Harshil dan Arjhi kini berakhir dengan minum bersama sambil membincangkan segalanya di sebuah kamar rahasia yang berasal dari balik lukisan sebelumnya. Meskipun sedikit ngeri, Harshil berusaha menutupi rasa takutnya dengan terus menenggak sloki demi sloki whiskey yang dia bawa tadi. Tembok tanahnya, penerangan obor berbahan bakar minyak tanah, banyaknya lubang kecil yang berfungsi sebagai jalur keluar-masuknya udara, dan tak lupa jalan masuk ke ruangan ini yang terlihat gelap akibat tak ada penerangan disana. Ruangan tersebut dibuat tanpa pintu, membuat dirinya sedikit khawatir akan kehadiran ayahnya dibalik kegelapan.
"Jadi, kamu harus membunuh ayahku atas keinginan paman demi kesejahteraan kerajaan? Apa tidak ada cara lain untuk melengserkan ayahku, selain pertumpahan darah? Lalu, kamu yakin bisa melakukannya?" Harshil terus memberikan pertanyaan sambil menuang whiskey ke dalam gelas sloki milik keduanya.
Arjhi mengambil gelas slokinya. "Apa kau benar-benar berpikir bahwa seorang mahasiswa seni musik bisa melakukannya?" Ia justru bertanya kembali sambil menenggak minumannya.
"Ya... Iya sih. Lantas, kalian harus bagaimana?" tanya Harshil sambil menenggak habis minumannya, lalu hendak menuangkan minuman beralkohol itu ke slokinya lagi.
Arjhi menahan lengannya, "Sudah, kamu minum terlalu banyak."
Yang dicegah menaikkan alisnya sebelah, "Kau, meragukan kemampuan minumku? Minggirlah."
"Bukan meragukan. Kau membawa 3 botol dan ini botol kedua kita. Ah tidak, botol keduamu. Aku bahkan hanya minum 5 sloki tadi."
Sebetulnya tak ada yang salah dari ucapannya. Biasanya Harshil hanya mampu maksimal 4 botol soju dengan kadar hanya 20 persen. Itu setara dengan dua botol whiskey, namun whiskey miliknya memiliki persentase lebih besar, 45 persen. Pun Arjhi menyadari netra Harshil yang semakin sayu, seperti orang yang mulai mabuk berat.
"Sudah, kita akhiri dulu ceritanya. Sekarang ayo istirahat." ucap Arjhi final sambil merebut botol whiskey yang diangkat si cantik tadi.
Harshil berdecak, "Ayolah, itu masih seperempat. Biarkan aku menghabiskannya."
Tanpa mengucap sepatah kata pun, Arjhi menenggak sisanya langsung dari botol hingga tak tersisa. Harshil hanya terdiam menontonnya. Matanya tak lepas dari pergerakan jakun pria tersebut.
Kenapa milikku tak seindah itu?
"Ahh!! Sudah habis, kan? Sesi berbincang sambil mabuk sudah selesai, sekarang kau tidur dulu sebentar untuk menghilangkan sedikit efek mabukmu." Arjhi meletakkan asal botol whiskey yang ditenggaknya tadi di lantai, lalu merebahkan Harshil di ranjang yang ada disana. Ia celingukan dan melihat kebawah ranjang, harap-harap ada selimut atau penghangat tubuh apapun disini.
Harshil memejamkan matanya dengan kuat sambil menggelengkan kepalanya dengan kencang. Semakin lama kepalanya semakin terasa berat dan pusing. Ia pun merasa semakin kegerahan akibat panasnya alkohol tadi kini semakin membakar tubuhnya.
"Kau cari apa?"
"Selimut."
"Tidak perlu, lebih baik tolong carikan aku benda pipih apapun."
Arjhi melemparkan tatapan penuh kebingungan, "Kau mau apakan benda itu nanti?"
"Panas. Aku butuh sesuatu untuk mendinginkan tubuhku." keluhnya sambil membuka 3 kancing kemejanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
usurpateurs - hyunho
Fantasycontains : adult content, lgbtq+ Bayangkan jikalau dirimu hidup dalam keluarga yang serba kekurangan, namun rupanya dirimu merupakan seorang reinkarnasi dari penguasa sebuah kerajaan. - © writers