Bab 20 : Karena itu aku (Caven)

26 4 0
                                    

"Tidaaaakkkkkk...." Agatha segera duduk dengan ekspresi begitu pucat, sekujur wajah nya di penuhi peluh, rambut nya ikut basah karena keringat.

Agatha menyentuh dadanya perlahan, jantung nya masih berdegub dengan kencang, "Itu hanya mimpi" lirih nya dengan nada gemetar.

Dua jam setelah itu berlalu dengan cepat, cahaya fajar mulai menyingsing, hari ini begitu cerah dengan langit biru tanpa awan.

"Apa kau baik-baik saja?" Quiro bertanya sebab pagi ini dia terkejut mendengar teriakan dari kamar Raksa, pangeran klan Demon itu, ternyata bermimpi sehingga berteriak tak sadar dan akhirnya bangun dari tidur nya.

Hanya Quiro yg mendengar nya karena kamar mereka bersebelahan sementara itu Gama dan Rava juga tidak mendengar nya, apalagi Lavy, di berada di kamar seberang, masih seperti Academy yg dulu, setiap kamar di bagi lagi menjadi empat ruangan, jadilah kamar Lavy terpisah dari ke empat pangeran lain, sehingga dia satu kamar dengan Kuzan dan Sryu tadinya satu kamar itu kosong, tapi semenjak kehadiran si murid baru, dia lah yg menempati kamar itu, sehingga mereka tinggal sekamar berempat.

Raksa terdiam sebentar, "Entah lah mimpi yg aku alami semalam seperti nyata" ungkap Raksa dengan jujur.

Quiro menepuk pundak Raksa pelan, "Aku harap jika itu mimpi buruk, jikapun terjadi di dunia nyata, tidak akan membuat seorang pun terluka"

"Aku harap juga begitu" Raksa mendesah pelan, segera melangkah untuk pergi ke ruang makan bersama Quiro. Sementara Gama dan Rava sepertinya sudah pergi dari tadi.

"Kenapa? kenapa tidak ada kabar, kenapa ibunda tidak memberikan kabar sampai saat ini, aku takut, mimpi ku semalam, sangat menakutkan, aku tidak mau itu terjadi" batin Agatha dengan tangan gemetar sembari memegang vas yg ada di atas meja, dia baru saja mengganti air di, bunga tulip di atas meja sudah layu, hari ini dia berinisiatif untuk meletakkan bunga mawar putih di vas itu.

Ketukan di pintu mengalihkan atensi nya, sehingga tanpa sadar jemarinya menyentuh duri di antara bunga mawar putih di atas meja.

"Ahkk.."

"Agatha, kau baik-baik saja? bisa aku masuk?" suara Maura terdengar dari luar.

Agatha segera menoleh ke arah pintu, setelah kemarin Maura mengacuhkan nya sekarang Maura kembali menyapa nya, sama seperti biasa Maura akan mengetuk pintu untuk mengajak sarapan.

"Kau baik-baik saja?" tanya Maura khawatir

Agatha tersenyum tipis, "Ya aku baik-baik saja, ada apa?" tanya Agatha

"Ehmm itu aku, ingin mengajak mu ke ruang makan" Maura menunduk sedikit.

Agatha tersenyum lebar, "Tunggu sebentar kau masuklah dulu" Agatha membuka pintu lebar lalu masuk untuk segera menyelesaikan pekerjaan nya yg tertunda.

Maura masuk dengan perasaan ragu, ada rasa bersalah setelah mengacuhkan Agatha kemarin, "Itu indah sekali" puji Maura.

"Ohh ini vas pemberian dari teman, dia mengatakan kalau aku adalah teman pertamanya jadi dia memberikan ini sebagai simbol pertemanan kami" sambil mengeringkan tangan nya dengan kain.

"Siapa?" tanya Maura penasaran

"Kuzan" jawab Agatha singkat.

"Ohhh teman satu tim mu, ehhh kenapa kau menggunakan itu, apa jari mu terluka?" Maura mendekat.

Agatha menggeleng, "Sedikit, tadi aku melamun jadi jariku terkena duri bunga mawar itu, tapi tidak apa, sebenarnya hanya luka sedikit saja, namun jika aku tidak menggunakan ini darah nya akan terus keluar" papar Agatha masih membalut dua jari nya dengan kain serat tipis berwarna putih, dan juga beberapa tetes cairan kuning untuk meredakan nyeri pada luka.

QUEEN IMMORTAL WORLD II : NEXT GENERATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang