07. I'm Fine

718 59 3
                                        

+×+


Seminggu telah berlalu dan senin pagi ini diawali dengan uapan panas dari sinar matahari pagi di saat upacara. Senja berdiri di barisan belakang bersama teman-temannya untuk menghindari panas. Tama berdiri di belakang Senja, Haikal di depan Senja, Yudha di samping kiri Senja dan Hanan di samping kanan Senja.

Sebenarnya barisan siswa laki-laki itu hanya 1 barisan saja namun demi menjaga Senja yang akhir-akhir ini dalam keadaan tidak baik jadilah mereka mengepung Senja agar ketika ada sesuatu yang tidak diharapkan mereka bisa tanggap mengatasinya.

"Senja kalo nanti tidak kuat, katakan saja agar langsung kita temani ke UKS" bisik Hanan pelan karena melihat Senja agak pucat. Senja pun hanya mengiyakan ucapan Hanan.

Memang akhir-akhir ini Senja merasa tubuhnya tidak baik, Senja pun tidak tahu mengapa demikian padahal Senja selalu menjaga pola makan dan tidurnya bahkan tidak pernah absen minum vitaminnya. Dan puncaknya tadi malam Senja menemukan hal aneh dalam tubuhnya.

+×+

Senja yang saat ini sedang tidur bersama Langit merasa kandung kemihnya penuh yang mengisyaratkan untuk kekamar mandi. Setelah dari kamar mandi Senja berniat untuk tidur namun entah kenapa dia merasa ada yang aneh ketiaknya seperti mengganjal

Karena rasa penasarannya cukup besar dia pun mencoba untuk menyentuhnya dan dia merasakan ada seperti benjolan kecil disekitar daerah ketiaknya. Sebenarnya Senja merasa takut namun dia tepis rasa ketakutannya

"Tak apa Senja, pasti baik-baik saja kok" Senja berusaha mensugestikan dirinya sendiri bahwa semua pasti baik-baik saja.

Tak ingin membuat Langit terbangun nantinya dan menemukan Senja tidak ada didekatnya Senja pun kembali ke kasur dan berusaha tidur seraya menepis pikiran-pikiran buruk yang terbesit dalam benaknya.

+×+

"Kamu akan menerimanya?" tanya Bintang kepada Langit, saat ini mereka sedang berapa di cafe diluar kantor setelah melaksanakan meeting dengan pegawai yang lain.

"Aku belum memikirkannya" jawab Langit sambil memutar-mutar gelas kopi nya dengan pelan. Bintang menatap iba sahabatnya ini.

"Kamu sepertinya membutuhkan setrika"

"Untuk?"

"Menyetrika wajah mu yang kusut seperti cucian kotor" jawab Bintang dengan santai, yaah saat di luar kantor seperti ini Langit dan Bintang berbicara selayaknya teman bukan antara atasan dan pegawai.

"Sepertinya itu diperuntukkan untuk lidahmu agar lebih halus saat berbicara"

"Waah apa kabar Pak Langit yang jika berbicara bisa menusuk sampai ketulang-tulangnya"

"Kabar baik, tidak seperimu yang sepertinya kabar buruk" yaah seperti inilah mereka jika sudah di luar kantor ada saja argumen atau kalimat sarkas yang akan terlontarkan secara cuma-cuma.

"Aku semakin iba padamu, jangan sampai aku mendapat berita kamu terjun dari rooftop perusahaanmu ini ya" selain kalimat sarkas mereka juga terkadang berargumen tidak nyambung satu sama lain.

"Sebelum ku terjun akan ku jatuhkan dirimu terlebih dahulu" tapi ya inilah mereka walaupun kalimat yang mereka lontarkan terkadang tidak sinkron namun mereka tetap mengerti satu sama lain.

"Akan ada harga yang harus dibayar untuk mendapatkan sesuatu, bukankah begitu Pak Langit?"

"Hm .. dan untuk saat ini aku belum tahu harga yang ditawarkannya kepadaku" Langit hanya menghela nafas lelah.

Warna di Langit Senja ✔️  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang