Kini memasuki acara dimana setiap kelas menunjukan salah seorang mereka yang memiliki bakat dalam suatu hal. Dari kelas 12 itu banyak yang nyanyi, dan kelas 11 membuat komedian, dan kelas 10 juga dominan bermain alat musik.
Kini seorang bocah SMA duduk di bangku yang ada di panggung, di hadapan semua orang dia membawa gitar yang terlihat di ukir sempurna hanya untuknya.
"Selamat malam teman teman.. Saya Kaeya dan Izinkan saya menyumbangkan suara saya di acara ini. "
Semua orang mendengarkan nyanyian Kaeya yang memang memiliki keahlian dibidang musik disekolah mereka. Kaeya menutup matanya fokus dengan nyanyiannya yang terkadang dibalas dengan nyanyian juga yang dibawa oleh penontonnya. Setelah selesai bernyayi dia melihat Diluc yang membawa Aether keluar, dia berinisiatif untuk membuntuti mereka.
'Sedari awal aku menyadari sikap mu Diluc, sekarang kau terlihat menikmati bawahan kita setelah dirinya terlihat sempurna huh? '
.
.
.Pada malam itu semuanya terlihat baik baik saja, tetapi tidak pada seorang pria yang sendirian di balkon dengan menatap bosan ke arah pesta. Xiao adalah orang yang merasa tertolak sekarang, dilihat dari sikap pujaan hatinya dia hanya memperhatikan Kamisato membuatnya jengkel. Belum selesai dengan sakit hatinya, Xiao melihat Diluc menarik seorang pria ke belakang Aula.
"Diluc? Bukankah itu.. Aether?! Kenapa pakaian nya terlihat sangat mahal. " Xiao berfikir jika Aether akan dilecehkan oleh Diluc, jujur saja dengan paras seperti itu membuat Xiao juga setuju dan akan melakukan hal yang sama. Sebelum beranjak, matanya melihat seorang Kaeya yang yang mengikuti mereka. "Menarik.. "
Saat Xiao mencoba berfikir, dirinya dikejutkan oleh Childe yang menepuk pundaknya. Sepertinya pria itu sedang dalam keadaan yang berantakan, terlihat jelas dari mana Childe yang menatap malas dan merenggut. Menurut Xiao, Childe itu mirip rubah yang kehilangan mangsanya.
"Bro mau rokok ga? " tawar Childe, dengan malas Xiao hanya berkomentar singkat lalu merencanakan sesuatu bersama Childe.
"Aku punya tontonan bagus. "
.
.
."H-hey.. Diluc? "
Aether di seret ke belakang Aula, Diluc belum menjawab pertanyaan Aether. Diluc menciumi leher Aether dan terus bergumam yang bahkan Aether tidak dapat mendengar nya dengan jelas. "Hentikan.. Diluc, mnh.. "
Diluc menatap mata Aether, mereka saling melakukan kontak mata sembari membeku. Diluc menarik dirinya, dia mengusap wajahnya. "Maaf Aether, aku tidak bisa mengendalikan diriku. "
Aether hanya memeluk Diluc dan mengusap punggungnya, walau sempat terkejut juga tetapi Aether tidak bisa marah.
"Wah.. Suasana yang romantis sekali, keberatan jika aku bergabung? " Kaeya yang melihat itu semua hanya terseyum, dia bersandar pada dinding di sampingnya. Diluc menatap tajam pria yang menganggu dia dengan Aether, dimulai dari Kaeya yang selalu memancing emosi Diluc.
Aether memiliki menjauh sebentar, dia kembali ke aula dengan murung. Sejujurnya dia mulai menyukai Diluc, tetapi Aether tidak suka sikap kasarnya. Aether hanya melihat adiknya berdansa dan tertawa dengan orang orang yang dia kenal, adiknya sangat populer. "Kau sangat beruntung Lumine." gumam Aether.
"Kenapa dia beruntung? " suara tegas yang Aether kenal, wajahnya mendongak untuk melihat lawan bicaranya yang baru.
"Pak Zhongli, haha tidak ada.. Aku hanya berbicara sendiri sebelumnya."
Zhongli menatap Aether dengan lirikan, lalu melihat ke mana Aether menatap. Lumine, sepertinya ada sesuatu diantara mereka yang terjadi. "Ingin berdansa? "
Aether menatap Zhongli lagi, dia kebingungan. "Maaf Pak, saya tidak pandai berdansa.. "
"Saya tidak keberatan jika kamu menginjak kaki saya, karena ini tawaran saya dan saya akan membantumu. " Zhongli menawarkan tanganya untuk menunggu Aether menerimanya. Dengan malu, Aether menerimanya,, wajahnya merah di balik poninya.
Disisi lain Xiao dan Childe kehilangan tontonan mereka, satu pukulan tidak sengaja dari Diluc mengenai Childe. "Goblok! Sakit woi. " jujur saja Diluc dan Kaeya sudah lama tidak bertengkar seperti ini, Xiao mendorong keduanya ke sisi yang berlawanan untuk memberhentikan mereka.
saat mereka sudah mulai berkepala dingin dari pertengkaran tadi, suara sorakan memenuhi satu aula. Mereka juga menyadari Aether pergi, dia mungkin ketakutan,, itulah yang dipikirkan Diluc.
Kembali ke aula, Aether dan Zhongli berdansa namun mencuri perhatian para murid karena menurut mereka itu pemandangan yang langka. Sudah ketiga kalinya Aether menginjak kaki Zhongli, wajahnya hanya tersenyum dan merasa bersalah kepada gurunya itu. Zhongli membalas dengan senyuman kecil kemudian mengkode nya untuk tenang, musiknya sekarang berhenti dan mereka selesai menari.
4 orang yang penasaran tadi baru memasuki Aula, terlihat Aether berbicara di tempat dansa dengan guru mereka. Childe memiliki ide busuk yang tiba tiba terpikirkan olehnya, dia merencanakan hal yang seharusnya memiliki batas keterlaluan namun tidak. Diluc dengan berat hati setuju, tetapi dia bertekad untuk tanggung jawab setelahnya. Saat mereka membicarakan rencana itu, salah satu orang lewat dengan hawa yang mencekam,, namun mereka mengmbil nya seperti omong kosong karena tidak mungkin orang itu membocorkan rencana mereka.
Aether disisi lain merasakan perasaan tidak enak, hal itu di ketahui oleh Zhongli dan dia mengajak Aether untuk keatas dan mengobrol bersama Ayaka dan Lumine. Zhongli pamit setelah beberapa saat mengobrol, dia punya murid lain yang harus diawasi. Setelah kepergian Zhongli, Aether di sikut berkali-kali oleh Lumine. "Hey, aku tidak tau jika kakak ku ini penyuka pria mapan. "
"Shh, apa yang kau katakan?! Itu tidak benar. " Aether menutup mulut Lumine sembari menggelengkan kepalanya. Ayaka melihat ke luar balkon, dia memaklumi adik kakak di belakangnya namun ada perasaan janggal yang membuat dia ingin melihat keluar. Itu adalah Chongyun yang bersandar di pohon lalu Thoma menghampirinya dan memberikannya sebuah paperback coklat, lalu mereka terlihat membicarakan sesuatu. "Hm.. Apa yang.. !!! "
Belum menyelesaikan kalimatnya, Ayaka dikejutkan dengan Lumine yang memegang bahunya. "Apa yang kamu lihat? "
"Tidak ada, hanya bosan. Mau pulang sekarang? " Ayaka mengalihkan perhatian sepenuhnya untuk gadis manisnya, terlihat Aether yang mulai mengkepang rambutnya lagi disalah satu bangku. "Sebaiknya kita jadi tukang salon dadakan, gimana? "
Lumine ikut memperhatikan Aether yang membenahi rambutnya, dia setuju dan mereka menghabiskan waktu sebentar untuk membenahi rambut Aether karena menurut mereka rambut Aether sangat lembut jika panjang seperti itu. "Aku bisa sendiri, jangan mengucirnya dengan ikat rambut pink kalian! " Aether pasrah dan hanya menghala nafasnya.
Ponsel Aether bergetar, panggilan dari Nona Yelan. Aether permisi kepada mereka dan membiarkan rambutnya yang di kepang dua oleh mereka, Aether mengangkat panggilan itu.
"Ada apa Nona Yelan? "
.
.
.
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
Hope?
RomansaAether adalah saudara kembar dari Lumine si seleb sekolah, namun mereka memiliki lingkungan yang berbeda. Lumine selalu menjadi incaran para ngabers di sekolah nya, berbeda dengan saudara nya, Aether adalah pelajar yang rajin yang memiliki sedikit t...