Beberapa jam sebelumnya....
Roan memejamkan mata, menikmati bagaimana racun Axarcia itu meresap ke dalam tubuhnya dan mulai melumpuhkan syaraf – syaraf, lalu membuatnya tuli. Suara seluruh dunia pun menghilang sebagian besar. Kutukan itu melindungi Roan, membuatnya kebal sekaligus menyiksanya dengan kebisingan yang ada.
"Wanita itu sudah pulang dengan aman." Gumam Roan sambil tersenyum tipis.
Lati mengangkat sebelah alisnya. "Anda menggunakan kekuatan untuk melacaknya?"
"Itu terjadi begitu saja." Roan tertawa. "Andai Count Centaury tidak terlibat dengan penipuan yang mempermalukan seluruh keluarganya saat upacara 'Pengorbanan Untuk Dewa', pasti Lady Elleanor sudah menjadi salah satu bunga pergaulan kelas atas."
"Ya, dia cantik meskipun lusuh." Lati berkomentar seadanya. "Apa Anda tertarik padanya, Yang Mulia Grand Duke?"
"Tentu saja." Roan terkekeh. "Aku mau tahu alasan kenapa dia bisa membuat seluruh dunia tenang di hadapanku yang terkutuk ini."
Roan tercenung, kemudian keheningan panjang berada di antara ia dan Lati, sampai beberapa saat kemudian Roan mendengar suara langkah kaki dan gumaman seseorang.
"Ellen ... wanita itu akan jadi milikku malam ini, hahahaha!"
Mendadak mata Roan mencelak, dia melirik Lati. "Bawa kembali kereta kudanya ke tempat Lady Centaury. Aku akan membawanya malam ini. Ada serangga yang mau mengambil Lady-ku."
Lati baru mengangkat kepalanya saat dia menyadari bahwa Roan sudah menghilang dari tempatnya. Angin berembus pada tirai jendela yang terbuka.
"Ah, Tuan Grand Duke melakukannnya lagi." Keluh Lati menjalankan perintah.
Kembali ke saat ini.
Roan menatap wajah Ellen yang tertidur pulas, berikut dua bocah lucu yang ia pangku di kanan dan kirinya. Pria itu ikut memejamkan mata, menikmati kesunyian yang tercipta saat wanita itu berada di sekitarnya.
Apa penyebabnya? Mengapa suara seluruh dunia bisa diredam hanya karena keberadaannya?
Selama aku mencari penawarnya, kutukan ini tidak berpengaruh pada kekuatan sihir murni atau sihir hitam. Dia juga tidak takluk pada kekuatan suci pendeta biasa.
Aku pernah bertemu dengan paus sekitar dua ratus tahun lalu. Dia pernah memberkatiku dengan kekuatan sucinya yang besar itu. Suara dunia memang menghilang saat aku bersentuhan dengan kekuatan suci.
Tapi tubuhku tidak sanggup menahannya. Karena kekuatan suci dan sihir adalah energi yang saling bertentangan. Terlebih lagi aliran mana murni di dalam diriku sudah tercampur sempurna dengan kutukan Nona Catherine Sillian.
Sebenarnya kenapa?
Apa yang berbeda dari dirimu, Elleanor Centaury?
Pikiran Roan terasa penuh, akan tetapi dari semua yang bisa lewat di dalam kepalanya, tidak ada satu pun yang bisa memberikan jawaban. Getaran aneh dari ledakan singkat kekuatan suci Elleanor Centaury saat di guild informasi Monsta, dan suara dunia yang teredam saat bersama wanita itu. Roan masih harus mencari tahu alasannya, tapi di saat yang sama pria itu tidak bisa melepaskan Ellen begitu saja.
Dari pinggiran desa yang memakan waktu satu jam dengan kereta kuda, Roan membawa Ellen dan kedua adik kembarnya menuju ke Istana Kristal Biru, kediaman Grand Duke Cassavero yang terletak di jantung Duchy di Osein. Dulu wilayah kekuasaan Roan tak sampai satu wilayah Osein, tapi seiring berjalannya waktu, Osein hanya sebagian kecil dari yang Roan miliki.
Kereta kuda itu sudah memasuki jalanan kota yang bagus, tersusun sempurna dengan paving block yang rata dan tidak bergelombang sejak satu jam yang lalu. Butuh dua jam untuk menempuh perjalanan sampai mereka benar – benar tiba di kediaman Grand Duke Cassavero. Pintu gerbang yang terbuka saat kereta kuda berlambang kelurga Grand Duke itu lewat pun membuka jalan masuk dan berhenti di depan bangunan utama Istana Kristal Biru.
"Lady, kita sudah sampai."
Mata Thalia mencelak begitu guncangan pelan terasa di bahunya, wajah tampan yang berada di depannya membuat wanita itu mengkerut seketika.
Kaget, ganteng banget!
"Ini di mana?"
Thalia berdeham, kemudian mencoba mengalihkan pandangan dengan melihat – lihat ke luar. Akan tetapi pemandangan yang bisa dia lihat dari jendela kereta kuda sangat asing dan terlihat sangat mewah. Bahkan, terlalu mewah untuk ukuran bangsawan bangkrut sperti Ellen dan kedua adiknya.
Pria itu membantu menggendong Jason sambil turun dari kereta kuda. "Silakan turun, Lady. Kita akan bicara setelah memindahkan anak-anak."
Ini di mana sih? Kok mendadak gue kayak ada di wonderland? Bling – bling gitu auranya. Barang mahal emang beda kali ya?
Thalia menggendong Juliette yang tertidur pulas, kemudian turun sambil menggenggam tangan pemuda tampan itu. Tadinya ia tidak terlalu menyadari sekitar, akan tetapi, begitu kaki Thalia menginjak bumi, tiba – tiba matanya melotot.
OMG, Tuhan Yesus haleluya!
Apakah gue di surga?
Wahai Dewa dunia ini, apa gue udah mati untuk yang kedua kali?
"Lady?"
Thalia tersentak, dia berdeham sambil menarik napas. Bagaimana tidak, di hadapannya menjulang tinggi sebuah bangunan yang lebih mewah dari pada mansion – mansion milik bangsawan kaya yang ada di pusat kota. Bahkan, jika dibandingkan dengan kastil yang berkilauan indah dan terbuat dari kristal biru ini, mansion Centaury yang dulu juga akan terlihat lusuh.
Sekaya apa sih Bosnya guild informasi dan owner serikat dagang Monsta?
Thalia kaget dan mundur selangkah, seorang kepala pelayan yang sudah lumayan berumur membungkuk padanya.
"Selamat datang di rumah, Tuan." Dia menatap pria di samping Thalia dengan penuh rasa hormat, lalu membungkuk kecil saat melihat Thalia. "Selamat datang di Istana Kristal Biru, Lady."
"Will, tolong siapkan dua kamar tamu yang bisa digunakan sekarang. Anak – anak sudah lelah dan harus melanjutkan istirahat mereka dengan nyaman." Pria itu memberi perintah.
Sang kepala pelayan mengangguk paham, dia langsung menginstruksikan pada bahwahannya, dan mengantar mereka masuk ke dalam. Langkah Thalia tertatih saat memasuki kastil besar nan mewah itu. Ia agak kesulitan mengikuti langkah kaki jenjang pria di depannya, tapi tentu saja Thalia tidak mengeluh. Meskipun ia tidak tahu apa alasannya dibawa ke sini.
Padahal dia bisa ngebiarin gue di rumah aja ya, kan?
Pelayan – pelayan lain datang dan membawa kedua adik Ellen untuk di pindahkan ke dalam kamar, sementara Thalia mengikuti langkah pria itu sampai mereka memasuki sebuah kamar berbeda. Kamar yang cukup luas, karena di dalam ruangan itu terdapat sofa dan meja kecil yang muat untuk tiga orang, serta perapian.
"Anda bisa membersihkan diri terlebih dahulu, baru kita akan bicara, Lady." Pria itu tersenyum tipis. Suaranya terdengar tenang dan wajahnya tampak datar.
Saat ia hampir membuka pintu, Thalia menahan tangannya. Mata mereka saling bertatapan.
"Tuan harus menjelaskan lebih dulu, apa alasan Tuan membawa saya dan kedua adik saya ke sini? Di mana ini?" Thalia memang belum pernah merasakan kemewahan seperti ini, bahkan saat Carren dan Joseph masih dalam kejayaan mereka, tapi akal sehatnya belum hilang.
"Saya kira 'terima kasih' adalah kata yang akan keluar pertama kali dari bibir Lady." Pria itu tersenyum miring.
Wajah Thalia sontak memerah, dia malu. Pria ini baru saja menegur tindakan tidak sopannya. "Maafkan saya, dan terima kasih. Tapi saya rasa membawa seorang gadis tanpa seizinnya juga bukan merupakan tindakan yang sopan, kan?"
Pria itu tertawa kecil. "Apa saya harus berpikir dua kali saat membawa calon istri saya pulang?"
Thalia mendelik.
Hah, gimana?
Apa lo bilang?
Calon istri?
WTF...!!!
>>><<<
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Seduce The Duke
FantasíaWARNING 21+ [SPIN OFF WHO MADE ME A PRINCESS: ROAN STORY] Saat merasuki tubuh seorang figuran novel yang sedang ia tulis, Thalia pikir dia berhalusinasi. Tapi, kehidupan barunya sebagai Elleanor Centaury terlalu nyata dan tragis. Mengetahui masa de...