Si Tampan dan Senjanya

24 2 0
                                    

Tak dapat dipungkiri lagi bahwa pria tampan di sebelah saya sedang melekatkan sorotan netranya pada si paduan warna ungu dan jingga setiap sore.

Bertepatan dengan tenggelamnya sang mentari menciptakan gradasi gelap dan terang yang terlihat sangat kontras, namun masih menyatu dengan indah.

Iya, itulah langit senja. Paras langit favorit si tampan. Jika manusia bisa berjodoh dengan benda langit, saya dengan sudi akan mendukung si tampan dan senjanya untuk hidup bersama sampai mati.

"Langit senja selalu indah." ucapnya kepada saya, namun netranya masih fokus menyoroti benda langit yang ia maksud.

Terlintas muncul pertanyaan di kepala saya.
"Segitu indahnya, ya? Senja buat kamu?"
Ia menoleh, mungkin ia sadar bahwa saya cemburu karena melihatnya yang selalu memuja paras senja.
"Kamu lebih indah dari itu." ucapnya sembari menaikkan kedua sudut bibirnya.

ANTOLOGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang