Happy kiyowo.
Wei wuxian, pemuda mungil itu menuruni tangga yang di mansion milik lan wangji. Langkah kakinya memang tak secepat langkah kaki lan wangji. Pemuda itu masih takut, karena tangga rumah lan wangji yang sangat licin. Dia hampir pernah jatuh karena kurangnya hati-hati.
"Masih saja takut menuruni tangga?" Suara berat lan wangji membuatnya terlonjak. Matanya kini membulat saat tahu sang suami sudah berada di depannya.
"Aku bantu, ini demi keselamatan bayiku." lan wangji membantu memapah wei wuxian. Meski alasannya masih janin, tak apa setidaknya lan wangji tak ingin wei wuxian terluka.
Wei wuxian melirik sesekali suaminya, wajah tampan lan wangji memang sangat memabukkan. Hanya saja sikapnya yang arogan dan mudah marah itu, adalah mala petaka bagi wei wuxian.
Tapi rasa syukur wei wuxian tidak akan ada habisnya karena lan wangji sudah seperti malaikat baginya. Pria itu rela menghabiskan uangnya demi menebus wei wuxian.
Tangan lan wangji masih memegang erat lengan wei wuxian. Pemuda itu sangat takut dengan ketinggian, dan selalu saja gemetar saat menuruni tangga rumah lan wangji.
"Menantu kecil ibu, kenapa sayangnya ibu? Xianxian sakitkah?" Mertuanya memang selalunya baik kepadanya.
Latar belakang wei wuxian tidak pernah jadi masalah. Hanya saja wanita paruh baya itu tidak tahu jika anaknya lan wangji membeli wei wuxian dari seorang mafia.
"Biasalah, weiying inikan manja bu." lan wangji mengusap kepala wei wuxian. Pria itu hanya berpura-pura baik jika di depan ibunya. Tapi bagi wei wuxian itu sudah lebih dari segalanya. Kebaikan Nyonya lan adalah berkah tersendiri bagi wei wuxian.
Semenjak orang tuanya meninggal belum pernah wei wuxian di perlakukan layaknya manusia oleh neneknya sendiri. Dan kehadiran lan wangji benar-benar membawanya kesebuah keluarga yang hangat dan nyaman.
Lan wangji menarik kursi untuk wei wuxian duduki. Bahkan pria itu sedang menggenggam tangan wei wuxian erat.
"a-zhan, sekali-kali temani xianxian check ke dokter. Kasihan istrimu, jika setiap ke dokter perginya dengan ibu terus." wei wuxian menggeleng. Itu isyarat jika dia tidak keberatan pergi ke dokter kandungan tanpa suaminya.
Nyonya lan selalu saja berhasil membuat lan wangji tidak bisa menolak permintaannya. Perintah ibunya selalu saja mutlak. Lan wangji menghembuskan nafasnya kasar, dia seruput kopinya. Tampak pria itu seperti sedang berpikir.
Wei wuxian sendiri hanya menyantap sarapan dan susunya, pemuda itu tak berani bicara terlalu banyak. Dengan siapapun dia pergi tidak mengapa, yang penting bayi dalam kandungannya sehat.
"Sayang,"
"Uhuk." wei wuxian tersedak susunya. Matanya membulat, baru kali ini lan wangji memanggilnya sayang. Meskipun itu hanya di depan orang tua lan wangji. Meskipun itu hanyalah pura-pura. Tapi wei wuxian merasa sudah terbang ke awan.
"Hati-hati," lan wangji menyeka sisa susu dari bibir wei wuxian. Senyum pria dingin itu membuat wei wuxian tak sanggup menatap suaminya lama. Pemuda mungil itu langsung menunduk, mata tajam sang suami tak sanggup dia pandang lama.
"Sayang keberatan kah jika pergi dengan ibu?" wei wuxian hanya menggeleng. Tapi matanya tidak berani memandang lan wangji. Padahal pria itu sedang meletak kan tangannya pada punggung kursi wei wuxian.
Jelas saja wei wuxian tidak keberatan, meski dia ingin sekali pergi dengan suaminya. Tapi pria itu sangat sibuk dan wei wuxian tak ingin meminta lebih.
Sudah cukup rumah untuknya berlindung dan pakaian untuk dia gunakan menutupi tubuhnya. Semuanya sudah cukup untuk wei wuxian. Kasih sayang Nyonya lan, yang wei, wuxian dapat sudah di rasa cukup.
"Aku pergi dengan ibu saja." Ujar wei wuxian gugup. Matanya hanya fokus pada roti di depannya. Wei wuxian tahu jika mata lan wangji sejak tadi hanya menatap dirinya.
Jantung wei wuxian rasanya mau copot karena ekor mata lan wangji hanya meliriknya saja sejak tadi. Senyum lan wangji pagi ini jarang sekali dia lihat. Biasanya meski di depan Nyonya lan pun lan wangji akan selalu memasang wajah ketatnya.
"Aku ada rapat pada salah satu sekolah disabilitas bu. Kalau tidak, mungkin aku bisa menemani weiying hari ini."
"Tidak bisakah setelah rapat itu datang ke rumah sakit a-zhan?" lan wangji menggeleng. Rapatnya memang tidak bisa dia tinggal. Pria itu adalah anggota parlemen yang sangat sibuk.
Komisi II yang menangani bidang pendidikan. Maka itu yang membuat lan wangji selalu sibuk ke sekolah-sekolah. Pria itu bahkan rela ke pelosok china hanya untuk memastikan bahwa semua fasilitas untuk para guru dan siswa terpenuhi.
"weiying bisa pergi dengan ibu kan? Lain kali aku akan usahakan bisa pergi ke dokter kandungan denganmu." wei wuxian tersenyum. Kepalanya mengangguk.
"Istri pintar," lan wangji mengusap kepala wei wuxian.
Pipi wei wuxian kini merona memerah, kalau lan wangji seperti ini terus menerus maka bisa di pastikan dia akan mencintai lan wangji lebih dulu. Tapi bukankah cinta itu sudah tumbuh? Entahlah, wei wuxian sendiri susah untuk membedakan itu cinta atau hanya merasa lan, wangji adalah penolongnya.
"xianxian, hemm ibu lihat xianxian tidak pernah ngidam. Xianxian tidak menginginkan apapun, mungkin ingin memakan sesuatu?" wei wuxian menggeleng.
"Iya, benar kata ibu. Weiying tidak menginginkan apapun?"
"Tidak ada, seperti nya belum kan weiying baru hamil dua bulan. Dan semoga saja si bayi tidak minta yang aneh-aneh." wei wuxian terkikih lucu.
"Aku pergi dulu ya, ibu jagakan bayiku ya." lan wangji mendekat ke wajah wei wuxian, Mungkin saja dia ingin mencium kening wei wuxian? Entahlah, tapi bibir lan wangji semakin mendekat ke wajah wei wuxian.
"Aku tidak akan menemanimu ke rumah sakit sampai kapanpun, ingat itu. Dan jangan harap aku akan mengabulkan permintaanmu jika kau ngidam." Mata wei wuxian terasa panas. Wajahnya memerah kini.
Ternyata lan wangji hanya ingin membisikkan kalimat kejam itu pada telinga mungil wei wuxian Kalau saja tidak di depan mertuanya, mungkin air mata wei wuxian jatuh begitu deras.
"Aku sadar aku ini hanyalah bagian yang tak penting di hidupnya." Ucap wei wuxian dalam hati.
"Jangan menangis, atau aku akan menjualmu kembali." wei wuxian menahan isakannya. Dadanya terasa sesak, karena air mata yang hampir lolos dia tahan agar tak jatuh.
"Aku mengerti" Bisik wei wuxian sangat pelan.
"Bagus, itu baru namanya jalang yang pintar." lan wangji mengangkat kepalanya. Tangannya mengusap kepala wei wuxian.
Seringai dari wajahnya memperlihatkan ke kejaman pria itu. Lan wangji memang tak pernah menyiksa wei wuxian secara fisik, tapi batin wei wuxian sudah sangat sakit karena itu.
"Baik-baik dirumah ya, jangan nakal anak ayah." lan wangji mengusap kepala wei wuxian. Lalu tangannya sebentar turun ke perut wei wuxian. Dia elus perut rata wei wuxian meski hanya sebentar.
Pernikahan indah bak dalam dongeng-dongeng yang selalu dia bayangkan. Nyatanya tak seindah harapannya. Dulu dia memimpikan pangeran yang tampan dan baik hati. Tapi kenyataan nya dia hanya mendapatkan pria yang tampan tapi tidak berhati.
Air matanya lolos juga saat setelah tubuh lan wangji tidak tampak lagi. Tapi tangan mungilnya segera menghapus air matanya. Wei wuxian tidak akan memperlihatkan kesedihannya di depan mertuanya.
Pai pai👋👋
KAMU SEDANG MEMBACA
my love wedding (wangxian)
De Todopernikahan adalah janji yang sakral. Tidak ada satupun yang menginginkan sebuah perpisahan dalam pernikahan yang sah. Lalu jika cinta itu sebagai landasan rumah tangga yang utuh tapi nyatanya tidak ada. Akankah ikatan sakral itu akan bertahan selam...