Si Jelek Antagonis

2.4K 247 17
                                    

@adeepp_wp

Menurut Mutia hari ini adalah yang paling buruk sama seperti sebelumnya, tapi dia mulai muak dengan semuannya ini. Saat adegan bersama Enzi tadi, sungguh ia sangat ingin melawan cowok resek itu. Lagi entah kenapa tubuhnya seperti dikontrol oleh orang lain.

Jangan kira Mutia rela dihina terus oleh si brengsek Enzi, sekali-kali juga dia mau membuat wajah tampan cowok itu babak belur atau minimal ada bekas tonjokan yang dibuat olehnya. Sayangnya dia tidak tahu bagaimana caranya, entah siapa sudah lebih dahulu mengambil alih tubuh Ratu ini.

"Dipikir dirinya itu pemilik sekolah ini, seenak jidatnya saja melarang aku masuk kantin." Mutia terlihat santai berjalan ke arah kelas, setelah tadi diusir secara tidak hormat dari kantin. "Apa katanya? Gara-gara aku Aruna gak bisa makan bakso?" lanjut Mutia menahan kesal dengan sedikit meremas beberapa jarinya.

Mutia sangat tidak paham dengan jalan pikiran Enzi, cowok itu benar-benar bertindak di luar nalar manusia normal seperti Mutia. Bagaimana bisa saat kesaihnya tidak kebagian bakso, cowok itu malah menyalahkan manusia yang tidak bersalah seperti Mutia. "Rasanya tuh aku gak mau lagi gitu buat bakso, biar tau rasa mereka!"

Mutia kini sudah sampai di depan kelas tempat dirinya belajar. "Tapi aku gak bisa, selain bisa menambah penghasilan secara tidak langsung aku juga bisa membantu perekonomian Bu Rani." Mutia memang serba salah. Dia ingin sekali membalas perbuatan setiap orang yang meremehkan, tapi nyatanya tidak bisa entah kenapa.

Pintu kelas terbuka, Mutia langsung masuk tanpa peduli sekitar karena memang dirinya ini sama sekali tidak dianggap oleh siswa dan siswi di sekolah maupun di kelas. Ironi memang, tapi mau bagaimana lagi, hidup ini yang harus Mutia jalani. Dia tidak bisa memilih untuk hidup sempurna seperti cerita novel yang sering dibacanya waktu masih hidup.

Kedua bola mata dengan iris abu milik Mutia itu langsung tertuju pada kursi miliknya, tapi seketika kerutan muncul di dahi gadis itu. Bagaimana tidak aneh, dia sama sekali tidak melihat tas miliknya berada di bangku. Lalu, kedua bola mata itu berkeliling mencari di manakah tas itu berada.

Saat pencariannya membuahkan hasil, Mutia langsung berjalan menuju pintu keluar kelas satunya lagi, di sisi pintu itu ada tong sampah yang beriai tas miliknya. Hati gadis itu kembali bergetar, dirinya kembali merasa bahwa semua pembulian ini begitu tidak masuk akal. "Ini semua sudah keterlaluan!" Mutia memeras kencang tas, dia berjalan ke arah bangku miliknya yang sudah diisi oleh tas.

Dia juga tidak tahu kedua tas itu milik siapa tapi tidak peduli, Mutia merasa hatinya sangat kesal. Dia segera mengambil kedua tas itu lalu membuang entah ke mana tapi harus jauh dari jangkauan penglihatan.

Dengan emosi yang masih tersisa, Mutia langsung mendudukkan diri berharap dengan itu dia bisa mendapatkan ketenangan. Saat ini kedua telinganya dia tutup dari mendengar cibiran anak kelas.

"Ewhh... Dari sisi manapun dia gak pantes sekolah di sini!"

"Tas orang lain dia banting, emang bener gak cocok sekolah di sini."

"Udah jelek, sok kecantikan, hidup lagi!"

Cibiran tentang Mutia semakin menjadi-jadi saat cewek itu tengah menenangkan diri, dan memang benar kelas ini bukan tempat yang tepat untuk menenangkan diri. Salah satu tangan Mutia mengepal, merasa tidak terima jika kumpulan kecil cewek itu membulinya secara verbal.

Saat sedang menarik napas supaya Mutia tidak kehilangan kontrol, dia dikejutkan dengan dua tas tadi yang kembali ke merja Mutia dengan cara di lempar. Hampir saja jantung cewek itu copot karenanya. "Sialan lo, cewek udik jelek sialan!" Salah satu gadis pemilik tas tadi terlihat begitu marah karena tasnya berada di lantai kotor.

Si Jelek Antagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang