Sixteen: Tak Rela

457 57 34
                                    

Hai, hai, hai!

Sebelum baca cerita ini, aku mau nanya apa sih yang buat kalian masih betah buat baca?

By the way, i wanna say sorry buat kalian. Maaf kalau semakin hari cerita ini semakin nggak jelas. Kalau kalian menemukan ada yang salah dengan cerita ini, silahkan beritahu aku🥰

Happy Reading!

~~~~~~~~~~

"Mendapatkan kebaikan dari seseorang yang telah kita sakiti itu seperti mendapatkan hukuman. Hukuman yang membuat diri sendiri MALU."

-Fatur Purnama-

"Kenapa lo mau bantu Indira?" Seorang gadis remaja berkata tepat di hadapan pemuda yang berada di depannya.

Orang yang mendapatkan pertanyaan tiba-tiba itu tentu saja tidak mengerti maksud dari pertanyaannya. "Apa yang lo maksud?"

"Kenapa lo mau temenin Indira di rumah sakit waktu itu?"

"Wait... lo nggak terima gue bantu sahabat lo? Are you jealous?"

"Jealous? Of course, no!"

"So?"

"Gue cuma takut lo punya maksud tersembunyi untuk sahabat gue. Gue takut lo beneran jadi menjalankan rencana lo. Brama... kalau niat lo baik ke Indira cuma buat ngehancurin mental dia sesudahnya, mending lo berhenti!"

"Atas apa yang Indira lakuin ke gue dulu, itu emang menyakitkan. Sangat menyakitkan. Tapi setelah gue tau fakta memilukan itu, gue rasa gue cukup ngerti. Dan lo bener, Varas. Di masa itu Indira hanya anak kelas 2 SD pada umumnya yang gampang terpengaruh sama apa yang dia lihat."

"Lo udah maafin dia?"

"Udah. Dan asal lo tau... gue emang tulus buat bantu dia."

"Syukur kalau gitu. Ngomong-ngomong, sepertinya Indira bener-bener lupa sama lo, Brama."

"I think, yes."

***

Indira sedang berada di dalam kelas, tenggelam bersama lamunannya. Banyak hal yang menjadi pikirannya saat ini.

Seberapa lama Indira masih bisa bernapas di tengah kanker yang sedang di derita?

Seberapa lama Indira harus menampung setiap luka dari orang tua?

Apakah suatu hari nanti Indira akan tiada karena penyakit itu? Atau karena hal lain? Mungkinkah karena Indira memilih mengakhiri hidup yang memang sudah hancur sejak kecil?

Semua suara dari batin itu terus berputar di kepalanya.

Banyak kemungkinan yang terjadi, namun sangat kecil peluang dalam menyelesaikannya. Banyak harapan yang tertera, namun sedikit pula peluang agar harapan itu terwujud. Hingga kini harapan itu tak banyak tersisa karena jiwa sudah terlalu lelah dipermainkan dengan luka yang berkedok harapan. Dan pada akhirnya hanya satu harapan yang tersisa. Harapan agar segera bertemu dengan kematian.

Selalu ada keinginan di setiap diri seseorang dalam mencapai kebahagiaan, tapi selalu banyak cara untuk menghancurkan keinginan itu. Namun, masih ada sejuta cara lain agar keinginan itu tetap bertahan. Sayangnya dunia seringkali menutupi sejuta jalan itu dengan sebuah papan yang bertuliskan kata give up. Menyiksa seorang yang menginginkan kebahagiaan dengan sederet luka di setiap harinya. Dan Indira adalah salah satu dari berbagai orang yang kerap tersiksa di dunia.

Sederet Luka Untuk Indira (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang