19. For You

443 38 14
                                    

+×+

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya hari ini adalah hari pertama Senja untuk kemo, keadaan Senja juga sangat baik hari ini jadi diharapkan kemo dapat berjalan dengan lancar.

Proses dalam kemo memang tidak semenyeramkan itu bahkan tidak sakit sama sekali, saat proses kemo bahkan Senja bisa mengobrol dengan sang abang yang menemaninya di ruang kemo.

Namun yang menjadi masalah itu adalah efek dari kemo itu sendiri, mual muntah, pusing, bahkan sendi-sendi tubuhnya terasa sangat sakit dan nyeri, bahkan sejak satu jam lalu dia menyelesaikan proses kemonya sudah tiga kali Senja memuntahkan isi perutnya, bahkan seteguk air pun tidak tertelan olehnya yang mengharuskan ia mendapat nutrisi dengan infus.

Tubuhnya benar-benar sangat lelah dan lemas bahkan untuk berbicara saja tidak bisa. Namun rasa sakit di kepala dan di tubuhnya semakin besar. Dia melihat ke arah Langit dan mengeratkan genggaman tangannya.

"Sakit ya hm?" Senja tersenyum tipis ke arah Langit, semakin lama rasa sakit yang Senja rasakan semakin terasa.

"Sakit abang" lirih Senja dengan sangat pelan.

"Tahan ya sayang genggam tangan abang dek genggam yang kuat bagi rasa sakitnya ke abang biar abang ngerasain apa yang adek rasain" Langit pun mulai panik saat melihat adiknya kesakitan.

Senja menggeliat tidak nyaman rasa sakitnya serasa melumpuhkan sendi-sendi tubuhnya, keringat dingin membanjiri seluruh tubuh mungilnya. Matanya terpejam erat, digigit kuat-kuat bibirnya untuk menahan rasa sakit yang semakin lama semakin kuat menerjang tubuhnya.

"Sayang jangan digigit bibirnya dek nanti berdarah, gigit tangan abang saja ya pindahkan rasa sakitnya ke abang dek" Senja melepaskan gigitan pada bibirnya namun tidak menuruti untuk menggigit Langit, dia menggeleng tidak ingin menyakiti abangnya.

"Papa, Senja kesakitan tolong Senja pa" Langit berusaha meminta tolong pada Dokter Juno dia sudah kuat melihat adiknya sangat kesakitan.

"Langit tenang ya ini efek kemo nya, Senja tahan ya sakitnya sebentar lagi hilang tahan sebentar lagi ya sayang" Dokter Juno mengusap rambut lepek Senja yang sudah basah oleh keringat.

Vihaan, Arisha dan Jafin yang melihat Senja kesakitan pun hanya bisa berdoa agar rasa sakit Senja segera hilang.

Langit yang tidak tahu harus bagaimana, akhirnya ia mendekatkan wajahnya ke arah telinga Senja seraya membisikkan kata-kata penyemangat untuk Senja.

"Sayang, adeknya abang Langit yang paling kuat, abang yakin Senja bisa. Abang ada di sini untuk bagi rasa sakitnya adek, abang di sini untuk adek, Senja jangan takut lawan rasa sakitnya, rasa sakitnya takut kalau kita kuat, kita lawan rasa sakitnya sama-sama ya. Ada abang, ayah, ibu dan papa Jafin disini" Juno menyuntikkan pereda nyeri dosis rendah agar mengurangi rasa sakit di tubuh Senja. Tak lama tubuh Senja sudah lebih tenang, rasa sakitnya sudah mulai mereda digantikan rasa lemas yang sangat teramat terasa.

Senja menoleh melihat Langit di sampingnya dia berusaha tersenyum walaupun masih tersisa rasa sakitnya namun tidak sesakit tadi.

"Terima kasih, terima kasih Senja sudah bertahan, abang tahu Senja bisa, adeknya abang memang hebat bahkan Senja tidak menangis tadi." Setelah rasa sakitnya sudah mulai tak terasa Senja pun merasa sangat mengantuk hingga memejamkan matanya perlahan.

"Biarkan Senja istirahat, dia akan tertidur beberapa jam karena tubuhnya pasti sangat lemas dan lelah sekarang." Ujar Juno yang melihat Senja mulai tertidur.

Langit mengusap rambut lepek Senja dan mengecup kening adiknya, dia bangga terhadap adiknya yang sangat kuat dan hebat.

"Adeknya Langit hebat ayah dia berhasil untuk hari ini" tutur Langit sambil menatap Vihaan dengan senyum teduhnya.

Warna di Langit Senja ✔️  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang