5. Bukan Manusia

66 54 8
                                    

Kak Videl memberikanku gelang putih yang memiliki ukiran namaku di salah satu sisinya.

Kenapa ada namaku terukir di gelang itu? Aku juga tidak tau. Ini juga kali pertamaku melihat gelang tersebut.

"Aku nggak tau kak tentang gelang ini, aku baru pertama kali melihatnya." Kataku setelah melihat gelang putih itu.

"Oiya? Yaudah kalau begitu. Gelang ini aku kasih ke kamu aja. Aku sudah tidak membutuhkannya." Kak Videl memasangkan gelang itu ke tanganku.

"Eh? Nggak usah kak." Kataku mencoba menolak gelang pemberian kak Videl.

"Nggak apa - apa, gelang ini juga bisa membantumu nanti kalau kejadian seperti ini terulang lagi." Jawab Kak Videl.

"Aku bisa lebih mudah juga mencarimu jika kamu mengenakan gelang ini." Lanjutnya.

Gelang itupun akhirnya terpasang di tangan kananku.

"Ohiya aku masih harus memanipulasi ingatanmu agar rahasia ku ini tidak terbongkar." Kata Kak Videl.

"Haa? Maksudnya? Aku akan melupakan semua kejadian hari ini?" Tanyaku.

"Nggak, aku tidak menghapus ingatanmu. Aku hanya mengganti beberapa bagian ingatanmu yang melihat caraku membunuh dan sayapku yang kamu lihat tadi." Jelas Kak Videl.

"Jadi ingatanku akan tetap ada? Tapi cuma detailnya saja yang sedikit berubah?" Tanyaku.

"Iya. Tapi sebelum itu, sebaiknya kita turun dulu. Sepertinya akan sia-sia kalau aku memanipulasi ingatanmu dan kita masih di atas sini." Jawab kak Videl sambil tersenyum.

"Kemana arah rumahmu?" Lanjut Kak Videl yang sudah menggenggam sebuah ponsel di tangan kanannya dengan aplikasi g-map yang sedang terbuka.

Aku memasukan alamatku disana. Jarak dari monas hingga ke rumah ku mungkin sekitar 1-2 jam jika menggunakan mobil.

Kak Videl kembali membentangkan sayapnya yang megah itu. Ia pun menggendongku lagi dan membawaku terbang.

****
Tidak sampai 5 menit, kami sudah sampai di area perumahanku.

Kami mendarat di tempat yang cukup sepi. Sepertinya tidak ada orang yang bisa aku lihat berjalan di sekitar tempat ini.

Begitu mendarat. Sayap Kak Videl yang tadi terbentang, kembali menghilang kedalam punggungnya.

"Aku akan mulai mengubah ingatanmu." Kata Kak Videl sambil meletakkan tangannya di pelipisku.

Aku hanya mengangguk untuk mengisyaratkan kesiapanku. Setelah itu, aku memejamkan mataku.

*Foom*

Aku bisa merasakan tangan Kak Videl di pelipisku. Semakin lama area pelipisku semakin terasa hangat.

"Hah?"

Tak lama setelah merasakan kehangatan itu, aku mendengar suara Kak Videl. Dari suaranya, aku bisa menebak kalau sepertinya ia kebingungan.

"Kenapa kak?" Tanyaku sambil membuka mata.

"Kamu ini sebenarnya apa?!" Tanya Kak Videl.

"Kenapa sihir memoriku tidak berfungsi padamu?!" Lanjutnya.

"Ha? Maksudnya?" Jawabku.

Tentu saja aku ini manusia kan?  Sudah jelas sekali dari aku lahir, aku tidak memiliki sayap seperti Kak Videl ataupun menghisap darah seperti vampir.

"Kekuatanku ini tidak berfungsi padamu. Padahal seharusnya manusia tidak bisa menghentikan kekuatanku." Jelas Kak Videl.

"Kecuali kalau kamu itu juga seorang ma..." Ucapan Kak Videl terhenti ketika ia menyadari sepertinya ia terlalu banyak memberikan informasi.

"Ma?" Tanyaku. Aku penasaran dengan lanjutan kalimat itu.

"Ah sudahlah. Jika aku tidak bisa mengubah ingatanmu, aku hanya bisa mengandalkanmu untuk merahasiakan apa yang kamu lihat hari ini." Kata Kak Videl sambil menggaruk kepalanya.

Aku sebenarnya masih penasaran dengan lanjutan kalimat yang sebelumnya ia ucapakan. Tapi sepertinya Kak Videl juga tidak mau memberi tauku.

"Oiyaa aku harus segera pulang, orang tuaku pasti cemas mencariku!" Kataku terburu-buru.

Aku berlari meninggalkan Kak Videl agar bisa segera kembali ke rumah. Aku takut orang tuaku khawatir jika aku pulang terlalu larut.

*Deg*

Kak Videl menahan tanganku dan membuatku berhenti.

"Tunggu, aku akan ikut denganmu." Kata Kak Videl.

Kami berdua akhirnya pergi bersama ke rumahku.

****
Kami pun tiba di rumahku, terlihat ada beberapa mobil polisi yang terparkir disana.

Aku melihat ada 2 orang polisi yang berdiri di depan gerbang rumah sedang berbicara dengan seorang wanita cantik yang mengenakan dress berwarna hitam.

Ya, wanita itu adalah mamaku. Sepertinya ia belum sempat mengganti pakaian yang ia kenakan untuk syuting.

"Luna!" Teriak mamaku yang melihatku bersama Kak Videl sedang berjalan kearah rumah.

Mamaku bernama Yuri Liany. Namun setelah ia menikah dengan ayahku, ia merubah nama belakangnya menjadi Legan.

Mamaku memulai karirnya sebagai seorang selebriti di anak perusahaan Legan Corp bidang entertainment. Dari sanalah ia bisa mengenal dan dekat dengan ayahku sampai akhirnya mereka berdua menikah.

"Ma!!!" Teriakku sambil berlari menghampiri mamaku.

Aku pun memeluk mama dengan erat begitu kami bertemu. Air mata juga mulai mengalir dari mataku. Aku merasa sangat bahagia karena akhirnya bisa pulang ke rumah dan bertemu orang tuaku.

"Mama kira kamu tidak akan bisa pulang nak..." Kata mamaku sambil sesunggukan. Sepertinya ia juga sedang menangis ketika memelukku.

"Ini anak ibu yang tadi laporan diculik?" Tanya salah seorang polisi.

"Iya pak..." Jawab mamaku sambil mengusap air matanya.

"Bisa kamu ceritakan apa yang terjadi?" Tanya polisi lainnya padaku.

"Pak, ini dia baru pulang. Tolong jangan buat dia ingat kejadian yang dialaminya dulu!" Kata mamaku kesal.

"Maaf, bukan begitu bu. Kami tadi baru dapat laporan kalau di tempat kejadian, rekan kami menemukan bercak darah dan beberapa pakaian yang berserakkan." Jawab polisi.

Mendengar hal itu, aku baru ingat dan melihat ke sekitar untuk mencari Kak Videl. Bercak dan baju yang berserakan itu sudah pasti milik penculik yang di bunuh Kak Videl.

*Clap*

Aku mendengar suara tepukkan tangan. Setelah tepukkan itu terdengar, waktu terhenti.

Polisi yang tadi sedang berbicara dengan mama tidak bergerak sama sekali. Tubuh mama juga terasa keras sekali seperti patung.

"Kenapa ini?" Pikirku.

"Tenang saja. Aku hanya menghentikkan waktu sementara." Terdengar suara Kak Videl di kepalaku.

"Kak videl?" Pikirku setelah mendengar suaranya.

"Sepertinya aku lupa membersihkan sisa-sisa penculikmu, jadi aku harus mengurusnya dulu. Oiyaa, aku juga sudah menghilangkan informasi tentang bercak darah dan baju yang berserakan dari ingatan polisi dan ibumu." Kata Videl di dalam kepalaku.

"Tidak akan terjadi apa-apa kan pada ibuku?" Tanyaku.

"Nggak kok, cuma ingatan itu saja yang aku hapus. Sudah ya, aku pergi dulu." Jawab suara Kak Videl sebelum akhirnya waktu kembali berputar.

DARK WINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang