@adeepp_wp
(Bisa Vote Offline, kok. Vote, ya.)
Keadaan kantin kali ini cukup ramai dari biasanya. Dari sudut tempatnya, Mutia bisa melihat antrian begitu panjang di tempat Rani. Ya, kalian benar. Para siswa sedang mengantri untuk membeli bakso. Benar kata Rani, kini bakso buatan Mutua sudah menjadi favorit para siswa.
Untung saja Mutia sudah memesan satu porsi dari tadi, jika telat sedikit saja bisa-bisa tidak kebagian. Lihat! Setiap satu siswa membawa tiga sampai lima porsi! Tentu hal tersebut membuat gadis itu senang bukan main. Inilah balasan untuk mereka karena sudah berani membuli Ratu. Kini uang mereka mengalir ke dompet Mutia.
"Gila bakso ini best bet!" Salah satu komentar terdengar, membuat Mutiw tersenyum menyeringai. Siswa itu adalah salah satu teman Enzi.
Lihat cowok itu! Enzi, dia bahkan sudah menghabiskan tiga porsi bakso. Puas, Mutia sungguh sangat puas melihatnya. Hal ini membuat gadis itu lebih gencar untuk membuat uang mereka mengalir ke dompet. "Setelah Bakso, kalian akan sangat terpaksa mengeluarkan lebih banyak uang untuk membeli Mie ayam bakso buatanku nanti."
Senyuman Mutia begitu penuh ambisi, dia tidak menyadari bahwa sendari tadi sudah diperhatikan oleh seseorang. "Senyummu bahkan lebih menyeramkan dari penghuni lantai tiga kelas 12."
Tentu setelah mendengar perkataan barusan, Mutia langsung menormalkan senyumnya. Saat melihat siapa yang datang, senyum itu berubah manis entah kenapa. "Danar, kamu ke kantin pasti mau pesen bakso, kan? Pasti ketagihan, kan?" Mutia langsung senang saat melihat Danar, entah kenapa tapi setelah cowok itu membantu membuat bakso kemarin dia jadi lebih merasa dekat dengan Danar.
Danar hanya menaikan kedua pundaknya acuh. Ya, memang sedingin itu cowok bernama Danar ini. Tapi dalam hati dia membenarkan perkataan Mutia tadi. Ke kantin, dia ingin kembali memesan bakso buatan Mutia. "Biasa aja, gak ada pilihan lain, semua makanan udah pada abis juga."
Mutia hanya mengangguk, dia perlahan tahu betapa besarnya gengsi yang dimiliki oleh Danar. Karena tidak mau menggoda cowok itu, Mutia pun mengiyakan saja.
Tak lama setelah itu, datang salah satu pekerja Rani membawa dua porsi bakso milik Mutia dan Danar. Saat melihat itu, Mutia langsung senang. Meski bakso itu buatannya, tapi tetap saja, 'kan dia lapar dan makanan yang enak di dunia novel hanya bakso buatannya ini. "Akhirnya baksoku datang!" ucap Mutia terdengar antusias dan hanya diabaikan oleh Danar.
Pekerja itu menyimpan bakso bagian Mutia di depan gadis itu, aroma daging khas bakso seketika menguap membuat perutnya lapar tak tertahankan. "Makasih," ucap Mutia lalu segera memgambil mangkok bakso.
Tanpa peduli dengan sekitar, Mutia mulai meracik baksonya. Dia menambahkan kecap, saus cabe, beberapa tetes cuka dan tanpa menunggu apapun lagi Mutia langsung menyantap baksonya dengan lahap, mengabaikan tatapan siswa yang tidak suka jika Mutia menikmati makanan enak.
"Baksonya abis, ya, Enzi?" tanya Aruna sembari menatap sedih ke arah gerobak bakso.
Melihat gadisnya yang begitu sedih karena tidak kebagian bakso membuat hati cowok itu terasa terhimpit. Lalu Enzi menatap Mutia yang sedang menikmati bakso terakhir. "Dasar cewek sialan! Kalau dia gak makan di kantin, Aruna pasti bisa makan baksonya." Enzi mengepal tangannya begitu keras, dan kejadian itu tak luput dari perhatian Aruna.
Senyum ular samar terlukis di bibir Aruna. Dalam hatinya dia berniat akan memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat citra buruk Ratu semakin buruk. "Katanya bakso itu enak banget, Ya, Enzi? Kemarin aku gak kebagian dan hari ini juga gak kebagian." Aruna menundukan kepala, dia mendalami peran si cewek paling malang yang harus dilindungi oleh siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Jelek Antagonis
FantasyMutia tidak menyangka bahwa dirinya masuk ke dalam tubuh antagonis dari cerita Obsesi karya penulis wattpad. Biasa? tidak jika antagonis cerita ini begitu jelek, bodoh dan bucin pada protagonis pria. Semua perlakuan antagonis jelek ini sangat menjij...