Si Jelek Antagonis

2.3K 240 16
                                    

@adeepp_wp

Kalian tahu apa yang paling menyebalkan di dunia? Setiap orang punya sesuatu yang mampu membuat  darahnya mendidih, berbeda tapi ini serasa seperti seluruh keburukan di dunia bersatu dan menimpa tubuh kurus kering tak seberapa milik Ratu. "Asu banget sih, masa mereka menuduh aku PSK."

Menarik napas, supaya tubuh ini tidak dikuasai amarah dan sudah lebih tenang sekarang, beda tadi saat para petugas itu dengan lancang menerobos mengerebek. Rasanya aku seperti ingin membunuh banyak nyamuk dengan kedua tangan.

Bukan hanya para petugas saja yang membuat mood hari ini langsung anjlok, tapi juga Enzi. Si cowok iblis, bukan hanya perkataanya saja yang busuk tapi juga pemikiran dia. Bagaimana tidak, ide gila menggerebek aku ini adalah hasil pemikirannya yang ada di dengkul.

Lebih sialnya lagi pas lihat cewek jahanam bernama Aruna. Jijik aku! Nama dia terlalu cantik, tidak cocok karena hatinya yang seperti ular berbisa. "Bisa gak sih aku pergi dari para kharakter novel ini?" Ya memang rasanya tuh ingin banget pergi jauh dari para pemeran utama.

Ada lagi gak kata yang sama artinya dengan 'sial' tapi ini lebih-lebih buruk lagi. Iya, kalau ada sepertinya aku mengalami hal itu. Bagaimana tidak, tepat di depan kosan ada beberapa mobil yang sepertinya mengantar orang untuk pindah ke kosan.

Jangan senang dulu, Bestai! Orang baru itu bukan orang yang harus kamu sapa dengan senyum hangat. Malahan kalau bisa, jangan sapa! Tapi langsung sikat dan bantai aja. "Aku gak paham deh, kenapa dua iblis itu malah pindah ke kosan ini?" Ya, benar dua orang yang pindah adalah Enzi dan Aruna.

Kenapa mereka berdua pindah, jangan tanya ke aku. Karena jujur selain tidak peduli, aku tidak tau juga.  Tapi ini harus diperhatikan, karena tidak mungkin mereka berdua pindah dengan alasan yang sepele, pasti mereka pindah karena ingin lebih leluasa menyika aku. "Ahhh... Sial banget, kan?"

Apa mereka gak bosan kali ya setiap hari melihat aku di sekolah. Sekarang kesempatan mereka melihat aku di kosan akan bertambah. Ya mungkin mereka suka aja, karena bisa membulli aku. Tapi, aku sama sekali tak senang, malahan sial banget. Mana aku gak bisa berbuat banyak.

Hey! Jangan kira aku ini super hero, polisi atau tentara yang bisa melawan jika ada dalam bahaya. Aku ini cuma seorang Mutia, si gadis lemah yang hanya bisa berbisnis menghasilkan uang saja. Mungkin nanti bisa kali ya, aku melawan. Tapi mengingat yang sebelum-sebelumnya sepertinya tidak bisa. Mau melawan pun, dipaksa gak bisa karena entah apa.

Sedang asiknya aku berdiam diri sembari melihat dua iblis itu sibuk, ketenanganku diusik karena suara pintu. "Ke pasar?" ucap Danar saat aku sudah membuka pintu.

Heh, anak ini! Gak ada hujan, angin tiba-tiba ngajak ke pasar. Mau ngapain pula. "Hah? Mau apa?" tanyaku malas dan tidak mood.

"Bakso." Ishh... Apa sih maksudnya? Bakso apa.

"Apa sih, gak jelas banget. Udah deh jangan ganggu aku." Kan aku udah bilang, hari ini sedang tidak mood dan sensitif juga.

Saat aku mau menutup pintu, salah satu kaki milik Danar menahan. "Pesanan bakso." Deg! Seketika aku langsung ingat dengan pesanan Bu Rani. Huh, males banget. Toh aku aja gak dibolehin makan di kantin. Kan aku buat bakso itu juga karena ingin makan bakso.

"Males banget! Lagian aku udah gak dibolehin masuk kantin sama si Enzi." Danar hanya menatap, tanpa mau menjawab sepertinya. "Terus aku juga diskors, pokonya males banget." Biarin aja mereka gak bisa makan bakso, enak aja. Meski aku dapat untung, tapi kalau hati ini terus disakiti ya eneg juga.

Tanpa menunggu jawaban Danar, aku langsung menutup pintu. Kali ini kakinya sama sekali tidak menghalangi dan aku lega. Please deh, jangan ganggu. Malesin banget. "Tapi jadi pengen makan bakso." Ini semua gara-gara Danar. Kalau saja dia gak bilang kata bakso, pasti saat ini aku bisa melanjutkan acara malas-malasan dengan kasur.

Ishh... Bener deh ya. Udah datang bulan, bawaanya pengen makan terus. Mana makanan itu pasti di dunia ini tidak ada. Kalaupun ada aku yakin pasti rasanya akan jauh berbeda. "Enak kali, ya, kalau makan seblak pedas ditambah bakso kecil-kecil yang banyak."

Sebenarnya mau membuat satu porsi seblak di dunia novel ini bisa-bisa saja karena setiap bahan itu ada di pasar. Tapi yang membedakan adalah cara orang-orang novel mengolah semua bahan makanan itu asal-asalan dan dinamakan bakso, seblak, mie ayam dan lain-lain. Sehingga rasanya pun sama sekali tidak enak, bahkan jauh dari rasa yang seharusnya.

Oke, sudah ditentukan. Karena mood sudah terlanjur anjlok dan ingin makan sesuatu yang pedas, seblak adalah pilihannya. Tapi, pertama untuk membuat seblak, aku harus terlebih dahulu pergi ke pasar untuk beli bahannya.

Dan di sinilah aku sekarang, di depan pintu kosan. Kunci sudah diputar, saatnya pergi. Mood sudah perlahan naik, membayangkan rasa pedas membakar lidah ditambah sensasi memakan bola daging alias bakso yang kres-kers, tapi entah datang dari mana sebuah benda, dia hidup. Bergerak merangkak setelah jatuh entah dari mana mengenai pundak dan sekarang benda bergerak itu sukses terkalungkan dengan sempurna.

Kulit yang mengkilat, seperti akan terasa licin tapi pas dipegang sama sekali enggak, malahan terasa kasar dan kering. Jangan lupakan mulut benda itu yang terbuka seakan seperti ingin memangsa hidup-hidup. "Ular!" Aku berteriak dengan sangat kencang.

Jantung berdebar sangat kencang, ular adalah hewan yang hanya boleh dilihat dan haram disentuh, apalagi di simpan di sela-sela tubuh. Rasanya sangat menggelikan, dan langsung saja aku melempar ular itu sejauh mungkin entah ke arah mana. Yang pasti jauh dari aku.

Karena teriakanku tadi, bebedapa penghuni sempat muncul, tapi mereka kembali ke kamar kos karena melihat aku yang sudah lebih aman karena melempar ular tadi.

Belum selesai debaran jantung ini, suara tawa yang tidak akan pernah mau kalian dengar ini tiba-tiba menambah polusi udara. "Masa ular takut ular." Setelah tawa, dilanjut dengan cacian yang memang selalu iblis itu keluarkan padaku. "Gimana? Sambutan kedua gue, seru kan?" tanyannya merasa sangat puas karena mungkin sudah berhasil membuat aku takut.

Enzi sialan, sumpah deh aku tuh gak butuh sambutan dari kamu. "Bisa gak di luar sekolah gak usah sok kenal?" Aku mengakatan kalimat itu dengan lancar. Eh... Ada yang aneh sepertinya.

Kumelihat rahang cowok iblis itu menguat, mungkin egonya merasa tersentil. "Lo jalang sialan! Berani lo ngomong gitu sama gue, hah?" Enzi mendekat, dan aku sama sekali tidak merasa takut, hanya khawatir saja. Manusia normal ini aku teh, jadi wajar aja.

Repleks tubuh tidak bisa dibohongi, saat salah satu tangan cowok itu meremas kuat rahang, aku langsung mundur khawatir merasakan sakit lagi. "Gak berani juga, cuma emang kita gak sekenal itu untuk saling tegur sapa, kan?" Yah habis sudah aku ini, udah suara terdengar bergetar, tubuh pun tak mau ketinggalan juga termor.

"Gue bukan lagi nyapa lo, Jalang!" Enzi semakin menekan rahangku dengan kuat. Ini nih yang aku takutkan, kemarin-kemarin kemana aku yang sok berani mau lawan si iblis Enzi, saat sekarang ada kesempatan malah kayak kelinci dikepung serigala. "Gue cuma mau bilang, hidup lo di kosan bakal lebih menderita dari kehidupan sekolah," lanjut Enzi membuat aku semakin sadar bahwa memang cowok itu lebih lebih dari iblis.

Aku hanya bisa mengangguk. "Oke bang jago!" Aku mundur setelah mengatakan itu, Enzi menunjukan raut wajah yang masih garang. "Aku boleh jujur gak sih?" tanyaku selanjutnya. Eh, ini kesempatan tau... Biasanya kalau aku sama Enzi terlihat satu adegan itu entah kenapa tubuh Ratu langsung beku lalu diambil alih oleh gak tau siapa.

"Sebenarnya kamu sama Aruna bisa bernapas lega, karena mulai saat ini aku gak bakalan ganggu kalian. Ya, aku mulai sadar, ternyara aku ini gak pantas sama kamu, Enzi." Air mata buaya berhasil aku keluarkan kali ini berharap iblis di depanku ini percaya.

"Bulshit!" Enzi langsung pergi ke kosan miliknya yang baru tanpa mau tahu kelanjutan perkataanku yang masih banyak harus dikeluarkan.

"Eh... Kok aneh ya, ini aku bisa lawan Enzi... Kemarin-kemarin aku kenapa, ya?

Si Jelek Antagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang