𝟏𝟏. 𝐇𝐞'𝐬 𝐭𝐞𝐧, 𝐛𝐮𝐭 𝐡𝐞'𝐬 𝐬𝐮𝐬.

20 8 0
                                    

"Jika rumah itu runtuh, lalu mau tinggal dimana?"

***

Decakan kesal keluar dari mulut Kelana berkali-kali karena Samudera terus membuntutinya. Remaja laki-laki itu tidak mengatakan apapun, dia hanya ikut berjalan dibelakang Kelana.

"Shaka!" Orang yang dipanggil oleh Kelana mengangkat kepalanya yang tadi menunduk melihat ponsel. Cowok itu mendekat kearah Kelana dengan senyum khasnya.

"Kenapa?"

Kelana mengeluarkan beberapa lembar uang dan menyodorkannya pada Shaka. Samudera dapat melihat Shaka menaikan satu alisnya.

Kemarin, Kelana lupa membawa dompet. Karena kebodohannya itu, Shaka yang harus membayar pesanannya.

Kelana tidak bisa membayangkan betapa malunya dia kalau dia sendirian.

"Ini uang kemarin, gue ganti."

"Ahhh." Shaka mengangguk mengerti. "Gak usah, gue ikhlas kok."

"Jangan. Ambil cepet!"

"Gak usah. Kayak sama siapa aja, kita ini temen, Lan. Jadi gak usah ganti-ganti gitu," ucap Shaka.

Samudera mengangkat dagunya ketika Shaka mengucapkan kata teman.

Merasa ditatap dengan begitu serius, Shaka jadi risih.

Shaka menarik Kelana sedikit mendekat padanya dan mencondongkan tubuhnya untuk membisikan sesuatu. "Pacar lo agak ... Serem ya, Lan."

Lana membulatkan matanya, pacar? Dia menengok kebelakang melihat Samudera yang menatapnya intens.

"Bukan, Shaka."

"Oh ya udah ..." Shaka merasakan kecanggungan. Dia memilih untuk pamit undur diri. "Gak usah diganti, Lan. Lagian kita temen," kata Shaka sengaja menekankan kata teman agar Samudera tidak salah paham. Sepertinya mereka lagi tahap pendekatan, pikir Shaka.

"Dia teman kamu?" Samudera melangkah disebelah Kelana setelah Shaka pergi.

"Iya," jawab Lana seadanya.

"Namanya Shaka?"

"Ya."

Samudera menahan pergelangan tangan Kelana dan menekannya pelan. "Saya kira temanmu hanya saya."

Kelana menyerngit, apakah dia terlihat se-introvert itu?

"Gue punya beberapa teman, kali. Lo kira selama ini gue hidup didalam goa apa sampai temen gue cuma lo?"

"Saya tidak mau kamu punya teman, selain saya."

"Dih, emangnya kenapa?"

"Karena sepertinya kamu lebih suka mengobrol dengan dia daripada dengan saya."

Kelana mengerjapkan matanya dan terdiam beberapa saat. Samudera ini sangat aneh, baginya.

Apakah Samudera tidak pernah memiliki teman sebelumnya? Samudera se-posesif itu.

"Lagipula, disini teman saya hanya kamu."

"Ya terus? Cari temen lah, jangan ngintil gue mulu!"

"Saya tidak suka dengan apa yang baru saja kamu ucapkan."

Mata Kelana menyipit, dia memilih untuk melanjutkan jalannya tanpa menjawab Samudera.

Jujur saja, dia merasa dongkol karena Samudera tidak datang kemarin. Padahal sebelumnya, Samudera yang memaksanya untuk datang.

"Kelana!"

"Kelana!"

"Kelana, dengar saya!" Samudera mencekal pergelangan tangan Lana dan menatapnya dengan sangat serius. "Saya tidak suka kamu punya teman selain saya, dengarkan?"

𝐁𝐞𝐚𝐮𝐭𝐢𝐟𝐮𝐥 𝐌𝐢𝐧𝐞𝐟𝐢𝐞𝐥𝐝𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang