Sebenarnya Mau Aku Batalin Upload lanjut TGB ini, Soalnya Nggak Rame di Attention. Tapi Gimana Yah, Udah Di Draf, Rugi Juga Kalo Nggak Di Upload. Semoga Setelah Ini Bisa Lebih Rame.
maafkan aku yang sering typo naaa.....
Black memacu laju motornya dengan kecepatan tinggi sembari kepalanya sesekali menoleh kebelakang memastikan bahwa gerombolan motor itu telah tertinggal jauh dibelakangnya. namun sayang, nasibnya sedang buruk, gerombolan motor itu dengan mudah melesat cepat menyamai Trumphy kesayangannya lalu memblock jalurnya.
"sial!!" maki Black sebelum turun dari motornya
"kau tertangkap Black!" ucap Sean setelah membuka helm sportnya, pria itu menyugar rambutnya, membuat Black makin muak melihat wajah sialan itu.
"cih! beraninya main kroyokan!" sindir Black sembari menatap satu persatu teman Sean yang berdiri tak jauh dari pria tampan itu.
"mereka kubawa bukan untuk kuajak bersekutu denganku, tapi untuk menjadi saksi! saksi kekalahanmu Black!!" ucap Sean penuh dendam
lagi-lagi Black meludah kemudian dengan gerakan cepat dia menyerang Sean, dan terjadilah perkelahian diantara keduanya. ini biasa, Sean dan Black dua remaja yang tidak pernah akur barang seditik saja. berawal dari kesalapahaman kecil 5 tahun lalu, berujung hingga dendam abadi yang dibawa hingga kini.
Black mengusap kasar sudut bibirnya yang berdarah, Ia cukup puas sebab kondisi Sean tak beda jauh darinya. saat serangan kedua akan dilancarkan ponselnya berbunyi, mengalunkan sebuah lagu indah, pertanda itu adalah panggilan masuk dari nomor khusus.
Black mengangkat tangannya "tunggu sebentar" ucapnya tak acuh dengan napas yang tersenggal. di depannya Sean menatap tak percaya pada pemuda yang lebih pendek darinya itu.
Black menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan, mencoba mengatur laju napasnya seperti biasa.
"hallo?" ucapnya setelah menggeser tombol hijau
"........."
"baiklah, tunggu disana, jangan kemana-mana! aku sebentar lagi sampai" ucapnya lalu menutup panggilan itu kemudian menatap pada Sean yang masih setiah menunggunya
"maaf Sean, kita sudahi dulu sampai disini, aku punya urusan penting dari pada bertarung melawanmu, kita lanjutkan lain kali saja" kata Black sembari menunggangi Trumphy dan mengenakan Hemlnya.
"Hey! mana bisa seperti itu, dasar penakut, kau hanya beralasan bukan? kau takut kalah darikukan??!!" teriak Sean sembari memandangi kepergian Black.
"brengsek!!" makinya tak puas.
"kenapa tidak kau ikuti saja Sean?" tanya Gram teman Sean
"iya Sean, siapa tahu kau bisa menemukan sesuatu untuk membuat Black mengaku kalah tanpa mengotori tanganmu" tambah Yok sembari menaik turunkan alisnya.
benar! dan Sean segerah melaksanakan usulan dua temannya.
***
didepan sebuah Mall Sean melihat dengan jelas Black baru saja masuk ke halaman parkir, namun tidak sampai semenit, Sean kembali melihat Black berdiri kebingungan didepan pintu Mall dengan penampilan yang berbedah, bahkan tergolong aneh. Black yang disana terlihat cupu? ah bukan Cute? yah itu lebih cocok."sial, apa dia pesulap bagaimana bisa dia berganti pakian begitu cepat?" tanya Sean kebingungan.
dan didetik berikutnya, Sean terpesona. untuk pertama kalinya Sean menyadari Black memiliki senyum yang luar biasa menawan. betapa cantiknya pria pendek itu saat Ia tersenyum. tanpa sadar Sean ikut tersenyum melihatnya. dan sekali lagi untuk pertama kalinya, Sean melihat dengan mata kepalanya sendiri
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Garis Biru
Fanfictioncast: Black, White, Sean White memasuki pekarangan rumahnya dengan wajah pucat pasih dan lutut yang bergemetar. perseteruannya dengan Sean di basement rumah sakit tadi sudah cukup menguras tenaga dan otaknya yang sesungguhnya tidak pernah dihadapkan...