2

375 33 2
                                    

Happy kiyowo.








Wei wuxian, sering kali meminta ijin untuk keluar bertemu sahabatnya, tapi lan wangji sekalipun tidak pernah memberikan ruang ijin untuk wei wuxian. Pria itu akan selalu mengurung wei wuxian di dalam rumah besar itu.

"weiying jaga janin itu baik-baik, dia adalah malaikatku." wei wuxian juga adalah ibunya, tidak mungkin dia akan meracuni bayinya sendiri bukan?. 

Wei wuxian mengelus perutnya yang masih rata dan kecil. Usia kandungannya baru saja akan berusia dua bulan, jangankan untuk bermanja dengan sang suami. Bahkan wei wuxian harus menahan ngidamnya.

"Aku tahu gege, bayi kita ini pasti akan baik-baik saja di dalam sini, iyakan nak? ." wei wuxian melirik perutnya. Lan wangji menatap istrinya itu datar. Pria itu sangat benci saat wei wuxian mengatakan itu adalah 'bayi kita' dia sangat membencinya.

"Itu bayiku bukan bayi kita. Meskipun kau yang mengandungnya, kalau saja malam itu aku tidak mabuk. Aku tidak mungkin meninggalkan benihku di rahim pemuda jalang sepertimu. Pemuda kampung, yang bahkan dengan rela menjual tubuhnya." wei wuxian meneteskan air matanya.

Pemuda itu hanya bisa menunduk, tidak bisakah lan wangji sebentar saja menganggap kehadiran wei wuxian. Tiga bulan menikah tapi seperti sudah ratusan tahun, wei wuxian sangat tersiksa dengan sikap lan, wangji yang sangat kejam dan dingin kepadanya.

Dua bulan kehamilannya, sekalipun lan wangji tidak pernah menemani wei wuxian pergi ke dokter untuk pemeriksaan. Hanya sekedar mengelus perut wei wuxian sajapun dia tidak pernah. 

Wei wuxian juga ingin memimpikan sebuah rumah tangga yang sangat indah. Rumah tangga yang selalu dia impikan. Yaitu sebuah pernikahan yang rukun dan manis, rumah tangga yang sangat romantis.

"Aku bantu ya," wei wuxian  duduk bersimpuh, dia ingin membantu suaminya itu menautkan kaos kaki hitamnya. 

"Jangan sentuh aku, pergi sana!" lan wangji menyingkirkan tangan wei wuxian sangat kuat. Kalau saja pemuda itu tidak mempunyai tumpuan tubuh yang kuat. Sudah terjungkal wei wuxian ke lantai dan itu bisa membahayakan janinnya.

"Jangan panggil aku gege, entahlah aku sangat tidak suka pemuda jalang sepertimu memanggilku gege." wei wuxian hanya tersenyum tipis. Lalu dia akan memanggil apa suaminya, paman? 

Perbedaan umur yang cukup jauh memang membuat wei wuxian susah untuk membiasakan diri dengan lan wangji. Tidak terlalu jauh, wei wuxian 19 tahun dan lan wangji 32 tahun.

Perbedaan yang cukup signifikan memang, tapi wajah lan wangji yang tampan tidak membuat pria itu kelihatan tua. Wei wuxian memang sangat muda, tak jarang teman lan wangji yang tidak tahu latar belakang pemuda itu. Selalu mengatakan jika wei wuxian masih seperti anak kecil.

"Aku buatkan sarapan ya?" 

"Tidak usah! Aku tidak sudi memakan apapun buatanmu. Minggirlah!" lan wangji sedikit mendorong tubuh wei wuxian. Saat pria itu ingin keluar dari kamarnya.  

"Auhh, sakit." Tidak sengaja lutut wei wuxian terbentur tepi ranjang. Lan wangji menoleh, tatapannya berfokus pada ekspresi wajah wei wuxian yang meringis. Wei wuxian mengusap lututnya yang memerah.

"Itu makanya harus hati-hati." wei wuxian termangu saat tangan besar lan wangji membantunya untuk mengusap lututnya yang memerah.

"Duduklah, aku akan ambilkan kotak obat dulu. Lihat itu berdarah. Itu akibat kau ceroboh." wei wuxian masih melongo, itu semua terjadi juga akibat perbuatan suaminya. Kenapa wei wuxian yang di salahkan di sini?

Lan wangji mengobati lutut wei wuxian dengan lembut. Tapi tatapan mata pria itu hanya melihat lutut wei wuxian yang terluka sedikit.

"Aku ada rapat dengan para guru di salah satu sekolah disabilitas nanti. Pergi dengan ibu saja dan jangan kemanapun setelah dari pemeriksaan ingat itu." wei wuxian mengiyakan saja. Lagi pula sejak kapan dia di ijinkan pergi.

"Lain kali hati-hati, kau ingin sekali menggugurkan bayiku ini ya? Lalu kembali menjual diri di club itu." Baru saja wei wuxian mendapat perlakuan manis dari, sang suami dan sekarang pria itu menjatuhkan harga diri wei wuxian. Jatuh sejatuh-jatuhnya sampai terasa seperti jatuh ke dalam jurang yang sangat dalam.

"turun dan Sarapanlah, bibi pasti sudah membuatkanmu susu. Aku akan menyusul kebawah sebentar lagi." lan wangji merapikan perban di lutut wei wuxian.

Semua kebutuhan wei wuxian memang terpenuhi di rumah ini, tapi pemuda hamil itu tetap merasakan sendirian. Jika perlakuan neneknya tak sama seperti orang tuanya dulu. Maka sama, suaminya juga lan wangji  tidak pernah memperlakukannya layaknya seorang istri dari lan wangji.









Pai pai👋👋

my love wedding (wangxian) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang