waktu terus berlalu, tanpa terasa kini telah memasuki ujian semester. setelah ujian semester kali ini, Black sudah berjanji akan mengajak White liburan ke pantai, keduanyapun sudah meminta ijin pada kedua orang tua mereka.
kini tibalah hari dimana keberangatan mereka menuju liburan penuh pasir dan air laut. White terlihat sangat bersemangat dalam menyiapkan semua keperluan dan kebutuhan mereka berdua selama liburan. White terlihat semakin cantik saja jika bersemangat seperti itu.
"phi... kenapa tersenyum seperti itu? apa ada sesuatu diwajahku?" tanya White takut kalau memang ada cemong di wajahnya
"tidak baby, kau sudah cantik, sangat cantik" puji Black seraya mencubit gemas pipi gembul kembarannya.
"au... phi black aku seorang pria sepertimu,, aku tampan" balas White juga ikutan mencubit pipi Black, meski pipi Black tidak segembul miliknya.
"phi tampan, dan baby cantik, itu lebih pas" ucap Black memperjelas. White langsung cemberut mendengarnya, dia mempoutkan bibirnya dengan lucu membuat Black lagi-lagi gemas padanya. dengan nakalnya Black malah menggigit lembut dua belah bibir yang mecurut itu, dan sekali lagi White makin dibuat kesal.
"phi Blackkkk!! sakit tahuuu..." rajuknya manja. Black mengacak lembut pucuk kepalanya hingga rambut White berantakan, kemudian mengecup kilat bibir berisi itu sekali.
"maaf nah.. okey?" ajak Black. dengan senyum manisnya White megangguk mengiyakan sang kakak.
***
"Yeyyy Pantai!!!!" seruh White sembari berlari menuju busa-busa sisa ombak dibibir pantai, dibelakangnya Black hanya memperhatikan dengan senyuman.
"phi Black!! kemariii!!" panggilnya bersemangat
"iya baby, sebentar" jawab Black lalu meletakan barang bawaan mereka diatas pasir kemudian berlari pelan menghampiri White yang tengah membasahi diri.
(Baby White yang terlanjur basah)
"baby, sebaiknya kita ikut kapal pesiar saja, biaya sewanya cukup murah disini, kau mau?" tanya Black dan langsung didapatnya anggukan antusias sang baby White.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Garis Biru
Fanfictioncast: Black, White, Sean White memasuki pekarangan rumahnya dengan wajah pucat pasih dan lutut yang bergemetar. perseteruannya dengan Sean di basement rumah sakit tadi sudah cukup menguras tenaga dan otaknya yang sesungguhnya tidak pernah dihadapkan...