BRAK!
"Kakak!"
"Kak Ell...!"
"Kak Ellen!"
"Kakaaaaak...!!"
Mata Thalia mencelak, tepat saat selimutnya ditarik paksa oleh kedua bocah nakal yang sedang berusaha naik ke ranjangnya yang cukup tinggi. Jason dan Juliette menangis ketakutan dan memeluk Thalia, sementara itu tak lama kemudian dua orang pelayan menyusul masuk ke dalam.
"Tuan muda!"
"Nona muda!"
"Anda berdua tidak bisa ke sana!" seru keduanya bersamaan.
Para pelayan itu terdiam saat melihat Jason dan Juliette bersembunyi di balik punggung Thalia. Padahal Thalia baru bisa kembali ke kamar dan tidur setelah lewat tengah malam. Lalu sekarang saat pagi buta begini, suara teriakan penuh kepanikan dari si kembar sudah mengganggunya.
"Tidak apa – apa, kalian boleh pergi." Thalia menguap lebar.
Mereka membungkuk hormat dengan wajah takut – takut. "Maafkan kami, Lady!"
Yalord, bocil ... lo pada nggak tahu apa gue masih pengen rebahan!
Thalia mengangguk, dia menatap wajah sembap Jason dan Juliette. Setelah beberapa saat, meskipun mengantuk, Thalia pun memeluk Jason dan Juliette. Mencoba menenangkan kedua bocah itu.
"Sssttt ... jangan menangis. Kakak di sini." Bujuk Thalia lembut. "Kenapa kalian menangis?"
"Ka-kami tidak tahu ini di mana...." Jason mengucek matanya.
Juliette mengangguk. "Kami tidak kenal dengan pelayan itu. Mereka siapa? Saat kami bangun, Kakak tidak ada."
Thalia tampak berpikir sejenak, gimana cara gue ngejelasin ke dua bocil ini?
Meskipun Thalia sudah menerima takdirnya yang terlahir di tempat ini sebagai Elleanor Centaury, terkadang ia pun masih merasa asing. Entah sudah seberapa banyak dia berusaha, tempat ini memang bukan dunia asalnya. Namun, Jason dan Juliette sudah terlanjur mengambil tempat di hati Thalia. Sebab, kalau tidak ada kedua bocah kembar itu, maka Thalia pasti sebatang kara saat ini.
Ada cara yang lebih simpel nggak sih buat ngejelasin ke anak – anak kalau gue udah tunangan sama Grand Duke dan sekarang kita bakalan tinggal di sini?
Thalia masih sibuk dengan pikirannya saat mendadak pintu terbuka. Roan masuk dengan baju lengan panjang yang terkesan santai. Bentuknya mirip dengan kemeja tanpa kerah dengan list ukiran mewah berwarna emas. Thalia hanya menebak, tapi sepertinya antara baju rumah atau piyama.
Jason dan Juliette kembali bersembunyi.
Jason menutup wajahnya. "Kakak, dia siapa? Kenapa dia ke sini?"
"Apa kita akan di tangkap? Apa paman ini dari kuil suci Lux?" Juliette menatap waspada.
Thalia mengelus puncak kepala anak-anak yang kebingungan itu. "Orang ini adalah pemilik kastel yang saat ini kita tinggali. Dia juga merupakan-"
"Halo anak-anak, aku adalah calon suami Elleanor, kalian bisa memanggilku Roan." Roan memotong ucapan Thalia sambil tersenyum ramah. "Mulai saat ini kalian akan tinggal di sini. Jangan khawatir, semuanya akan aman dan semua yang kalian butuhkan akan dipenuhi."
Thalia hanya bisa menatap Roan dengan lirikan tajam. Sorot mata emerald-nya tampak garang dan cantik sekaligus.
Bangsul emang, kenapa dia enak banget ngomong soal tunangan – tunangan ke bocil gue sih?!
Kini Jason dan Juliette mulai menatap Thalia dengan rasa ingin tahu. Mata emerald mereka berdua mengerjap polos dan lucu, seolah –olah dengan begitu Thalia akan dengan suka rela memberitahu mereka. Tapi, ya ... memang gadis itu harus memberitahukan hal itu pada kedua adiknya Ellen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Seduce The Duke
خيال (فانتازيا)WARNING 21+ [SPIN OFF WHO MADE ME A PRINCESS: ROAN STORY] Saat merasuki tubuh seorang figuran novel yang sedang ia tulis, Thalia pikir dia berhalusinasi. Tapi, kehidupan barunya sebagai Elleanor Centaury terlalu nyata dan tragis. Mengetahui masa de...