Thalia melewati pertokoan yang ramai, kemudian berbelok di perempatan untuk mencapai jalanan yang lebih sepi dari pada jalan pertokoan utama. Kemudian wanita itu berkeliling, mencari sebuah cafe dengan lambang bulan sabit emas di pintunya. Saat melihat lambang itu, tanpa ragu Thalia masuk ke dalam.
"Silakan lewat sini, Nona." Seorang pria berpakaian pelayan mengarahkan Thalia ke ruangan terbuka di lantai satu.
Cafe itu terlihat normal dan bersih. Interiornya tidak terlalu kampungan, tapi tidak bisa dibilang mewah juga. Mungkin karena Thalia masih di lantai satu. Menurut kabar yang beredar kafe Bulan Sabit di pusat kota melayani bangsawan dan rakyat biasa. Saat melihat interiornya yang biasa, Thalia langsung tahu kalau dia dianggap rakyat biasa. Ya, itu bukan masalah. Mana ada yang mengenal keluarga Centaury lagi? Kalaupun ada, pasti hanya tinggal nama dan bahan olok-olok saja.
"Silakan. Apa yang mau Anda pesan?"
"Tolong berikan menu spesial." Thalia tersenyum manis. "Cake bulan emas yang punya tujuh rasa."
Pelayan itu melirik pada pelayan lainnya, kemudian salah satu di antara mereka membungkuk sopan. "Silakan lewat sini, Nona tamu yang spesial."
Thalia bangkit dan mengikuti pelayan itu. Mereka keluar dari area kafe, memasuki lorong di samping dapur, kemudian saat sampai di ujung jalan buntu, si pelayan itu menarik tuas air dan memutarnya terbalik. Sebuah pintu rahasia terbuka. Thalia menelan ludah, dia agak takut, tapi tetap mengikuti pelayan itu masuk ke dalam. Lorong rahasia itu gelap, Thalia hanya bisa melihat si pelayan dari belakang.
Setelah beberapa langkah, mereka akhirnya melihat cahaya dan sebuah pintu.
"Silakan tunggu di sini, Nona." Pelayan itu membukakan pintunya, kemudian sebuah ruangan yang rapi dan lebih seperti ruang kerja terlihat di mata emerald Thalia. "Anda bisa duduk dulu sampai Bos datang. Saya akan menyajikan teh."
Thalia duduk, menyesap tehnya dengan anggun. Seorang pria dengan wajah dingin dan tegas masuk dan duduk di balik meja kerjanya. "Jadi, apa yang bisa saya bantu, Lady?"
"Saya ingin menjual informasi." Thalia meletakkan cangkir tehnya, berusaha tenang. "Ada sebuah lokasi tambang emas yang saya ketahui. Berapa yang bisa saya dapat dari informasi tersebut?"
Orang itu tersenyum miring. Dia tampan, tentu saja. Mata amber yang bersinar itu memang seperti bulan emas. Thalia mendadak gugup, aura intimidasi pria ini terlampau kuat.
"Bagaimana saya bisa percaya pada informasi Lady? Kalau memang benar ada tambang emas di sana, kenapa Lady mau menjual informasinya pada kami, alih-alih menambangnya sendiri?" suara pria itu rendah, dan tenang.
"Kalau saya punya kekuatan untuk menambangnya sendiri, maka saya tidak akan berakhir di sini." Thalia tertawa kecil, dia mengambil peta yang ada di meja pria itu. Melihat – lihat namanya, dan melingkari lokasinya. "Di sini. Anda bisa mencarinya di sekitar pegunungan yang berbatasan dengan pulau Santino."
"Kami akan memberikan lima puluh juta clover sebagai upah informasi, dan pembagian royalti 20% dari hasil penjualan emas, tapi apa jaminannya kalau di sana tidak ada emas sama sekali?" Pria itu menuliskan nominal di kertas lain.
Thalia terbelalak saat melihat angka lima puluh juta clover itu. "Saya akan menjadi budak Anda!"
"Silakan tanda tangan di sini, Lady Centaury." Salah satu pria berpakaian pelayan menyodorkan kertas kosong pada Thalia.
Lha, dia tahu kalo gue Elleanor Centaury? Ya, wajar sih... dia kan yang punya guild. Udeh iyain aja biar cepet dapet duit. Toh, emasnya beneran ada di situ. Menurut outline sih gitu ....
Thalia menandatangani berkas itu tanpa melihatnya lagi. Dia hanya ingin cepat – cepat membayar lima puluh juta clover itu.
"Tolong naikkan bagi hasilnya, beri saya 30%, karena Tuan akan mengeruk banyak keuntungan dari tambang itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Seduce The Duke
FantasyWARNING 21+ [SPIN OFF WHO MADE ME A PRINCESS: ROAN STORY] Saat merasuki tubuh seorang figuran novel yang sedang ia tulis, Thalia pikir dia berhalusinasi. Tapi, kehidupan barunya sebagai Elleanor Centaury terlalu nyata dan tragis. Mengetahui masa de...