Bab 5 : A Day For Us (1)

1.9K 186 5
                                    

Dua tahun kemudian.

Musim panas yang sudah mulai beralih ke musim gugur membuat angin malam terasa semakin dingin. Thalia merapatkan mantel bulu domba yang kasar dan kumal itu ke tubunhnya. Jam tangan tua yang ada di depan toko kain Girham hampir menunjukkan pukul sepuluh malam. Dengan cepat gadis itu mengunci pintu toko roti tempatnya bekerja dengan rantai, kemudian menenteng satu kotak kecil remukan kue berbagai rasa dan mulai melangkah pulang.

Jarak dari rumah tuanya ke toko kue butuh tiga puluh menit saja dengan berjalan kaki. Dua tahun setelah kematian Carren dan Joseph yang tidak bertanggung jawab itu membuat Thalia harus menjalankan peran sebagai Elleanor Centaury, kakak yang bertanggung jawab terhadap dua adiknya. Thalia tidak pandai memanggang kue, tapi sepertinya Elleanor punya bakat di bidang itu, makanya dia bisa diterima bekerja di toko roti yang cukup terkenal di desa.

Tapi, kesulitan mereka tak cukup sampai di situ saja.

"Kakak!" Suara nyaring Juliette terdengar senang saat melihat Ellen sudah berada di depan pintu.

Seyum Thalia mengembang saat mengamati wajah bocah lucu itu. "Kakak Pulang, Julie. Bagaimana dengan Jason? Kalian berdua akur, kan?"

"Jason sedang merebus air panas. Tunggu sebentar, kami akan menyeduhkan teh untuk Kak Ell." Juliette pergi dengan kaki mungilnya.

Menuju ke perapian, di mana ada Jason juga di sana yang berdiri sambil berusaha membawa ketel panas. Thalia tersenyum miris. Dulu, saat Ellen berusia enam tahun, ada Diana dan para pelayan yang merawatnya. Tapi lihat adik-adiknya sekarang. Bocah yang seharusnya masih bermain boneka dan rumah-rumahan itu justru sudah bisa melakukan beberapa pekerjaan rumah.

"Pelan-pelan, itu berbahaya." Thalia refleks merebut ketel air panas dari tangan Jason. "Kau tidak boleh memegang sisi lainnya Jason, ini baru keluar dari api."

"I-iya, Kak."

Thalia menghela napas, akhirnya dia melakukan semuanya sendiri. Sampai teh tersaji di atas meja, wanita itu mengeluarkan kotak yang ia bawa dari toko kue. "Malam ini sisa dari toko roti cukup banyak."

Dengan sumringah Jason dan Juliette membuka kotak kue itu, memindahkan potongan-potongan roti dan cake yang sudah hancur ke dalam piring mereka masing – masing dan mulai makan dengan lahap. Itu tak lebih dari remah kue dengan sedikit cipratan krim dan selai. Thalia merasa bersalah, tapi dia juga tidak bisa melakukan apapun. Bahkan saat nanti Grand Duke merasa iba pada mereka dan mengambil Elleanor sebagai salah atu pelayan pribadi Grand Duke, Thalia tak boleh mengiyakan tawarannya.

Meski gue harus kerja lembur lebih keras dari pada kuda, gue harus menghindar dari si Grand Duke itu!

Thalia tercenung.

Tapi, apa iya gue bisa menghindar? Di profile Elleanor Centaury, tertulis kalau orang tuanya bangkrut, punya banyak utang, dan akhirnya bunuh diri ... dan gue nggak bisa mengubah itu. Semuanya terjadi sesuai alur. Gimana kalau seandainya gue juga nggak bisa menghindari takdir?

Karena Elleanor Centaury adalah figuran yang memicu kebangkitan kekuatan suci Alicia Javes. Outline bab kedua menceritakan soal Grand Duke yang mencoba menghidupkan Alicia dengan kekuatas suci, dan karena anak kesayangannya mati, Dewa Qirian turun dan menghidupkan Alicia secara khusus, lalu mengangkatnya sebagai saintes.

Kalau itu terjadi sesuai ketetapan cerita di outline ... berarti gue bakal tetap mati?

"Kak?"

"Kak Ell."

"KAK ELLEN!"

Thalia terkesiap, dia menatap mata emerald kedua adiknya yang terlihat cemas.

"Kakak kenapa?" Jason bertanya lirih. "Mikirin hutang kampret itu lagi?"

Let Me Seduce The DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang