5

406 34 2
                                    

Happy kiyowo.













Sebuah siulan di pagi hari begitu menggema di ruangan makan. Tidak tahu kebiasaan buruk itu di dapat lan wangji dari mana. Tapi setiap pagi pria berwajah tampan bak pangeran dari negeri dongeng itu selalu saja bersiul.

Tidak perduli mood-nya sedang membaik atau memburuk, dia selalu saja bersiul. Anggota parlemen yang kini sedang di calonkan partainya jadi Walikota china itu adalah anggota parlemen yang bersih dengan scandal.

Tapi kehadiran wei wuxian menjadi sebuah titik noda dalam hidup lan wangji. Alasan dia sangat membenci wei wuxian adalah karena itu. Tapi ada rasa bersalah yang begitu besar. Lan wangji merasa dialah pria yang merusak masa depan wei wuxian.

Lan wangji sedang membaca koran, meski sejak subuh tadi ponselnya selalu saja berdering. Dirinya mungkin belum siap, untuk mengemban tugas sebagai Walikota china.

Tapi mungkin karena prestasinya yang menjulang tinggi. Semua kelompok dan petinggi partai menyetujui dirinya jadi calon Walikota. Koran yang di bacanya, kini dia letakkan di meja.

Matanya sebentar melirik istrinya yang sedang mengaduk susunya. Pria itu memperhatikan istri belianya. Umur yang terpaut sedikit jauh, membuatnya canggung untuk membicarakan hal-hal lain.

Selain menanyakan bayinya, lan wangji jarang berbicara dengan wei wuxian. Apa lagi saat ibunya atau Nyonya lan sedang berada di Luar Negeri. Maka lan wangji hanya akan jadi batu yang berlumut.

Mereka berada di ruang makan sudah setengah jam. Tapi hanya suara ribut dari gelas dan sendok yang terdengar. Selebihnya hanya suara deru nafas keduanya saja yang terdengar.

"Mau aku buatkan kopi?" lan wangji mendelik tajam. Pria itu membenci kopi, rasanya, warnanya dan aromanya adalah racun bagi lan wangji.

"Kau itu sudah berapa lama jadi istriku? Kau tahu aku sangat membenci kopi?" wei wuxian menunduk. Lan wangji sendiri yang enggan mengatakan kepadanya atas ketidaksukaannya Terhadap hal-hal yang mungkin tidak di ketahui wei wuxian. Tapi pria itu pula yang kini marah-marah kepadanya.

Lan wangji membanting meja. Mata kuningnya kini menajam, wei wuxian sendiri sudah tidak tahu lagi akan bersikap seperti apa. Pemuda itu merasa semua yang dia lakukan itu selalu salah.

Ponsel lan wangji lagi-lagi berdering. Memiliki dua ponsel dengan kegunaan yang berbeda Adalah masalah besar bagi lan wangji. Satu menyala karena tugas negara. Satu lagi menyala karena bisnis.

Tidak hanya anggota parlemen yang sukses. Lan wangji sebenarnya adalah investor yang cekatan. Pria itu tahu saja dimana dia bisa menanamkan modalnya. Selalu saja perusahaan yang berkembang dia pilih.

Ponsel adalah benda yang tidak pernah wei wuxian sentuh. Jangankan untuk menghubungi lan wangji, telpon rumah berbunyi saja dia selalu memanggil pembantunya. Kehidupannya sejak kecil memang miskin, Dapat bersekolah saja dia sudah bersyukur.

Kelas dua smk dia di tinggal orang tuanya. Sejak itu pula kehidupannya semakin menderita. Neneknya yang memang memiliki ke warasan yang rendah. Selalu saja menyiksa fisik wei wuxian. Seorang nenek yang bahkan rela menjual cucunya demi uang. Yang dia gunakan untuk bermain judi.

Pantaskah dia disebut keluarga oleh wei wuxian? Entah apa alasan nenek wei sangat membenci wei wuxian. Padahal wei wuxian sendiri adalah cucu tunggalnya.

"Susunya itu di habiskan weiying." Suara berat lan wangji memudarkan lamunan wei wuxian, pemuda itu menatap gelas yang berisi susu. Pagi ini aroma susu itu membuat perutnya mual.

Tapi karena rasa takut akan marah nya lan wangji Adalah alasan wei wuxian harus memaksakan susu itu masuk juga ke perutnya, Matanya yang bulat semakin bulat, Saat cairan berwarna putih itu harus dia habiskan.

my love wedding (wangxian) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang