CH 6

737 85 11
                                    

"Akan ku-"

Sebelum menyelesaikan perkataannya Lumine di bungkam oleh Aether. Tidak pernah ada orng yang sebelumnya berkunjung akhir akhir ini, dan biasanya jika itu gorou dia langsung masuk karena tau sandi pintu apartemen mereka.

Mereka mendekati pintu dan mendengarkan beberapa bisikan orang orang, berapa orang? Jawabannya 5 orang.

"Hei kau yakin dia tinggal di tempat kumuh ini? "

"Tentu saja, dia awalnya menolak aku berkunjung. Karena sudah muak aku memutuskan mencari lokasinya dari ponsel nya"

"Apa dia tidur? "

Percakapan di depan pintu dengan suara yang sangat familiar. Itu geng Childe

"Lumine.. " suara Aether membisik ketakutan, getaran tubuh yang semakin hebat dan mata dengan tatapan takut, khawatir itu kembali. Sungguh Lumine masih tak mengerti, dirasa untuk mengabaikan mereka, Lumine mendudukan Aether di sofa dan mengusap kepalanya yang kini berbaring di paha Lumine.

Tidur dalam keadaan yang berantakan, pemandangan ini membuat hati Lumine sedikit sakit, Andai saja Aether bisa menceritakan masalahnya kepada Lumine.. Pasti Lumine akan membantunya meringankan nya.

"Hee apa Ajax sudah pulang ya? Aku kabari saja, kasian jauh jauh.. " Lumine ingin mengambil ponsel yang tak jauh dari meja kecil di samping sofa, lalu melihat 10 misscall dari Childe.

"Ah.. Halo Childe, maaf tidak bisa membukakan pintu untuk kalian. Aku tadi menjaga kakakku.. Jika masih ingin berkunjung tekan saja sandi nya sesuai dengan ulang tahun ku"

Mendapat jawaban dari panggilan Lumine menutup telfon nya.

"Kak.. Ayo bangun dulu, pindah ke kamar ya istirahat" karena duduk paksa dirinya hampir sadar sepenuhnya, lalu menganggukkan kepalanya lalu memeluk sang adik.

Keadaannya sangat berantakan, dirinya juga lupa kapan terakhir Aether membersihkan dirinya, netra nya tidak seceria dulu dan tak ada lagi candaan yang keluar dari mulut kakaknya itu.

"Teman ku datang, kakak di kamar saja dulu jika benar benar kelelahan. "

Setelah membantu Aether, Lumine bergegas keluar menghampiri teman dan pacarnya. Lumine membawa biskuit dan beberapa teh untuk menyambut mereka, namun mereka menatap makanan dan minuman yg di sajikan tampak keheranan.

"Lumine apakah kau menjadi pesuruh kakakmu? Kau tampak berantakan sekali.. " Childe menyambut pacaranya ke pelukan nya namun Lumine tiba tiba reflek menepis nya.

Semua orang kaget termasuk Lumine sendiri, reaksi yg ia berikan sangat tiba tiba sekali seakan dirinya merasa sangat berbahaya di dekat Childe. Apakah ini ada kaitannya dengan Aether?

"Ah maaf aku refleks tadi, gara gara kebanyakan kena nyamuk hehe.. " Lumine mencoba mencari alasan.

Walau kurang percaya, Childe tetap mengangguk dan memakan biskuit yang di sajikan tadi.

'Potek ati ku' -tatang

"Kalian malam malam gini ngapain coba kerumah ku dan tumben kalian pada lengkap wkwk" Lumine mencari bahan bicara yang cukup untuk dijadikan topik.

"Oh itu, aku dan Thoma kebetulan lewat saat mereka main di taman, jadi aku samperin dan ikut sampai sekarang deh" kata Ayato.

"Ouhh gitu ya, maaf ya gabisa ngasih lebih soalnya belum belanja. Harusnya tadi udh belanja tapi kakakku sakit tiba tiba saja" Lumine berekspresi sedih seolah olah tidak bisa apa apa tanpa kakaknya tersebut.

"Tidak apa apa, semoga kakak mu lekas sehat ya.. Kami yang seharusnya tidak mengganggu kalian" Thoma langsung menjawab untuk mewakilkan temen yg minim akhlak nya itu.

Setelah lama mengobrol akhirnya pukul menunjukan jam 11 malam, dan mereka akan bergegas pulang.

"Maaf sudah mengganggu mu, kami pamit ya" Thoma dan Ayato adalah orang yang pulang terakhir karena mau membantu Lumine membereskan tempat mereka tadi, berbeda sama 2 orng non akhlak yg langsung pamit pulang.

"Diluc? Kukira kamu ikut mereka " Lumine mengelap meja dan melihat Diluc yg menunggu Ayato dan Thoma itu langsung mengambil alih pekerjaan Lumine.

"Maaf sudah merepotkan, akan ku hajar si Childe dan Kaeya nantinya. " Diluc merasa tidak enak kepada Lumine, dia mungkin masi punya nurani tinggi ketimbang isi genk nya.

"Kebetulan aku punya dokter yang mungkin bisa membantu, Ini kartunya bilang Diluc yang menyuruh mu untuk menghubungi nya. "

Lumine mengangguk terus tersenyum. Wajahnya menunjukan kemiripan dengan orang yang dia suka, apa sebenernya merek bersaudara? Pemikiran tersebut masih kebayang di kepala Diluc.

"Kami sudah selesai, kami duluan ya. " Ayato dan Thoma berpamit selesai beres kan piring bekas makan tadi, sebenarnya Thoma doang yg kerja, Ayato mana pernah nyentuh piring kotor.

"Iya Terima kasih ya, hati hati di jalan" Lumine mengangguk berterima kasih.

Tersisa dia dan Diluc diruangan itu.

"Kalau kau mau.. Aku bisa mengantar mu pergi kesekolah besok, kebetulan aku naik kendaraan bermotor sendiri. " Diluc menawarkan diri untuk mengantar Lumine.

"Maaf ya, bukanya tidak mau.. Tapi aku tidak datang besok, kakakku mungkin bisa kambuh kapan saja. Lagian jika nunggu kakakku sembuh dia masa naik kereta sendiri.. "

Lumine berterus terang dan Diluc memahaminya.

"Semoga kakakmu lekas sembuh, kalau kalian mau aku bisa memberi kalian tumpangan. Tidak dengan motor melainkan mobilku"

Diluc sengaja mendekatkan diri dengan Lumine, dia juga cukup penasaran seperti apa saudaranya Lumine. Dia malu untuk menanyakan hal yang basic tersebut, dan memilih mencari jalan keluar.

Setelah kepergian Diluc, Lumine kembali ke kamar kakaknya. Mata sembab, bibir yang pucat dan luka memar di beberapa bagian tubuhnya. Astaga siapa yang habis menghajar kakaknya ini..

Lumine mengerti jika Aether tidak mau merepotkan nya, namun setidaknya cerita sedikit untuk membuat Lumine dapat memahaminya..

Lumine tak akan memaafkan orang yang membuat kakaknya seperti ini..

.
.
.
Tbc

Hy mff baru update, aku lg ngerasa kesepian aja barusan jdnya kutulis ini lagi. Kedepannya mungkin aku percepat untuk penamatam ni ff luan. Selamat buat kalian yg sudah selesai ujian

~Naib

Hope? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang