Kami akhirnya sudah sampai di pintu keluar rumah sakit. Aku dan Kak Videl mencari driver ayahku di area parkir rumah sakit.
"Lun dengar ya, kamu jangan menggunakan kemampuan penyembuhan itu lagi pada orang lain." Kak Videl menasehatiku.
"Tapi kak, kalau memang keadaannya sedang gawat gimana? Masa aku nggak boleh nyembuhin orang?"
Walaupun aku tau kalau nasehat Kak Videl itu untuk kebaikkanku. Namun tidak dapat dipungkiri, kekuatan ini sangat berguna untuk menolong banyak orang.
"Kan ada handphone, telfon aja ambulans kalau ada orang yang terluka." Bantah Kak Videl.
"Tapi kan kak-"
"Nggak ada tapi-tapi!" Kak Videl langsung menotong kalimatku.
Aku tidak mengerti alasan Kak Videl sangat menentang jika aku menggunakan kekuatanku. Padahal seharusnya bagus kan jika aku bisa menolong orang banyak?
"Itu mobilnya udah kelihatan. Kita masuk ke mobil dulu." Kak Videl menunjuk kearah mobil fortuner hitam yang terparkir rapih sejajar dengan mobil lainnya.
Kami berjalan mendekati mobil fortuner itu dan melihat driver ayahku sedang duduk di dalamnya dengan jendela yang sedikit terbuka.
"Non, sudah selesai jenguk Pak Dery?" Tanya Driver itu begitu ia melihat kami berdua.
"Sudah pak, sekarang antar kami pulang saja pak." Jawabku dan menolehkan wajahku sebentar kearah Kak Videl.
"Okee siap non!" Jawab driver ayahku.
Kami pun masuk kedalam mobil dan bergerak keluar dari rumah sakit.
"Lun, kamu ingat ya apa yang aku bilang tadi!" Bisik Kak Videl yang duduk di sampingku.
"Iya kak." Balasku.
Sebenarnya aku masih tidak percaya kalau diriku memiliki kekuatan penyembuhan seperti itu. Orang yang tadinya terluka parah bisa langsung aku sembuhkan jika aku menyentuh tubuhnya.
"Non ini sepertinya macet di depan, saya cari jalan lain atau tetap lurus saja?"
Kami saat ini akan melintasi perempatan lampu merah. Aku bisa lihat di depan, jalanan sudah mulai padat.
"Cari jalan lain aja deh pak supaya lebih cepat." Jawabku.
Driver pun membelokkan mobil ke kiri agar kami tidak perlu menunggu lampu merah lagi.
Setelah beberapa saat, mobil kami melintasi jalan yang agak besar namun sangat sepi. Mungkin hanya ada 1-2 mobil yang aku lihat melintas di jalan ini.
"Ini jalannya sepi banget ya." Celetukku.
"Iya non, soalnya ini jalan baru dibuat." Jawab driver ayahku.
*Brak!!!*
Mobil kami dihantam sesuatu dari belakang. Hantaman itu begitu keras hingga tubuhku terdorong kedepan dan mobil kami pun menabrak tiang jalan.
"Aaak!" Aku menjerit karena kepala ku terbentur kursi driver yang ada di depanku.
"Ergh..." Kak Videl memijat-mijat kepalanya yang juga ikut terbentur kursi di depannya.
Aku mengangkat kepalaku lalu melihat driver ayahku yang tak sadarkan diri. Sepertinya kepalanya membentur stir mobil.
"Pak! Bangun pak!"
Aku memanggil sambil menggoyangkan pundak driver ayahku. Akan tetapi ia tetap tidak membuka matanya. Sepertinya benturan kepalanya dengan stir sangat keras.
"Lun! pejamkan matamu dan pura-pura pingsan!" Suara Kak Videl terdengar di kepalaku.
"Ha? Kenapa kak?" Tanyaku dalam hati.
"Pejamkan saja matamu, nanti akan aku beritahu." Jawab Kak Videl.
Aku pun memejamkan kedua mataku dan menyandarkan tubuhku.
"Sebentar lagi ada orang yang akan membuka pintu dan mungkin akan membawamu pergi. Aku sempat melihat sekilas ke belakang, mobil kita ditabrak oleh sebuah mobil box dengan sengaja." Suara Kak Videl terdengar lagi di kepalaku.
"Aku bisa saja membunuh mereka semua disini, tapi itu akan merepotkan. Aku ingin membersihkannya sekaligus. Jadi tolong pura-pura pingsan supaya aku bisa mengikutimu dan membunuh semua komplotannya." Lanjut Kak Videl.
Tak berapa lama setelah Kak Videl memberitahuku. Pintu mobil kami dibuka paksa.
*Dakkk! Dakkk! Dakkk!*
Aku bisa merasakan kalau mobil ini mulai berguncang. Orang-orang itu pasti sedang berusaha membuka salah satu pintu mobil.
*Ctak!*
Aku mendengar suara salah satu pintu mobil berhasil dibuka.
"Boss! Ini pintunya sudah terbuka! Semuanya pingsan!" Suara itu terdengar dari arah tempat duduk Kak Videl.
Tak berselang lama, aku kembali mendengar suara.
"Cepat pindahkan anak perempuan itu!" Perintah suara itu.
Tubuhku pun mulai diangkat dan dipindahkan. Aku masih belum tau kemana kami akan dibawa.
*****
"Letakkan mereka disana!" Suara itu terdengar bergema."Siap Boss!"
Tubuhku diletakkan dan tersandar pada sesuatu yang keras.
Akupun mencoba mengintip dengan membuka sedikit mataku.
Dihadapanku kini telah ada beberapa orang dewasa yang tak ku kenali wajahnya. Ada yang memiliki luka jahitan melingkar di lehernya dan ada juga yang memiliki luka goresan panjang di lengannya.
"Kak Videl!" Aku mencoba memanggil kak Videl dari pikiranku.
Ketika aku melihat sekitar, aku melihat tubuh Kak Videl juga ikut dibawa kesini. Tubuhnya diletakkan tidak jauh dariku.
"Hahaha tenang Luna sebentar lagi kita pulang." Sahut Kak Videl melalui pikiranku.
Kak Videl yang tadinya terbaring, kini berdiri tegak dan berjalan kearah kerumunan orang-orang dewasa itu.
"Hai! Sudah siap mati?" Kak Videl membuka mulutnya lalu dengan seketika melepaskan pukulan kuat kearah orang yang memiliki luka jahitan di lehernya.
*Stak!!*
Pukulan Kak Videl yang mampu menghancurkan tubuh manusia itu, ternyata bisa ditahan oleh orang dengan luka jahitan di lehernya.
"Ha?" Kak Videl seperti kebingungan melihat kejadian dihadapannya.
"Kak awas!!" Aku teriak ketika melihat orang dengan luka jahitan dilehernya itu melancarkan pukulan balasan ke wajah Kak Videl.
"Akh!" Kak Videl terpental menerima pukulan dari orang itu.
"Hahahaha sepertinya kalian sudah bangun ya!" Orang dengan luka jahitan dilehernya itu seakan ia sudah menunggu kami untuk membuka mata.
"Hai Luci! Bagaimana kabarmu? Apa kau tidak merindukan aku?" Lanjut orang dengan luka jahitan dilehernya itu.
"Suara ini?! Amon?!" Kak Videl terlihat sangat terkejut melihat kearah orang dengan luka jahitan dilehernya itu.
"Oh ternyata kau masih mengingatku ya?" Jawabnya dan terlihat senyum puas terbentuk di mulutnya.
"Kak Videl!" Aku berlari mendekat ke tubuh Kak Videl.
"Hmm jadi sekarang kau merubah namamu menjadi Videl?" Amon menaikan sebelah alisnya.
"Diam kau!" Jawab Kak Videl kesal.
"Hahaha aku suka sekali melihatmu marah seperti ini Lucifer!" Balas Amon.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK WINGS
Teen FictionBagaimana jika sebenarnya ada makhluk selain manusia yang hidup di Bumi dan memiliki kekuatan yang dapat membunuh hanya dengan menyentuh korbannya? **** Luna adalah seorang siswa pindahan dari Australia yang juga anak seorang pemilik perusahaan terb...