Si Jelek Antagonis 4

3.2K 355 13
                                    

@adeepp_wp

Satu hari berlalu, tidak ada balasan dari Aruna setelah Mutia membalas pesan. Pada saat ini sungguh dia sama sekali tidak peduli, Mutia sibuk membuat sebuah eksperimen. Berbekal infomasi yang dipunya saat masih hidup dulu, kini dirinya sedang membuat sebuah bakso sungguhan yang terbuat dari daging.

Setelah menghabiskan bakso dari warung tetangganya, Mutia langsung pergi ke pasar membeli beberapa bahan yang dibutuhkan sampai saat ini dirinya disibukkan dengan membulat-bulatkan baksonya.

Jujur saja tidak mudah membentuk adonan bakso menjadi bulat, Mutia harus banyak berlatih sampai tibalah waktu subuh dia berhasil membuat semua adonan bakso itu berbentuk bulat tidak sempurna. "Meski bentuknya gak sempurna, tapi ini enak!" Mutia begitu senang karena bakso buatannya sangat enak.

Setelah mencicipi beberapa bakso, Mutia menyiapkan diri untuk pergi ke rumah ibu kantin. Dia harus menawarkan semua bakso ini untuk dijual si kantin sekolah.

Dan di sinilah sekarang, Mutia sedang menyiapkan satu mangkok bakso untuk meyakinkan ibu kantin. "Bu, percaya Ratu deh, pasti Bakso buatan aku banyak yang suka." Sembari meracik bakso pada umumnya Mutia terus meyakinkan ibu kantin.

Mutia memasukan mie kuning, dua jenis sayur dan mie putih setelah sebelumnya memberi beberapa bumbu, lalu semua itu disiram oleh kuah yang berisi satu pentol bakso cukup besar. Setelah selesai, dia kemudian memberikan satu porsi bakso itu pada sang ibu kantin. "Ratu, ini beneran bisa dimakan? Kamu buatnya dari apa? Dan kenapa bentuknya bisa bulat seperti ini?"

Terlihat Rani, sang ibu kantin ini ragu akan olahan Mutia. Tapi setelah memantapkan diri untuk mencoba, dia apda akhirnya melahap beberapa potong pentol bakso dengan lahap. Seketika Mutia tersenyum. "Selamat Bu Rani kamu sudah merasakan bakso yang asli," ucap Mutia dalam hati.

"Enak!" Rani menatap Mutia dengan binar. Dia seperti telah menemukan sesuatu yang baru dan spesial dalam hidupnya. "Sumpah Ratu, ini enak banget!"

Mutia mengangguk pasti. "Tuh kan, Bu! Bu Rani aja suka sama pentol buatanku, pasti orang lain juga suka."

Perkataan Mutia mendapatkan anggukan. "Iya, ibu percaya pasti mereka juga suka sama pentol ini. Kamu gimana buatnya, kok bisa enak gini?" tanya Rani penasaran.

"Aku buat dari daging sapi, Bu." Jawaban Mutia membuat Rani melotot tidak percaya. Bukan apa-apa, tapi daging sapi ini jenis bahan makanan yang begitu mahal.

"Daging sapi kan mahal, Ratu. Berapa harga perpentolnya?" tanya Rani.

"Iya, Bu, mahal banget, makanya harga perpentolnya itu 20k." Jawaban Mutia mendapat anggukan dari Rani.

"Ibu tidak heran kalau itu! Terus kamu buat berapa pentol?" Kembali Rani bertanya.

"Untuk permulaan Ratu buat 50 pentol, Bu." Mutia menjawab, "Ibu mau bawa semuanya? Atau setengahnya saja?" tanya Mutia kemudian.

"Ibu coba bawa semuanya saja ya." Jawaban Rani membuat Mutia tersenyum senang.

Tentu senang dia bisa mendapatkan penghasilan dari ini, dan keuangan akan terjamin. "Bu, karena ini dari daging sapi, ibu bisa jual bakso perporsinya itu 50k."

Rani menatap Mutia tidak percaya. "Terlalu mahal, kah? 30k aja kalau menurut ibu."

Mutia menggeleng. "Enggak, Bu, ini kan dari daging sapi dan belum ada yang jual, jadi harganya itu sangat pantas. Toh ibu jualan di lingkungan yang orangnya itu pada kaya."

Pendapat Mutia membuat Rani menggeleng, tapi kemudian mengangguk. "Kamu ada benarnya. Oke deh, ini naikin harganya jadi 50k aja."

Mutia keluar dari rumah Rani dengan hati yang sangat gembira. Langkah pertama untuk mendapatkan penghasilan tanpa kerja rodi sudah terlaksana. Dia bisa kembali ke kamar untuk bermalas-malasan. Rencananya dia akan kembali absen sekolah, rasanya begitu muak dengan semua drama di sekolah. "Hah! Senangnya bisa berpenghasilan! Aku bisa mendapatkan uang, tapi dilain sisi aku juga membuat semua penghuni sekolah bangkrut karena harga makanan buatanku itu."

Si Jelek Antagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang