Belum

4 0 0
                                    

Secangkir kopi menemani perbincangan sore. Tak lupa, terdapat sepasang kekasih yang sedang menyeruput masing-masing minumannya.

     "Tumben gak ngopi, Bro?"

     "Bro Bro Bro, Saya ini tunangan kamu. Bukan saudara laki-laki."

Ya... Gadisnya memang begitu, panggilan selain "Mas" atau "Sayang" adalah kunci untuk menjahili calon pendamping hidup di hadapannya itu.

     "Oh iya, Dek. Bunda kamu pernah bilang, kalau cari laki-laki itu yang ganteng, mapan, sukses, rajin ibadah, pintar tujuh turunan, intinya yang kayak spek Nabi gitu deh.."

Sontak gadisnya melekatkan pandangannya pada sang tuan.

     "Hm.. Terus?"

     "Ya... Saya sudah seperti itu, belum?"

Gadisnya menyilangkan kedua tangan, lalu menyandarkan badannya pada sandaran kursi.

     "Belum, sih."

     "Yah... Saya masih kurang, ya?"

     "Bukan... Maksudnya tinggal belum sah sama aku aja..."

Tuannya menghela napas kasar sembari mengelus dadanya ibarat baru terkena serangan pada jantungnya.

     "Saya sudah mikir yang jelek-jelek, gataunya saya kena gombal... Dasar bocil." ucapnya sembari mengacak gemas surai gadisnya.

ANTOLOGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang