13. Bad Decisions

429 39 4
                                    

+×+

"Oke fiks ya ini berarti, aku lanjutin ya biar finish"

"Sipp jadi tidak sabar menunggu hasilnya ihiy" seru Haikal yang sudah tidak sabar menyanyikan lagu buatan Senja.

"Nanti selesai ini berarti kita atur koreonya ya"

"Masalah koreo nanti kita bisa kok, kamu terima beres aja" Celetuk Tama pada Senja.

"Bener tuh dari demo lagu kemarin aja Tama sama Hanan sudah merangkai gerakan"

"Waah keren" Senja tampak kagum dengan teman-temannya.

"Kamu juga keren" Hanan mengusap rambut belakang Senja.

"Senja nanti pulangnya sama abang ya" ajak Tama

"Tumbennya"

"Tidak papa, memangnya tidak boleh abang pulang bareng adeknya"

"Hidih sok abang kamu Tama" Celetuk Yudha yang merasa iri karena Tama dipanggil abang oleh Senja.

"Biarin .. iri bilang rakyat"

"Hidih hidih sombong sekali anda"

"Udah udah kalian semua abang aku kalo gitu"

"Asik mengaku jadi adek akhirnya Senja" seru Haikal yang bahagia akhirnya Senja menjadi adiknya.

"Ya sudah nanti Senja pulang bareng abang yaa"

+×+

"Abang tadi sudah menghubungi bang Langit untuk ajak Senja main" sekarang mereka berdua sedang berada di taman karena Tama mengajak Senja ketempat ini sepulang sekolah tadi.

"Tumben abang ajak Senja main"

"Senja, tidak ada yang mau Senja bicarakan atau beritahu ke abang?" Tama langsung to the point tak ingin basa-basi.

Tama sebenarnya tidak ingin menanyakan ini, namun beberapa hari ini Senja tak ada tanda-tanda ingin menceritakan penyakitnya, Tama melakukan ini semata-mata ingin menjaga Senja lebih baik lagi.

Senja pun paham karena papa dari Tama merupakan dokternya sudah pasti Tama mengetahui sedikit banyak tentang keadaannya. Mungkin Tama tidak mengetahui secara spesifik tapi Senja tahu pasti Tama mengetahui kalau Senja sakit.

"Abang.."

"Iya adek?"

"Maaf ya kalau Senja belum cerita ke abang, Senja hanya tidak ingin membebani abang atau yang lain"

"Hei sejak kapan Senja itu beban, Senja itu adeknya abang bukan beban. Abang hanya ingin menjaga Senja lebih baik lagi di sekolah"

"Abang tidak akan menjauh kan kalau tahu Senja sakit?"

"Mana bisa abang jauh-jauh dari Senja hm"

Senja menghela nafas sejenak sebelum berbicara.

"Senja sakit abang, kata paman Shanon Senja sakit Limfoma Hodgkin stadium dua"

"Stadium dua..??" Belum cukup dia terkejut tentang penyakit Senja dia sudah dikejutkan karena penyakit Senja sudah masuk stadium dua.

"Iya abang" Senja menundukkan kepalanya takut jika Tama marah.

Tama meraih Senja untuk masuk ke pelukannya.

"Kata papa persentase kesembuhan Senja cukup besar kok abang karena masih stadium awal" Senja menepuk-nepuk punggung Tama guna menenangkan perasaan Tama.

Tama semakin mengeratkan pelukannya jujur saja dia takut karena dia tahu kalau penyakit Senja tergolong penyakit yang mematikan, bagaimana mungkin dia bisa tidak khawatir.

Warna di Langit Senja ✔️  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang