CH 5

808 81 3
                                    

"Ah, halo boss maaf ganggu.. Umm apakah Aether ada bersamamu? " percakapan resah antara keduanya semakin menjadi.

"Maaf kak lumine, dia sama sekali tidak masuk. Apakah kau tak dapat mengabarinya juga?"

Merasa janggal akhirnya lumine menutup dan tak lupa mengucapkan terimakasih, sedikit is akan muncul dari suara lembutnya.

Tok tok..

Ada seseorang yang masuk, Lumine mengira itu Aether langsung bangkit dan membukanya. Saat pintu terbuka menampilkan pemuda yang sedikit lebih pendek darinya dan memiliki telinga serta ekor anjing yang sedang membawa semangkuk buah buahan segar.

" eh Lumine kau kenapa? " menyadari tetangganya sedang tidak baik baik saja, mangkok berisi buah ia letakan di atas meja begitu saja.

Gorou namanya, dia menuntun Lumine agar duduk di sofa sementara. Gorou mengira anak ini bertengkar dengan saudaranya sendiri, ternyata setelah di ceritakan gorou terkejut. Sudah hampir larut malam ternyata anak itu tidak pulang pulang.

Menenangkan Lumine terlebih dahulu lalu menelfon sang suami, dirinya melakukan hal tersebut untuk membantu sang adik mencari kakaknya.

"Wah tumben ayang nelfon, kangen ya~ " terdengar suara dari sebrang mengangkat.

"Ga, aku bukan mencarimu tapi aku mau kamu mencari Aether. Anak itu belum pulang dan bahkan tidak masuk kerja sama sekali, sudah jam berapa coba ini.. " gorou menjelaskan apa yang terjadi kepada sang suami dengan nada gelisah.

"Waduh, kemana tu anak perginya.. Sebentar aku akan menyuruh orang orang ku untuk mencari di sekitar sekolahannya terlebih dahulu, jika anak itu belum kembali selama 24 jam jangan ragu untuk meminta polisi membantu. "

"Baiklah, Terima kasih Itto"

"Sama sama sayang~" - Itto

Kembali ke sisi yang lain..

Aether tidak masuk sampai pelajaran berakhir, diri nya masih tertidur di dalam gudang dengan ke adaan terkunci, Childe menggempur dirinya habis habisan sampai jam terakhir mata pelajaran.

Keadaan Aether saat ini sangat memprihatinkan, darah dari area bawahnya dan masih tidak mengenakan celana bawah. Tidur telungkup hanya dengan beralaskan lantai dingin yang menjadi saksi bahwa dirinya dikotori oleh orang orang yang tak ia sukai.

Perlahan kesadaran nya kembali, ia tak ingin melihat dirinya sendiri saat ini.

"Menjijikkan.. " suara serak yang hanya dapat ia dengar sendiri.

Setelah lengkap berpakaian dan sudah membersihkan dirinya dengan mengelap dengan kain dan langsung membuangnya begitu saja. Anak yang malang

Knop pintu masih dikunci dari luar, dia mencoba keluar dari jendela. Jendela yg ukurannya sedang berhadapan langsung dengan tanah yg terbilang cukup jauh dibawa.

Gudang ini lantai 3 Aether merasa tidak bisa apa apa, namun ada orang yang berteriak namanya. Ia pun ikut berteriak walau kesakitan, dan tak lupa menggedor pintu gudang supaya orang orang tersebut mendengarkan.

"AETHER? ITU KAU? " suara beberapa orang yang cukup senang usaha mereka membawa hasil.

"IYA! pintu ini di kunci aku terjebak" ntah doa apa akhirnya ada yang datang menyelamatkan nya.

" mundur Aether biar aku buka paksa! " ucap salah satu dari mereka.

Aether ke samping pintu ia tau pintu itu akan di dobrak oleh mereka, suruhan Itto alias geng nya, Sungguh kapan lagi punya orang baik yang sangat peduli kepadamu.

.
.
.

Kepulangan Aether di sambut dengan pelukan erat sang adik, adiknya sudah berprasangka buruk saat meninggalkan kakaknya sendirian saat itu, hatinya tak kuat melihat aether yang dipenuhi memar tangan dan wajahnya yang pucat.

Aether hanya mengatakan dirinya habis bersih bersih lalu tertimpa lemari yg ada di gudang, jdnya ia menhan lemari dengan tanganya. Lalu sang petugas mengunci pintu tanpa tau ia di dalamnya, sungguh alasan yang kurang logis, tetapi ia tak mau Lumine khawatir lagi.

Gorou menyiapkan makan malam untuk mereka lalu pamit mau beres beres rumah sebelum Itto pulang subuh nanti.

Semenjak kejadian itu Lumine semakin protective terhadap Aether, belakangan ini ia menyadari Aether juga pulang dengan banyak luka, Tidak mungkin kecerobohan bisa terus berlangsung dan membuatnya menjadi orang bodoh yang melukai diri sendiri.

Sampai Lumine sedikit lalai saat memperhatikan Aether..

Seminggu setelah Aether diperbolehkan sekolah kembali, dia kembali berpisah karena memang kelas mereka yg berbeda.

Anak itu ada kegiatan berenang di jam pertama sedangkan kelas Aether di jam terakhir, dan lagi lagi Lumine tidak mengetahui niat busuk dari seseorang yang tetap akan mencelakai sang kakak.

Pemimpin club renang menyuruh mereka habiskan jam itu dengan sesuka hati, di jam Lumine kelas mereka memutuskan pergi ke kantin. Sedangkan di jam Aether sekarang mereka belajar sejarah, Aether terlalu banyak tertinggal materi yang membuat nya kebingungan dan harus belajar lebih.

"Oh kau sudah membaik? " sang guru bertanya ketika melihat murid yg ia cari seminggu ini sudah berada di hadapannya.

Aether yang di rasa harus menjawab panggilan itu hanya menganggukkan kepalanya. Zhongli sang guru merasa ada yang berbeda jauh darinya memutuskan abai lalu melanjutkan pelajaran dangan kondisi kelas yang sunyi karena kekejaman guru ini tak ada tandingannya.

Di jam istirahat Aether memutuskan tidak ke kantin bersama Lumine, cukup dengan pelecehan yg dia alami tidak mau lebih buruk dari pada itu, Setelahnya tentu saja gangguan yang ia dapatkan lebih dari hari hari sebelumnya.

Sampai semuanya terus terjadi, kekerasan yang di alaminya tak hilang dan Lumine yang merasa Aether terlalu jauh darinya memutuskan mencoba lebih dekat dengan mengajak keluar dan tentu ditolak mentah mentah olehnya, bahkan mereka tak lagi pulang bersama ketika Aether libur dari kerjaannya.

Sehingga saat sudah tiba dirumah mereka berdiam diri satu sama lain, Lumine tak tahan ia mengeratkan genggaman tangan nya dan langsung memegang bahu kakaknya lalu berteriak.

"Aether! Ada apa dengan dirimu?! " Lumine sudah muak dan mencoba mencari tau jawabannya dari kakaknya sendiri.

Aether takut, ia tak sanggup berkata kata untuk membuat suasana hati adiknya agar lebih baik, ia bergetar kecil dan menggelengkan kepalanya, matanya penuh dengan kekhawatiran dan cemas, keringatnya mulai membanjirnya , ia mencoba menahan tangisnya.

Dirasa dirumah mereka aman Aether memeluk sang adik sangat erat, sehingga mereka jatuh. Sang adik merasa kakaknya ketakutan langsung membalas pelukannya bahkan merangkai kata kata penenang buat Aether.

"Berceritalah.. Kita ini saudara, kau anggap aku apa? Aether.. Hiks.. Aku mengira kau tak sayang denganku lagi.. " isakan keduanya memicu kesedihan mendalam. Aether bahkan sudah merasa lama tak berbicara dan hanya sanggup menggelengkan kepalanya, "aku.. Di-"

Ting..
Tong..


.
.
.

Tbc

Hope? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang