22. Dope

414 39 24
                                    

+×+

"AYAAHHH"

Senja terbangun dari tidurnya dengan nafas tersengal, keringat dingin membanjiri tubuhnya bahkan tanpa sadar air matanya terus mengalir, dia langsung terduduk dari baringnya, dicengkram kuat dadanya yang sedikit sakit karena detak jantungnya sangat cepat nafasnya pun tak beraturan.

"Ayah .." Senja benar-benar seperti orang yang sedang kebingungan.

BRAK..!!

"Senja.." Senja menatap ke arah pintu yang terbuka keras, terlihat ayahnya sedang berdiri di sana dengan wajah khawatir.

"Hei kenapa? Ada yang sakit hm? Dadanya sakit kah?" Vihaan menghampiri Senja dengan panik saat mendengar teriakan anaknya memanggilnya. Terlebih terlihat olehnya Senja sedang terduduk di kasurnya sambil mencengkram dadanya.

"Senja?" ditangkupnya wajah Senja dengan kedua tangannya, Vihaan sekarang bertambah panik karena Senja hanya diam saja dengan mata yang terus menatap ke arahnya.

"Huwaaaa ayaaahhh .. hiks .. ayah .." Senja yang sadar jika baru saja ia bermimpi buruk langsung menangis dan memeluk ayahnya.

"Iya ini ayah sayang kenapa hm?" Vihaan berusaha menenangkan Senja dengan mengusap pelan punggung bungsunya ini berulang kali.

"Ayah .. ayah"

"Sstt sudah-sudah menangislah dulu sayang jika ingin menangis tapi jangan lama-lama nanti dadanya sesak" Vihaan masih terus mengusap punggung anaknya berusaha memberi ketenangan dan rasa nyaman.

Setelah beberapa lama Vihaan pun mengajak Senja untuk turun karena Langit sudah menunggu untuk sarapan.

Langit menatap ayahnya dengan tatapan bertanya karena melihat Senja berada dalam gendongan koala sang ayah. Vihaan pun hanya menggeleng pelan tanda dia juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada bungsunya ini.

Saat sudah sampai di meja makan pun Senja masih tidak ingin lepas dari pelukan sang ayah, mimpi terasa nyata sampai dia tidak ingin jauh dari ayahnya.

"Hei, adek kenapa?" akhirnya Langit bertanya kepada adiknya karena melihat wajah Senja yang benar-benar tampak sedih dan takut.

Senja pun mendongak untuk melihat wajah sang ayah memastikan jika ini benar ayahnya. Ayahnya yang tahu jika Senja sedang menatapnya pun menundukkan kepalanya dan memberi senyuman manis.

Senja bersyukur dia masih bisa melihat senyuman indah dari sang ayah, namun tiba-tiba ia teringat sesuatu.

Plak..!!

"Adek..!!" Langit sontak tercengang saat melihat sang adik menampar kuat pipi kiri ayahnya.

"Kok ayah ditampar dek?" tanya ayahnya yang tidak kalah shock karena tiba-tiba anak bungsu manisnya ini menampar kuat pipinya.

"Sakitkah ayah?" tanya Senja dengan polosnya.

"Ya sakit adek" ucap Vihaan yang hampir emosi.

"Huwaaa ayahh maaf hiks .." Vihaan dan Langit benar-benar bingung dengan Senja yang sekarang tiba-tiba menangis keras.

"Ayah, adek jangan-jangan kesurupan" Vihaan hanya mendengus kasar saat mendengar ucapan Langit.

"Hei adek kenapa?"

"Tadi .. tadi Senja mimpi buruk ayah sama Senja kecelakaan terus mobil ayah meledak Duaarr gitu, ayah masih di dalam mobilnya .. Senja takut .. ayahh" Senja menceritakan hal itu dengan suara lucunya.

'hoalah mimpi buruk' batin keduanya.

"Sstt sudah-sudah itu hanya mimpi buruk, buktinya ayah sekarang di sini bersama Senja kan?" Vihaan memeluk kembali Senja agar anaknya itu lebih tenang.

Warna di Langit Senja ✔️  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang