alur cerita mimpinya, namun seakan mimpi itu tiba-tiba hilang.

"Agatha!" panggil Caven pelan

Agatha segera melepaskan cengkraman tangan nya di pundak Caven, lalu mulai menengadah untuk menatap wajah Ayahanda nya.

"Ada apa?" tanya Caven

"Ayahanda.. aku" ucapan Agatha berhenti saat dia baru sadar kalau bukan hanya mereka berdua yg ada di kamar ini, melainkan
ada para pangeran dan putri klan di sana, termasuk juga Castor dan Mr. Klaudia seorang wanita yg mengajar ilmu kesehatan dan penyembuhan menggunakan elemen cahaya.

"Ada apa? katakan kepada ayahanda, apa yg terjadi? apa ada seseorang yg mengganggu mu, atau ada sesuatu ygengacau pikiran mu?" bujuk Caven lembut.

Agatha terbungkam, dia harus berpikir keras, jika dia memberi tahu sekarang pasti ada yg pro dan kontra terhadap pernyataan nya, tapi jika dia menyembunyikan nya mungkin akan lebih berbahaya.

"Tidak ada ayahanda, aku hanya lelah saja" jawab Agatha menunduk dengan wajah pucat.

Caven terdiam lama, ekspresi nya menjadi sendu, jika seperti ini, pasti putrinya sedang berbohong, anak gadis nya ini paling tidak bisa berbohong padanya, jika sudah berbicara tanpa menatap matanya, bisa di pastikan kalau Agatha menyembunyikan sesuatu.

"Hhhh...baiklah, ayahanda percaya, yasudah kau istirahat saja, ayahanda akan temani" Caven tersenyum hangat

"Ap..apa Ayahanda percaya begitu saja?" Batin Agatha menatap wajah Caven dengan tatapan ketakutan.

Caven mendekat, perlahan meraih punggung Agatha, menarik nya pelan membuat tubuh gadis mungil itu mendarat di pelukan nya, "Ayahanda tahu, ada sesuatu yg kau sembunyikan, kita bicara kan nanti, setelah kau istirahat" bisik Caven tepat di telingan Agatha, mendengarkan nya membuat Agatha merinding kelu, sedikit takut karena Caven tidak akan mentolerir sedikitpun kebohongan.


Caven menatap putrinya dengan dalam, setelah membuat formasi pelindung transparan, itu akan membuat perbincangan mereka lebih rahasia karena tidak akan ada yg bisa mendengar nya, namun setelah dua puluh menit berlalu, Caven masih menunggu Agatha yg hanya diam untuk meyakinkan dirinya agar segera bicara.

"Katakan lah Ayahanda tidak akan marah jika kau melakukan kesalahan"

Agatha menatap Caven lama, tanpa di duga kedua matanya memanas mengeluarkan air mata, tentu Caven kaget plus cemas, "Apa Ayahanda membuat mu takut? Ayahanda berjanji tidak akan marah, sekarang jelaskan semuanya, Ayahanda takut yg kau sembunyikan itu sesuatu yg berbahaya, kau tau tadinya Ayahanda sudah berencana berangkat ke klan iblis, tapi karena mendengar kabar dari Mr. Castor kalau kau pingsan, jadi Ayahanda menunda nya, meskipun itu urusan yg begitu penting, tapi kau lebih penting dari pada itu, Ayahanda masih takut karena Ibunda mu yg menggantikan Ayahanda, Ibunda mu sudah di klan iblis sekarang, Ayahanda tidak ingin membuang waktu di sini oke, jadi jelaskan sekarang, Ayahanda takut Ibunda mu kenapa-kenapa"

Agatha mengusap air matanya dengan punggung tangan nya, "Ma..maafkan aku Ayahanda, aku tidak bermaksud untuk merepotkan mu"

"Ehh tidak..bukan itu yg Ayahanda maksud, kau tidak pernah merepotkan Ayahanda" Caven mengusap surai Agatha dengan perlahan.

Agatha bangkit dari kasur yg ia duduki sekarang, mengambil sebuah amplop dari laci, yap kini mereka ada di kamar Agatha.

"Ayahanda berjanji, tidak akan marah"

Caven mengangguk dengan perasaan mulai ragu, melihat mimik wajah Agatha yg mulai terlihat cemas.

"Kalau aku beritahu, Ayahanda tidak akan melukai nya bukan?"

Caven mendelik bingung, namun dengan tenang dia mengangguk-anggukkan kepalanya lagi. Agatha memberikan amplop itu dengan ragu, "Ayahanda percayalah kalau bukan dia yg melukai kakak Gama"

Caven menatap tajam, segera merampas surat itu dengan tatapan rumit, melihat nya Agatha menjadi merinding dan menarik kembali surat itu, "Ayahanda sudah berjanji, jangan marah" wajah Agatha hingga air matanya kembali jatuh.

Sungguh Caven tidak bisa mengendalikan dirinya sekarang, kedua pupil nya kini berubah menjadi merah, kedua taring nya mulai muncul, wajah itu benar-benar menunjukkan wajah sosok penguasa Vampire yg sebenarnya.

Agatha meringis, mundur perlahan dengan gemetar, bukan...pasti bukan dia alasan Caven marah,

"Duaarrr...."


Elemen petir Caven merusak dinding kamar Agatha, dengan satu kali gerakan, dia berpindah tempat ke luar tepat dimana sebelumnya seseorang berdiri di balik jendela,

"Ahkk..sakit" ringis nya

"Siapa kau!!!" gertak Caven mencengkram leher nya dengan kuat.

"AYAHANDA...." Agatha melesat secepat kilat, mendorong tubuh lelaki berjubah hitam yg berada di cengkraman Caven, membuat keduanya terhempas, di kesempatan itu lelaki itu melesat dengan kecepatan tinggi menghilang dari sana, Agatha terbatuk mengeluarkan seteguk darah segar dari mulut nya.

"Ayahanda" lirih Agatha lemas

Caven terbelalak, segera menepis amarah nya, dan langsung menggendong putrinya yg mungkin ikut terintimidasi oleh aura nya tadi.

"Maaf...maafkan Ayahanda" lirih Caven memeluk Agatha dengan erat.

"A..A...Ayahanda... ja..jangan sakiti dia, di...di..dia teman ku"

Caven melepaskan pelukan nya lalu menangkup wajah Agatha, "Sejak kapan, sejak kapan kau berteman dengan nya, kenapa tidak memberitahu Ayahanda, kau tau dia siapa? dia bukan ras biasa yg kau temui di ke enam klan ini, apa jangan-jangan kau sudah tau itu?"

Agatha mengangguk, "Di...dia..goblin, ta..tapi dia teman ku" lirih Agatha sebelum akhirnya dia tidak sadar kan diri.

Caven melotot apakah dia tidak salah dengar?, Caven kembali memeluk Agatha dengan erat, dengan kecepatan kilat dia membawa putrinya untuk segera di obati.

QUEEN IMMORTAL WORLD II : NEXT GENERATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang