+×+
Setelah terjadi kesepakatan dan dilakukan pemeriksaan operasi transplantasi ginjal pun telah dilangsungkan.
Vihaan menatap kedua anaknya yang sekarang masih menutup matanya dengan rapat setelah dilakukan operasi 6 jam yang lalu.
Senja tadi meminta agar setelah operasi ruangannya dan Langit disatukan, jadilah dalam satu ruangan ini terdapat dua brankar yang berdampingan.
Vihaan mendengar lenguhan kecil dari salah satu brankar, dia pun mendekati brankar tempat dimana Senja terbaring. Terlihat Senja sedang berusaha untuk membuka mata bulatnya.
"A-ayah" suara lirih pun terdengar dari mulut mungilnya.
"Iya sayang, ayah di sini" Vihaan menggenggam tangan Senja yang bebas dari infus.
"Abang?"
"Ada di samping kirimu" Senja pun langsung melihat ke arah yang Vihaan tunjuk terlihat Langit yang masih menutup kedua matanya.
"Abang belum bangun?" Tanya Senja lagi.
"Belum, abang masih lelah tunggu sebentar lagi ya" Vihaan lalu mengusap rambut Senja yang sudah tidak sekokoh dulu.
Tangan kiri Senja bergerak seakan ingin menggapai abangnya, dia pun tersenyum tipis sambil terus memandangi wajah Langit dari samping.
Lalu dia mengalihkan atensi kepada sang ayah. Terlihat raut ayahnya tampak lelah, kantong mata yang jelas terlihat, bibirnya sedikit kering dan pucat bahkan wajahnya tampak lebih tirus.
Dia mengangkat tangannya untuk menyentuh pipi tirus sang ayah. Vihaan yang merasakan sentuhan putranya pun tersenyum tipis.
"Kenapa?" Tanya Vihaan pelan.
"Ayah istirahat, ayah tampak lelah" ucap Senja sambil mengusap pelan pipi sang ayah.
Vihaan raih tangan mungil sang putra yang bertengger di pipinya, dia cium sekilas punggung tangannya lalu dia genggam dengan erat.
"Tidak sayang, ayah tidak lelah bahkan jika ayah lelah rasa lelah ayah tidak sebanding dengan rasa lelah Senja"
"Ayah maaf, pasti Senja menyusahkan" rasanya Senja ingin menangis melihat wajah ayahnya.
"No, anak nakal ayah ini tidak pernah menyusahkan. Sayang, Senja adalah putra ayah anak bungsu ayah, seorang ayah tidak akan pernah merasa disusahkan oleh anaknya sendiri" Vihaan tersenyum saat melihat Senja seperti ingin menangis.
"Nak, ayah bahagia bisa merawat Senja ayah bahagia bisa mendampingi Senja." lanjut Vihaan.
"Nanti Senja akan lebih menyusahkan ayah, sekarang saja Senja sudah susah berjalan" bibir Senja sudah mulai bergetar matanya sudah berkaca-kaca.
"Dengarkan ayah nak, kalau pun nanti Senja tidak bisa berjalan ayah akan menjadi kaki untuk Senja, kalau tangan Senja sudah tidak bisa bergerak ayah akan menjadi tangan untuk Senja, bahkan kalau Senja tidak bisa melihat ayah akan menjadi mata untuk Senja, bahkan kalau bisa ayah ingin menyerahkan nyawa ayah untuk Senja."
"Ayah-"
"Jika sakitnya Senja bisa ditransfer rasanya ayah ingin menjadi penerima pertama nak. Jika bisa ayah saja yang sakit jangan Senja" ucap Vihaan dengan senyum terus bertengger di wajah tampannya.
Walaupun sebenarnya dia sedang bersusah payah menahan untuk tidak menangis. Karena disini dia adalah seorang ayah, pilar terkuat untuk anaknya. Jika dia lemah siapa yang akan menguatkan kedua anaknya.
"Jangan ayah, sekarang Senja kuat karena ada ayah dan abang yang menguatkan. Kalo ayah atau abang yang sakit Senja pasti tidak sekuat kalian, mungkin Senja akan menangis tiap detik tak berhenti, dan kalian yang sakit akan bertambah sakit karena mendengar tangisan Senja" ucap Senja dan di akhiri kekehan kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna di Langit Senja ✔️
Random[END] DON'T PLAGIARIZE ‼️‼️❌❌ Terimakasih Abang sudah hadir untuk Senja -Senja- Terimakasih Senja sudah hadir untuk Abang -Langit- Star : 31.05.2022 End : 20.09.2022 🦊🐻 #brothership #family Walaupun sudah tamat tolong tetap vote ya manteman komen...