Si Jelek Antagonis

2.9K 317 1
                                    

@adeepp_wp vote bisa offline, lho! 

"Gila bakso buatan Bu Rani enak banget!"

"Bener gue aja sampe nambah tiga kali dong, itu pentolnya beda dari yang lain kan? Kayak berasa banget daging sapinya."

"Emang seenak itu! Istirahat pertama aja udah ludes tuh bakso."

"Pokonya gue besok gak bakal makan dari rumah! Gue mau makan bakso Bu Rani sampe kenyang!"

"Agak mahal sih ya, tapi gak pa-pa karena seenak itu."

Suasana sekolah saat jam istitahat kedua ini terasa penuh gairah kepuasan dan kesal entah kenapa. Kebanyakan siswa dan siswi sedang membicarakan makanan baru buatan ibu kantin sekolah yang tidak lain adalah bakso hasil racikan Mutia.

Gadis itu kini sedang berjalan ke arah kelas setelah menghabiskan waktu dengan istirahat dulu sampai jam istirahat kedua, perasaanya sedikit campur aduk mendekati bahagia karena ekspetasinya tentang Bakso tepat sasaran. "Setiap siswa suka bakso buatan aku." Mutia berjalan menaiki tangga.

Senyum tidak pernah pudar, tentu. Selanjutnya dia akan punya penghasilan tetap dari memanfaatkan uang orang kaya penghuni sekolah ini. Perlahan tapi pasti Mutia akan membuat menu baru yang lebih mahal dan membuat mereka harus rela membayar berapapun untuk bisa menikmati menu baru buatannya. "Kalian hina aku, aku bakal buat uang kalian ngalir deres ke dompet ini."

Sedang senang-senangnya Mutia membayangkan banyak uang berjatuhan dari langit, suara tak asing  tiba-tiba menghancurkan khayalannya. "Lo yang buat bakso Ibu Kantin?" tanya seseorang, tidak lain adalah Danar.

Tentu pertanyaan Danar tidak diperhatikan oleh Mutia. "Kenapa kamu mengikuti aku?" Mutia tidak salah bertanya seperti itu karena memang dia merasa diikuti sendari tadi. Kini pirasatnya terbukti, ada Danar di belakangnya.

"Lo yang buat bakso Ibu Kantin?" Kembali Danar bertanya, dia juga tidak memperhatikan pertanyaan Mutia. Danar menganggap pertanyaannya yang harus mendapat jawaban terlebih dahulu. Pertanyaan Mutia bisa lain kali dijawab.

Mutia menghembuskan napas berat, sungguh dia tidak suka jika ada orang asing mengcampiri urusannya. Jadi dia memutuskan untuk berbalik badan, meninggalkan Danar yang masih penasaran. "Ya aku punya hak untuk tidak menjawab pertanyaan Danar," bisik Mutia pada dirinya sendiri.

Tapi suara langkah itu masih terus mengikuti, membuat Mutia harus mempercepat jalan supaya bisa menjauh dari cowok aneh seperti Danar. "Ishh dasar penguntit!" Akhirnya Mutia geram juga karena sendari tadi Danar terus mengikutinya.

"Kelas gue di sini." Danar nyelolong masuk ke dalam kelas yang sudah sepi. Kenapa sepi? Karena hari ini para siswa dan siswi dipulangkan lebih awal, guru-guru harus melakukan rapat untuk kegiatan yang akan dilakukan siswa pada bulan juli mendatang.

"Kita sekelas?" tanya Mutia heran gak heran, tapi hanya sekedar basa-basi. Danar sendiri paham dengan basa-basi Mutia sehingga dia memutuskan untuk tidak menjawab.

Beberapa menit berlalu, kedua siswa itu sedang sibuk membereskan peralatan sekolah. "Tentang pertanyaan kamu tadi, memang bakso itu buatanku."

"Katanya enak." Danar menjawab sembari memasukan beberapa buku paket, dia berbicara tanpa melihat Mutia.

"Emang enak, Danar. Kamu udah coba, 'kan?" tanya Mutia sembari menyelipkan kata-kata ajaib supaya Danar beli lagi bakso Mutia.

Danar sendiri langsung mengangkat kedua bahunya tidak tahu. "Gak enak, karena belum coba."

Mutia langsung melotot karena mendengar perkataan Danar yang menyakitkan bagi penjual. "Bakso buatanku enak tahu."

"Gak enak."

Si Jelek Antagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang